Bis yang membawa Nayra berjalan berlahan lahan, Nayra duduk sambil melihat lihat pemandangan disekitarnya.
"Ibu mau tukar tempat duduk?" Kevin menawarkan.
"Engga Kevin ibu disini saja."
"Ibu dari tadi liat keluar, ibu suka lihat pemandangan? kalau gitu ibu duduk disini saja dekat jendela, biar papa dan aku yang duduk ditempat ibu."
"Kevin, memangnya kamu engga mau duduk didekat jendela? " Tanya Nayra.
"Aku mau bu, tapi aku juga mau ibu senang? ibu senang kan kalau bisa duduk didekat jendela?"
Kevin? kenapa dia perhatian sama Nayra? dia bahkan rela mengalah untuk menyenangkan Nayra. Arfi bertanya dalam hati.
"Nay, cepat pindah." Bisik arfi.
"Aku.. "
"Nay, kalau kamu tidak mau. Kevin akan bicara terus sepanjang perjalan."
"Benarkah?"
"Iya, Kevin itu anak yang gigih, dia akan berusaha untuk mendapatkan apa yang dia inginkan."
"Dia mirip sekali denganmu." Nayra tertawa kecil.
"Kamu berani mengejekku?" Arfi mencubit tangan Nayra.
Untuk sesaat Nayra dan Arfi saling bertatapan.
Aku selalu berusaha untuk menjauh dari Arfi, tapi kenapa kita malah semakin dekat? apa mungkin yang dikatakan Arfi itu benar? kalau kita berdua berjodoh. tidak, tidak mungkin Arfi sudah punya istri. Nayra mengalihkan pandangannya.
Nay, aku tahu aku salah. aku ingin kamu menjadi istriku, tapi aku juga tidak bisa berpisah dengan Renata. aku ini memang egois. Arfi masih menatap Nayra.
"Bu Nayra, ayo pindah." Kevin merengek.
"Iya sayang. ibu pindah, tapi ada syaratnya?" Nayra mengajukan syarat.
"Syaratnya apa bu?"
"Kamu harus duduk dipangkuan ibu."
"Ibu mau pangku aku? aku ini berat bu?"
"Engga apa apa sayang, kalau kamu duduk sama ibu kamu juga bisa lihat lihat pemandangan."
"Ya udah." Kevin menurut.
Nayra dan Arfi kemudian bertukar tempat duduk.
Nayra sudah duduk didekat jendela dengan memangku Kevin. Nayra dan Kevin melihat keluar jendela, mata Nayra memancarkan kebahagiaan. ia sangat senang melihat pemandangan diluar jendela.
Sudah lama sekali aku tidak pergi jalan jalan keluar kota, setiap hari aku hanya bekerja lalu menghabiskan waktu dirumah. belum punya suami, belum punya anak terkadang membuat aku kesepian. Nayra melamun.
"Nay, kamu mikirin apa?" Tanya Arfi.
Nayra diam saja, ia malas menjawab pertanyaan Arfi. Saat Arfi ingin kembali bicara, ponselnya tiba tiba bergetar. Arfi segera mengambil ponsel dari saku bajunya.
"Kenapa sayang?" Arfi menjawab telphonenya, ternyata yang menelphone adalah Renata, Arfi lupa kalau ia sedang duduk disamping Nayra.
Meskipun dengan suara pelan, Nayra bisa mendengar Arfi mengucapkan kata sayang. Nayra pura pura tidak mendengar. ia memejamkan kedua matanya.
Nayra, dia pasti dengar. kenapa aku bisa lupa? kalau aku sedang bersama Nayra. Arfi merasa tidak enak.
Arfi, kamu bilang kamu tidak bisa jauh dariku, tapi didepanku kamu selalu bersikap mesra dengan Renata. kamu pikir aku mau jadi yang kedua? jangan mimpi. kamu boleh bersikap sesuka hati kamu, tapi itu tidak akan lama. karena sebentar lagi aku akan pergi dan kita tidak akan pernah bertemu lagi. Suara hati nayra berbicara.
Nayra awalnya hanya memejamkan mata, tapi lama kelamaan ia tertidur bahkan sampai diperkebunan Nayra masih tertidur.
"Pa kita sudah sampai, kita bangunkan bu Nayra." ucap Kevin.
"Tidak usah nak."
"Memangnya kenapa?"
"Sebentar lagi bu Nayra pasti bangun, jadi biarkan bu Nayra tidur."
"Tapi.."
"Kevin bu Nayra itu sedang istirahat, kasian kalau diganggu."
"kalau kita tidak membangunkan bu Nayra, nanti bu Nayra sendirian disini."
"Kamu tenang saja, papa yang akan menemani bu Nayra." Arfi berbisik ditelinga Kevin agar tidak ada yang mendengarnya.
"Serius?" Kevin tidak yakin.
"Serius apanya Kevin?" Nyonya Clara datang menghampiri Kevin dan Arfi.
"Serius, kita tidak perlu membangunkan bu Nayra." Arfi menjawab pertanyaan nyonya Clara.
"Jadi bu Nayra tidur?" Nyonya Clara melihat Nayra yang tertidur dibangku bis.
"Pemalas, kerjanya tidur terus. Pak Arfi benar, kita tidak usah membangunkan bu Nayra. biar aja dia bangun sendiri." Nyonya Clara tersenyum pada Arfi.
"Kevin, pak Arfi. ayo kita turun. yang lain sudah ada dibawah." Nyonya Clara berusaha dekat dengan Arfi.
Arfi baru menyadari kalau teman teman kevin dan orang tuanya sudah turun dari bis, karena fokus bicara dengan Kevin membuat Arfi tidak memperhatikan saat mereka turun dari bis.
"Nyonya Clara, bisa saya minta tolong?" Tanya Arfi.
"Bisa, bisa." Jawab Nyonya clara penuh semangat.
"Tolong bawa anak saya Kevin turun duluan." Ucap Arfi.
Raut wajah Nyonya Clara langsung berubah masam, tapi ia berusaha menyembunyikannya dan buru buru tersenyum
"Memangnya pak Arfi mau kemana?"
"Saya mau ketoilet sebentar, tapi kalau nyonya keberatan tidak apa apa. saya akan menitipkan kevin pada bu Nayra."
"Jangan pak Arfi, bu Nayra kan sedang tidur. lagi pula saya tidak keberatan." Nyonya Clara langsung setuju.
"Pa, papa jangan lama lama ya ditoiletnya kasian bu Na"
"Iya sayang, papa engga lama." Arfi memotong kata kata Kevin, Arfi tidak ingin Kevin mengatakan kalau ia akan menemani Nayra.
"Nyonya clara, nyonya bisa turun duluan sama Kevin. saya mau telphone istri saya dulu." Pinta Arfi.
Aku pikir aku bisa berdekatan dengan papanya Kevin, engga taunya dia malah banyak acara. Telphone istrilah, ketoiletlah. Nyonya Clara sangat kesal.
"kalau begitu saya turun pak Arfi." Nyonya Clara tetap ramah dan tersenyum meskipun ia kesal.
Nyonya Clara kemudian menuntun Kevin turun dari bis, sampai dibawah ia melihat Denis anaknya sudah menunggu.
"Denis kenapa kamu turun duluan? Mami kan sudah bilang tunggu mami didalam bis, kita turun sama sama." Nyola Clara menegur Denis.
"Habis mami lama, sekarang aja kita ditinggal. guru guru sama teman temanku udah masuk kedalam perkebunan." Denis menjelaskan.
"Apa? Kapan mereka semuanya pergi? Nyonya Clara marah.
"Baru aja." jawab Denis
"kalau begitu ayo kita masuk, kita susul mereka." Nyonya clara menggandeng tangan Denis.
Nyonya Clara, kevin dan Denis kemudian masuk kedalam perkebunan.
Arfi melihat nyonya clara, Kevin dan Denis dari jendela bis, melihat mereka pergi Arfi menarik nafas lega.
Arfi duduk kembali disebelah Nayra.
"Sayang, bangun sayang!" Arfi menepuk nepuk pipi Nayra.
Nayra merasa ada yang membangunkannya. Nayra pun terbangun lalu ia membuka matanya.
"Arfi." Nayra terkejut melihat Arfi duduk disampingnya. wajah mereka bahkan sangat dekat.
"Jangan dekat dekat!" Nayra mendorong wajah Arfi dengan tangannya.
"Kenapa sayang?"
"lni dibis, kalau ada orang yang lihat bagaimana?"
"Kamu tenang saja, tidak ada orang disini.
Nayra berdiri lalu ia melihat lihat sekelilingnya.
"kamu benar, Kemana mereka semua?" Tanya Nayra.
"Mereka sudah turun, mungkin sekarang sudah ada diperkebunan.
"Aku akan menyusul mereka." Nayra ingin pergi meninggalkan Arfi.
"Tunggu." Arfi menarik tangan Nayra sehingga Nayra jatuh kepangkuannya.
"Arfi, kamu kebiasaan." Nayra ingin bangun tapi arfi malah memeluk pinggangnya.
"Sayang, kenapa kamu buru buru pergi? bukannya ini kesempatan, kita bisa berduaan."
"Sayang, sayang! mulai sekarang Jangan panggil aku sayang."
"Kenapa?"
"Karena yang pantas kamu dipanggil sayang, itu cuma Renata istri kamu." ucap Nayra ketus.
"Jadi tadi kamu nguping? kamu cemburu?" Arfi tersenyum senang.
"Kamu tidak usah mengalihkan pembicaraan ini bukan masalah cemburu tapi aku cuma mengingatkan kalau kamu sudah punya ISTRI." Nayra menegaskan kata istri.
"Arfi, aku tidak mau berhubungan dengan lelaki beristri." ucap Nayra sedih.
"Aku akan menceraikan Renata."
"Tidak perlu, aku bukan pelakor."
"Terus, kamu maunya apa?" Arfi bingung.
"Aku mau kamu menjauhi aku. Arfi, aku minta jangan dekati aku lagi. kita tidak mungkin bersama jadi lebih baik kamu menyerah." Mata Nayra bekaca kaca.
"Aku tidak mau." Arfi memperat pelukanya.
"Arfi, lepas." Nayra mendorong dada Arfi.
Nayra berdiri, ia berjalan tertatih tatih menuju depan pintu bis.
Nayra, kenapa jalannya seperti itu? apa karena tadi aku menginjak kakinya. Arfi bertanya dalam hati.
Nayra ingin membuka pintu bis, tapi tiba tiba Arfi memeluknya dari belakang.
"Sayang, jangan pergi." Arfi meletakan wajahnya dibahu Nayra.
"Arfi, aku harus pergi." Nayra melepaskan pelukan Arfi.
"Ya ampun ternyata diluar hujan." Nayra membuka pintu bis.
karena sibuk bicara, Arfi dan Nayra tidak tahu kalau diluar hujan deras.
"Nay, cepat tutup pintunya. nanti airnya masuk." Perintah Arfi.
Nayra menutup pintu bis lalu ia kembali duduk.
"Nay." Arfi duduk disamping Nayra
"Apa? "
"Sepertinya kita memang ditakdirkan bersama." Arfi menatap mata Nayra.
"Arfi, Kamu jangan duduk disini. sana pindah! tempat duduk yang lain kan masih banyak" Nayra mengusir Arfi.
"Aku maunya nya duduk disini."
"Yaudah, terserah." Nayra malas meladeni Arfi
"Nay."
"Apalagi?" Nayra mulai emosi.
"Lihat aku!"
"Tidak mau, buat apa aku liatin suami orang."
"Nay" Arfi memegang wajah Nayra dengan satu tangannya. Arfi memutar wajah Nayra kesamping, memaksa agar Nayra mau menatapnya.
"Katakan! kalau kamu ingin, aku menjauh dari mu. katakan! kalau kamu sudah tidak mencintaiku."
Nayra diam membisu, ia menundukan pandangannya ia tidak ingin menatap mata Arfi.
"Nay tatap mata ku. aku bilang tatap mataku." Suara Arfi terdengar sedang marah.
Nayra mengalah, ia akhirnya menatap mata Arfi.
Deg...
Berada didekat Arfi membuat jantung Nayra berdebar debar.
Nayra dan Arfi saling berpandangan dan tanpa meminta persetujuan Nayra Arfi tiba tiba mencium bibir Nayra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments