Nayra menunggu taksi didepan cafe, wajahnya kelihatan muram. Arfi yang memang sedang mencari Nayra akhirnya menemukan Nayra, ia melihat Nayra duduk sendiri di bangku taman. Arfi mendekati Nayra, ia kemudian duduk disamping Nayra.
"Nay" panggil Arfi.
"Arfi, mau apa lagi kamu?" Nayra berdiri, ia ingin pergi meninggalkan Arfi.
"Nay tunggu! Jangan pergi dulu." Arfi mencoba menghalangi Nayra.
"Nay, ada sesuatu yang mau aku bicarakan." ucap Arfi dengan wajah yang penuh harap, ia berharap Nayra mau mendengarkannya.
"Tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan." Nayra tidak ingin bicara dengan Arfi.
"Ada Nay." Arfi tetap ingin bicara.
"Sebenarnya apa yang mau kamu bicarakan." Nayra penasaran.
"Aku mau minta maaf Nay."
"Maaf untuk Apa?"
"Soal kejadian kemarin."
Arfi, kenapa dia mengungkit kejadian kemarin? Kalau ingat kejadian kemarin aku jadi malu. aku benar benar bodoh, bisa bisanya aku membiarkan Arfi menciumku. padahal Arfi sudah punya istri, kalau begini aku jadi seperti pelakor. lagi lagi Nayra menyalahkan dirinya sendiri.
"Arfi kamu tidak perlu minta maaf, aku juga salah. aku salah karena aku mau kamu antar pulang dan aku salah karena aku lupa mengunci pintu rumahku." Mata Nayra berkaca kaca.
"Nayra aku.." Arfi ingin bicara lagi tapi Nayra mendahuluinya.
"Sudahlah Arfi. tolong jangan bicarakan masalah kemarin, karena itu semua kesalahan dan aku menyesal. sangat menyesal." Nayra seperti ingin menangis.
Nayra, aku sangat senang saat aku bisa menyentuhnya. bahkan aku sampai lupa diri tapi Nayra, dia menganggap itu hanyalah sebuah kesalahan. Arfi menjadi sedih.
"Arfi aku harap kita tidak pernah bertemu lagi." Kata kata Nayra membuat Arfi sakit hati.
"Taksi!" Nayra menghentikan taksi yang lewat didepannya.
Nayra pergi meninggalkan Arfi yang masih sedih setelah mendengar kata kata Nayra.
Arfi membuka pintu mobilnya, ia ingin kembali kekantor tapi saat ia ingin masuk kedalam mobilnya terdengar suara seseorang memanggilnya.
"Papa!" Kevin berlari memeluk Arfi.
"Arfi, kamu masih disini?" Tanya Renata yang ketika itu sedang bersama Kevin.
Renata, kevin. semoga mereka tidak melihat aku bicara dengan Nayra. Batin Arfi.
"Iya tadi aku habis terima telphone." Arfi bohong.
"Karena kebetulan kamu masih ada disini, kamu antar Kevin pulang."Renata seenaknya memerintah Arfi.
"Aku." Arfi mengangkat satu alisnya.
"Iya, kamu. temanku sudah menungguku dimobil."
"Kevin, kamu masuk dulu kemobil." Arfi meminta Kevin masuk kedalam mobil.
"Renata kamu itu apa apaan sih? berani beraninya kamu suruh aku antar kevin." Arfi marah tapi ia berusaha merendahkan suaranya agar Kevin tidak mendengarnya.
"Memangnya kenapa? kamu itu kan papanya. kamu tidak mau mengantar anak kamu?" Renata membuat Arfi bertambah kesal.
"Ini bukan masalah mau atau tidak mau. kamu itu kan ibunya, kamu tidak mau mengantar anak kamu sendiri?" Arfi membalikan kata kata Renata.
"Arfi, aku harus kekantor untuk menyelesaikan masalah, ini semua juga gara gara kamu. kamu memarahi aku didepan klien perusahaanku. kalau begini aku harus mencari klien baru atau aku harus membujuk pak Aldi, supaya dia tetap mau bekerja sama dengan perusahaan tempat aku bekerja." Renata menjelaskan panjang lebar.
"Alasan kamu, sebelum ada masalah kamu juga tidak pernah mengantar kevin.coba kamu ingat ingat, kapan kamu pernah mengantar Kevin? tidak penah kan? sejak Kevin masuk masuk sekolah, satu kalipun kamu tidak mengantarnya apalagi menjemputnya." Arfi marah lagi, dengan wajah cemberut ia masuk kedalam mobilnya ia pergi tanpa berpamitan pada Renata.
"Cih, masa bodo kalau dia marah yang penting aku bisa kembali kekantor" ucap Renata.
Sampai dirumah Arfi meminta Kevin untuk mandi dan berganti pakaian.
"Sayang kamu sudah selesai?" Arfi melihat Kevin keluar dari kamar mandi.
"Sudah pa." Kevin duduk disebelah Arfi.
"Rambut kamu masih basah, sini papa keringkan." Arfi mengambil handuk yang dipegang Kevin, ia lalu mengelap elap rambut Kevin dengan handuk itu.
"Tunggu sebentar, papa mau ambil hair dryer."
"Tidak usah pa. rambut aku pendek, sudah dilap pakai handuk. nanti juga kering sendiri." Kevin tidak ingin merepotkan papanya.
"Ya sudah, kalau begitu kamu makan dulu."
"Aku sudah makan pa, tadi sama mama." Kevin menolak.
"Kalau begitu kita tidur siang."
"Papa enggak kerja lagi?"
"Enggak sayang, besok saja papa kerjanya sekarang papa mau menemani anak kesayangan papa."
Setelah bertengkar dengan Renata dan mendengar kata kata Nayra yang menyakitkan Arfi jadi tidak semangat, Arfi memilih untuk dirumah dan tidak kembali lagi bekerja.
Sore itu ketika kevin sudah bangun dari tidurnya, Arfi mengajak Kevin untuk jalan jalan.
"Kevin sekarang bilang, kamu mau kemana?" Arfi tetap fokus menyetir
"Aku mau nonton bioskop." Kevin kelihatan sangat senang.
"Baiklah, kita nonton." Arfi langsung menyetujui keinginan Kevin.
Ditempat yang lain, diwaktu yang sama.
Nayra sedang memilih buahan buahan yang segar dimini market.
"Kak, Nayra!" Suara seorang anak muda membuat Nayra menoleh.
"Raddit." Nayra tersenyum.
Raddit adalah tetangga Nayra usianya masih delapan belas tahun, Raddit ialah orang yang pernah bertemu Arfi didepan rumah Nayra.
"Kak Nayra ngapain disini?" Raddit mendekati Nayra.
"Belanja."
"Kak Nayra, kita nonton yuk." Tiba tiba Raddit mengajak Nayra.
"Nonton?" Nayra tidak mengerti, kenapa tiba tiba Raddit mengajaknya nonton?
"Aku udah beli dua tiket, tadinya aku mau nonton sama temanku tapi enggak jadi." Raddit terlihat kecewa.
"Kenapa enggak jadi?" Nayra merasa kasihan pada Raddit.
"Aku juga enggak tahu, temanku yang membatalkan janji." Raddit bercerita.
"Ya sudah, kalau begituaku akan temanin kamu nonton. sayangkan tiketnya sudah terlanjur dibeli." Nayra ingin menghibur Raddit.
"Beneran kakak mau?" Mendengar kata kakak, sebenarnya nayra tidak suka. mungkin karena Nayra tidak punya adik.
"Tapi ada syaratnya?" Nayra tersenyum manis.
"Syaratnya apa?"
"Jangan panggil aku KAKAK" Nayra menegaskakan kata Kakak.
"Terus aku harus panggil apa?" Raddit bingung.
"Panggil aku Nay."
Ada apa denganku? Kenapa aku selalu mengingat Arfi, aku meminta Raddit memanggil aku Nay sama seperti Arfi memanggilku.
"Kenapa kamu enggak mau dipanggil kakak?" Raddit ingin tahu.
"Karena aku bukan kakakmu." Jawab Nayra.
"Tapi aku sudah menganggap kamu sebagai kakakmu." Raddit mengikuti langkah kaki Nayra yang sibuk memasukan buah dan sayuran kedalam keranjang.
"Aku tidak mau jadi kakakmu." Nayra kesal.
"Kak Nayra."
"Panggil aku Nay. kalau enggak, aku enggak akan menemami kamu nonton" Nayra memberi pilihan pada Raddit.
"Oke, Nay cerewet." Raddit terseyum.
Setelah mengantar Nayra pulang untuk menaruh barang belanjaannya. Raddit dan Nayra lalu pergi menonton bioskop.
"Raddit, kenapa kita duduk berjauhan? kamu lihat ini, aku duduk diatas paling pojok sementara kamu duduk dibarisan depan. maksud kamu apa?" Nayra protes setelah ia mengetahui nomer bangkunya berbeda jauh dengan Raddit.
"Nay, kamu pingin banget ya duduk didekat aku?" Raddit menggoda Nayra.
"Apaan sih kamu?" Nayra marah.
"Maaf Nay, aku enggak suka duduk dibelakang jadi aku pilih bangku depan"
"Terus, Kenapa aku dibangku belakang?" Nayra masih mempermasalahkan tempat duduk.
"Itu karena teman aku enggak suka duduk didepan hehee..." Raddit malah cengengesan.
"Kalau begini, sama saja kita nonton sendiri sendiri." Omel Nayra.
"Ya enggak dong Nay, kita kan berangkat bareng pulangnya juga bareng." ucap Raddit santai.
"Terserah kamu, ya udah kita masuk. filmnya udah mau mulai." Nayra berjalan mendahului Raddit.
Berdua dengan Raddit membuat sikapku berubah seperti anak kecil, yang dia tonton juga fillm kartun. nyebelin banget si Raddit. Nayra marah marah dalam hati.
Nayra masuk kedalam kedalam gedung bioskop. karena Raddit menyusulnya, mereka jadi jalan bersama.
Nayra tidak tahu bahwa ada sepasang mata yang menatapnya dari bangku atas.
Nayra nonton sama bocah aneh itu. ada hubungan apa mereka?
Arfi ternyata menonton film ditempat yang sama dengan Nayra.
Arfi melihat Raddit duduk didepan dan ia memperhatikan Nayra berjalan semakin dekat kearahnya.
Kenapa dia kesini? Jangan sampai dia melihatku. Arfi deg deg kan.
Saat Arfi sedang gelisah, lampu bioskop dimatikan. Sehingga Arfi bisa bernafas dengan lega, Arfi menoleh kesamping tempat dimana Kevin duduk, dilihatnya kevin tertidur pulas.
Kenapa dia malah tidur? Arfi tidak tega membangunkan Kevin, akhirnya ia membiarkan Kevin tidur.
Arfi melirik Nayra yang sudah berdiri disamping bangkunya jantung Arfi berdebar debar karena Nayra duduk tepat disebelahnya.
Jadi dia duduk disini? Aku tidak boleh mengeluarkan suara, supaya dia tidak tahu kalau aku disini. kalau dia tahu, nanti dia bisa kabur. Arfi tersenyum senang.
Nayra sebenarnya sangat lelah. pulang kerja ia membersihkan seluruh rumah, belum lagi ia sempat pingsan disiang hari. tubuhnya seakan tak bertenaga.
"lebih baik aku tidur, lagi pula aku tidak suka film kartun." Nayra memejamkan matanya.
Arfi ingin tertawa mendengar ocehan Nayra tapi ia berusaha menahannya, sepuluh menit kemudian Nayra sudah tertidur.
Nay bodoh! kalau mau tidur kenapa harus jauh jauh datang kesini? buang buang uang saja. Arfi menyentuh wajah Nayra.
Nay, kenapa setiap didekatmu aku tidak bisa mengendalikan diriku? aku selalu ingin menyentuhmu. kenapa kita sering sekali bertemu tanpa sengaja? apa mungkin kita ini berjodoh? Petanyaan pertanyaan itu muncul dibenak Arfi.
Arfi masih menyentuh wajah Nayra, ia juga menyentuh bibir Nayra. Arfi lalu menurunkan tangannya dari bibir Nayra, ia mendekatkan wajahnya pada wajah Nayra.
Arfi memberanikan diri mengecup bibir Nayra, saat sudah mengecup bibir Nayra, Arfi tergoda ingin melakukannya lagi.
Bukan hanya mengecup bibir Nayra. Arfi juga menciumnya karena tidak ada perlawanan dari Nayra, Arfi tidak ingin melepaskan ciumannya.
Nayra yang tertidur merasakan ada yang menyentuh bibirnya, Nayra masih setengah sadar Nayra mengira itu hanya mimpi.
Nayra seolah terbang melayang, ia membalas ciuman Arfi. Nayra mulai merasa kejadian itu seperti nyata. Nayra tersadar karena Arfi belum berhenti menciumnya.
Nayra membuka matanya. tubuh Nayra bergetar, jantungnya berdebar debar. ia tidak mengira kejadian itu nyata, saat itu sedang ada seseorang yang mencium bibirnya.
Nayra menutup matanya lagi, ia melingkarkan tangannya dileher arfi dan Nayra kembali membalas ciuman Arfi.
Kenapa aku merasa orang ini adalah Arfi? tidak mungkin! aku pasti sudah gila.
Nayra membuka matanya kemudian ia mendorong dada Arfi, Nayra ingin berteriak tapi Arfi sudah menutup mulutnya.
"Nay, ini aku." Arfi berbisik ditelinga Nayra, ia lalu melepaskan tangannya dari mulut Nayra.
"Arfi, jadi benar ini kamu?" Nayra merasa bahagia karena ia tidak salah orang.
"Iya sayang." Arfi mencium lagi bibir Nayra.
Arfi membuka satu kancing baju Nayra. saat Arfi ingin membukanya lagi Nayra memegang tangan Arfi. Nayra menggelengkan kepalanya, ia tidak ingin Arfi berbuat lebih jauh.
Arfi memeluk Nayra dari samping, ia juga meletakan kepalanya dibahu Nayra. Nayra ingin pergi meninggalkan Arfi, tapi hatinya merasa tidak rela melewatkan kesempatan itu.
Nayra merasa nyaman berada didekat Arfi. Nayra membiarkan Arfi memeluknya, sampai akhirnya film selesai dan lampu menyala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments