"Bu Nayra, kita ketemu lagi. ibu sendirian?" Renata menyapa Nayra.
"Saya, berdua sama suami saya." Nayra memegang tangan Raddit, ia sengaja berbohong untuk memanas manasi Arfi.
Arfi sangat marah, melihat Nayra memegang tangan Raddit. ia mengepalkan satu tangannya.
Arfi, kamu pikir cuma kamu yang bisa menggandeng tangan orang lain. aku juga bisa. Batin Nayra.
"Ini suami ibu, suami ibu masih muda. dia lebih pantas jadi adik ibu." Renata tersenyum mengejek.
"Memangnya kenapa kalau aku masih muda? cinta itu tidak mengenal usia." Raddit merangkul Nayra.
Bocah tengik, bisa bisanya dia cari cari kesempatan. Arfi terlihat marah.
"Maaf, saya harus pergi." Nayra ingin pergi dari tempat itu.
"Bu Nayra tunggu!" Kevin menghalangi Nayra.
"Ada apa Sayang?" Nayra tersenyum manis.
Sok baik. Pake bilang sayang, sayang. Renata cemberut.
"Boleh aku minta balon ibu?" Kevin meminta balon yang dipegang Nayra.
"Boleh sayang, ini balonnya." Nayra memberikan balon yang ia pegang pada Kevin.
Ketika Kevin ingin mengambilnya, Renata tiba tiba mengambil balon itu terlebih dahulu.
"Bu Nayra, kenapa ibu memberikan balon pada Kevin?" Renata menatap Nayra dengan marah.
"Karena Kevin yang minta." Jawab Nayra santai.
Aku melarang Kevin membeli balon, tapi dia malah memberikannya. Renata kesal.
Renata sengaja melepaskan balon itu, sehingga balon itu terbang.
"Ya ampun balonnya terbang." Renata berpura pura seakan akan ia tidak sengaja melepaskan balon itu.
"Mama, kenapa balonnya mama lepas?" Kevin menangis.
"Maaf sayang, mama tidak sengaja." ucap Renata.
"Kalau tadi mama engga ambil balonku, balon itu engga akan terbang." Kevin masih menangis.
"Sayang, sudah jangan menangis, lebih baik sekarang kita naik permainan. disini banyak permainan." Renata mencoba membujuk Kevin.
"Aku engga mau." Kevin tetap menangis.
"Kevin, kamu minta ketempat ini untuk bermain. bukan untuk main balon." Renata mulai kesal.
"Pokoknya aku engga mau main kalau engga ada balon." Kevin tidak mau mendengarkan kata kata Renata.
"Kevin, kamu jangan nakal!" Renata membentak Kevin.
Kevin menjadi sedih dan suara tangisannya menjadi lebih keras.
"Renata, apa yang kamu lakukan?" Arfi memarahi Renata.
"Kevin sayang, kamu mau balon. ya sudah nanti ibu belikan lagi." Nayra merasa kasihan melihat Kevin menangis.
"Beneran bu." Kevin sangat senang, tiba tiba ia berhenti menangis.
"Tapi bu, tukang balonnya udah pergi." Kevin menundukan wajahnya.
"Tenang saja, ibu akan minta om Raddit mengejarnya." Nayra meyakinkan Kevin.
"Raddit, tolong kamu belikan balon buat Kevin. tukang balonnya pasti belum jauh dari sini." Pinta Nayra.
"Oke sayang." Raddit mengerlingkan matanya.
Ngeselin banget si Raddit, panggil panggil sayang. Arfi berusaha menahan amarahnya.
"Kevin, ikut ya om? biar Kevin bisa pilih balonnya."
"Boleh, boleh." Raddit tidak keberatan mengajak Kevin.
"Sayang kalau kamu ikut, kapan kita mainnya?" Renata melarang Kevin ikut, ia tidak suka Kevin berdekatan dengan Nayra dan Raddit.
"Aku cuma sebentar ma." Kevin tidak memperdulikan larangan Renata.
"Sudah biarkan saja dia ikut Raddit, apa kamu mau Kevin menangis lagi ditempat umum?" Bisik Arfi pada Renata.
Arfi, berani beraninya kamu bisik bisik didepanku. Renata memang istri kamu, tapi apa harus kamu tunjukan kemesraan kamu didepanku? Nayra cemburu.
Raddit kemudian pergi bersama kevin untuk mencari tukang balon.
"Nayra, apa sih maksud kamu?" Renata menatap sinis pada Nayra.
Nayra? biasanya dia memanggilku bu Nayra. Nayra merasa heran.
"Ini bukan disekolah, kamu tidak keberatan kan aku panggil nama kamu saja?" Renata seperti tahu apa yang Nayra pikirkan.
"Aku tidak keberatan. tadi kamu tanya, apa maksud aku? aku tidak ada maksud apa apa." Nayra sesekali melihat kearah Arfi.
"Aku melarang Kevin beli balon, tapi kamu malah memberikan dia balon. aku sengaja menerbangkan balon itu, tapi kamu malah meminta suami kamu untuk membeli balon yang baru." Renata marah marah.
"Maaf, aku tidak tahu kalau kamu melarang Kevin beli balon." Nayra merasa tidak enak.
"Makanya, lain kali kalau tidak tahu jangan so tahu." Renata masih marah.
"Renata, cukup! kamu jangan menyalahkan Nayra, Kevin yang menangis minta balon." Arfi membela Nayra.
"Kamu membela dia?" Renata terlihat kecewa.
Renata kemudian pergi begitu saja meninggalkan Nayra dan Arfi berdua.
"Nay, ikut aku." Arfi menarik tangan Nayra, mau tidak mau Nayra mengikuti langkah kaki Arfi. mereka sampai didepan mobil arfi. tanpa meminta persetujuan Nayra, Arfi mendorong Nayra agar masuk kedalam mobilnya.
"Arfi, kamu mau apa?" Tanya Nayra saat ia dan Arfi sudah berada didalam mobil Arfi.
"Kenapa kamu pergi bersama Raddit?" Tanya Arfi dengan wajah yang terlihat marah.
"Lalu, aku harus pergi sama siapa? sama kamu? Kamu kan sedang sibuk bersama istrimu."
"Kamu cemburu?" Arfi tersenyum tipis.
"Aku cemburu? tentu saja tidak, sejak awal aku sudah tahu kalau kamu punya istri." Nayra menyangkal.
"Benarkah? lalu kenapa kamu tidak menolak saat aku menyentuhmu." Arfi menyentuh wajah Nayra dengan satu jarinya, jari itu lalu turun kebibir Nayra.
"Arfi, jangan mulai lagi." Nayra menepis tangan Arfi.
Nayra ingin membuka pintu mobil. ia ingin keluar dari mobil Arfi, tapi ia melihat Renata berjalan kearah mobil itu.
"Arfi lihat itu Renata!" Nayra memberi tahu Arfi melalui arah pandangan matanya.
"Arfi cepat kamu keluar. ajak dia pergi dari sini, supaya aku pergi dari sini." Perintah Nayra.
"Aku tidak mau." Arfi malah menutup horden jendela mobil.
"Terus, kamu mau Renata melihat kita berdua disini? Nanti dia bisa salah paham."
"Salah paham apa?" Arfi berlagak bodoh.
"Renata akan mengira kita mempunyai hubungan."
"Bukankah kita memang punya hubungan."
"Arfi!" Bentak Nayra.
Nayra ingin melanjutkan kata katanya nya, tapi Arfi sudah menutup mulut Nayra dengan tangannya.
"Sssttt...Kalau tidak ingin ketahuan sebaiknya kamu diam."
Arfi melepaskan tangannya dari mulut Nayra ketika Nayra menganggukkan kepalanya.
"Nay aku kangen."
"Arfi, jangan berlebihan, kita baru kemarin bertemu." Nayra malas mendengar kata kata gombal Arfi.
"Masa sih, aku lupa." goda Arfi.
"Arfi buka pintu mobilnya."
"Nay, jangan pergi Arfi tiba tiba merebahkan tubuhnya. ia menjadikan paha Nayra sebagai bantal.
"Kamu." Nayra cemberut. ia ingin marah, tapi melihat senyum diwajah Arfi. entah mengapa amarahnya seketika hilang.
Deg..
Jantung Nayra berdebar debar saat Arfi menatapnya dalam dalam.
"Nay..aku tidak bisa jauh darimu. Nay aku mohon, menikahlah denganku." Arfi bersungguh sunguh dengan ucapanya.
"Baiklah tapi kamu harus menceraikan Renata. kalau tidak, aku tidak akan menikah denganmu."
"Nay, kamu serius?" Arfi duduk ia seakan tidak percaya apa yang dikatakan Nayra.
"Kenapa kamu tidak bisa kan? sama aku juga tidak bisa, aku tidak bisa menikah denganmu."
"Nay, kamu menolakku lagi?" Arfi merasa terhina.
"Baiklah aku tidak akan memaksamu lagi." Arfi membuka mobilnya yang terkunci agar Nayra bisa pergi.
Nayra keluar dari mobil Arfi dengan hati yang sedih.
Arfi, sebenarnya aku tidak ingin kamu bercerai. aku mengatakan itu agar kamu sadar, kalau kamu sudah punya istri. Nayra berdiri mematung.
Nayra sangat terkejut karena saat ia ingin melangkahkan kakinya ia melihat Renata, saat itu Renata berdiri tepat dihadapannya.
Renata, jadi dia belum pergi? Batin Nayra.
"Nayra, sedang apa kamu dimobil suamiku?" wajah Renata terlihat begitu marah.
Belum sempat Nayra menjawab, Arfi sudah keluar dari mobilnya.
"Arfi, kamu juga ada disini? Jadi kalian berduaan didalam mobil?" mata Renata berkaca kaca.
Sama seperti Nayra, Arfi juga terkejut melihat Renata, Renata kemudian mendekati Nayra.
Plak...
Renata menampar Nayra, membuat pipi Nayra yang putih menjadi merah.
"Dasar pelakor!" Renata ingin menampar Nayra lagi tapi Arfi mencegahnya.
Arfi memegang tangan Renata.
"Jangan pernah menyentuh Nayra." Kata kata Arfi membuat hati Renata sakit.
Ketika itu Renata ingin sekali berteriak sambil marah marah tapi ia tidak melakukannya karena Kevin datang.
"Mama, papa.. aku sudah beli balon." Kevin senang, ia menunjukan balon itu pada Arfi dan Renata.
"Mama sama papa, kenapa diam saja? mama marah ya? karena aku beli balon?" Kevin sedih.
"Engga sayang, kamu boleh beli balon sesuka hati kamu dan sebanyak yang kamu mau." Renata berusaha menahan air matanya, hati Renata sangat sakit melihat suaminya berduaan bersama perempuan lain didalam mobil.ditambah lagi Arfi membela Nayra.
"Mama pulang dulu ya, mama tidak bisa menemani kamu bermain." Renata ingin pulang.
"Mama bilang. mama engga marah, tapi kenapa mama mau pulang? mama jangan pulang dulu." Kevin merengek.
"Sayang, mama pulang bukan karena mama marah, tapi karena mama engga badan. kepala mama pusing." Renata alasan.
"Kevin, kamu main sama papa ya?" Renata sudah tidak ingin berada ditempat itu, rasanya ia muak melihat Nayra.
"Engga seru kalau mainnya cuma berdua." ucap Kevin.
"Kalau begitu kamu ajak saja bu Nayra dan om Raddit." Renata menyindir Nayra ia seolah tahu, jika ia sedang tidak ada maka Nayra yang menggantikan posisinya.
Renata pergi meninggalkan tempat itu, ia seakan tidak memperdulikan Kevin yang sedih karena kepergiannya.
Sebernarnya Renata tidak tega meninggalkan Kevin, tapi ia takut. ia tidak dapat menahan untuk menangis.
"Nay, aku juga harus pergi?" Ucap Raddit tiba tiba.
"Kenapa?" Nayra tidak mengerti kenapa Raddit ikut ikutan pergi.
"Papa ku kirim pesan, katanya Mamaku sakit, jadi aku harus kerumah sakit sekarang." Raddit cemas.
"Aku ikut pulang sama kamu." Nayra tidak ingin bersama Arfi.
"Kita tidak searah nay."
"Aku tidak perduli, pokoknya aku mau pulang." Nayra keras kepala.
"Bu Nayra, temani aku main. mamaku sudah pulang, kalau ibu pulang juga. aku engga mau main. pa, ayo kita pulang." Kevin tidak bersemangat lagi.
Apa yang harus aku lakukan? Nayra bingung.
"Nay, aku engga punya waktu untuk menunggumu berpikir. aku pergi dulu, kamu pulang saja naik taksi." Setelah berpamitan Raddit pergi dari tempat itu.
Nayra terpaksa menemani Kevin bermain, ia bukan tidak suka menemani Kevin tapi ia merasa tidak enak pada Renata.
Seharian mereka bermain, Kevin mencoba semua permainan karena kelelahan Kevin akhirnya tertidur.
Arfi meletakan Kevin dibangku nomer dua, agar Kevin tidur dengan nyaman, sedangakan Nayra duduk dibangku depan bersamanya.
"Nay." Panggil Arfi saat mereka berdua sudah berada didalam mobil.
"Apa?" Balas Nayra.
"Apa kamu pernah berpikir?" Tanya Arfi sambil menyetir.
"Berpikir apa?" Nayra balik bertanya
"Kalau kita ini berjodoh." Arfi melirik kearah Nayra.
"Aku tidak pernah berpikir seperti itu karena kamu sudah beristri."
"Tapi kenapa kita selalu bertemu? disekolah, dibioskop dan sekarang ditempat bermain anak anak." Arfi merasa yakin.
"Aku juga selalu bertemu Raddit, apa mungkin aku dan radit berjodoh?" Kata kata Nayra membuat Arfi kesal dan akhirnya Arfi memilih diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments