Sama seperti Nayra yang terkejut melihat Arfi, Arfi juga terkejut melihat Nayra.
Nayra, diantara banyaknya wanita didunia. kenapa harus kamu yang menjadi guru Kevin?
"O.. jadi bapak ini papanya kevin, ayo pak duduk disini. jangan berdiri saja." sikap nyonya Clara tiba tiba berubah, ia yang semula bersikap sombong dan judes mendadak menjadi ramah.
Kevin duduk disamping Nayra dan Denis jadi mau tidak mau Arfi duduk disamping nyonya Clara.
"Bu Nayra, ada masalah apa? sampai sampai ibu meminta saya datang kesekolah." Pandangan mata Arfi tidak lepas dari Nayra, ia terus menatap Nayra.
Dipandang seperti itu membuat Nayra salah tingkah tapi ia berusaha bersikap biasa.
"Kevin tadi memukul denis." Cerita Nayra belum selesai tapi nyonya Clara sudah menyela kata katanya.
"Kevin sudah minta maaf pak, Denis juga sudah memaafkan Kevin. sekarang sudah tidak ada masalah." Nyonya Clara memotong kata kata Nayra.
"Kalau tidak ada masalah, kenapa saya dipanggil kesini?" Arfi terlihat kesal, ia buru buru kesekolah Kevin dan ia juga meninggalkan pekerjaannya hanya demi sesuatu yang menurutnya tidak penting.
"Saya juga tidak tahu pak, Ibu Nayra yang menelphone bapak. itu artinya bu Nayra yang meminta bapak kesini." Nyonya Clara memutar balikan fakta.
Apa apaan ini. kenapa sikap nyonya Clara berubah? Batin Nayra.
"Bu Nayra, sebentar lagi jam pulang sekolah. saya dan Denis pulang duluan ya." Nyonya Clara menggandeng Denis.
"Sampai jumpa lagi, papanya Kevin yang ganteng." Nyonya Clara buru buru membawa anaknya keluar dari ruangan Nayra.
Aku tahu sekarang. sikap nyonya Clara berubah, hanya karena dia terpesona melihat Arfi. Nayra menghela nafas.
"Kevin sayang, tunggu papa dimobil. disana ada om Satria, o iya jangan lupa tutup pintunya." Perintah Arfi.
"Iya pa." Kevin menuruti keinginan Arfi.
Kenapa pintunya harus ditutup. Nayra betanya dalam hati.
"Pak Arfi karena sudah tidak ada masalah bapak boleh pulang, saya juga harus bekerja lagi." Nayra berdiri, ia ingin meninggalkan ruangan itu tapi kaki Nayra tersandung hingga ia jatuh dipangkuan Arfi.
Nayra, beberapa tahun aku tidak bertemu denganmu. sekarang kamu sudah berubah menjadi wanita dewasa yang cantik. Diam diam Arfi memuji Nayra.
"Kamu pasti sengaja." Arfi menatap Mata Nayra.
Deg..
Jantung Nayra berdebar debar, ada perasaan nyaman saat ia duduk diatas pangkuan Arfi. Tatapan mata Nayra terlihat sayu.
"Hey, bu Nayra. kenapa kamu menatapku seperti itu? kau seperti ingin memakanku hidup hidup." Arfi tersenyum mengejek.
Nayra baru sadar kalau ia masih berada dipangkuan Arfi, Nayra cepat cepat ingin berdiri tapi sayangnya ia jatuh kembali karena kakinya terpeleset.
"Nayra, kamu kangen ya sama aku? sampai sampai kamu betah duduk diatas pangkuanku."
Nayra malas meladeni Arfi, ia ingin segera pergi dari tempat itu, tapi saat ia baru berdiri ia merasa kakinya sakit
"Aww..." Nayra meringis kesakitan.
"Nay, kamu kenapa?" Arfi menjadi cemas.
"Aku tidak apa apa." Nayra bohong.
"Nay, kamu jangan bohong, aku tahu kamu sakit." Arfi tidak percaya dengan Nayra.
"Nay, kalau kamu tidak mau jujur, aku akan gendong kamu dan aku akan memaksa kamu kerumah sakit." Ancam Arfi.
"Aku tidak apa apa, cuma kakiku sedikit sakit. mungkin terkilir." Nay menahan rasa sakitnya.
"Kemarilah!" Arfi duduk dan ia menepuk nepuk tempat duduk yang masih kosong disebelahnya, Arfi ingin Nayra duduk disampingnya.
Nayra masih berdiri ia tidak bergerak dan itu membuat Arfi kesal ia menarik tangan Nayra hingga Nayra jatuh terduduk disampingnya.
Arfi, kenapa sikapmu seperti ini? kalau seperti ini, akan sulit bagiku untuk melupakanmu. Batin Nayra
"Naikan kakimu disini." Arfi memegang pahanya.
Nayra menggeleng.
"Nay, aku tidak ingin mengulang kata kataku. Cepatlah! " bentak Arfi.
Nayra menurut. ia menaikan kakinya diatas paha Arfi, Arfi membuka kedua sepatu Nayra ia melemparkannya begitu saja kelantai.
"Nay, kenapa kaki kamu bisa lecet lecet?" Arfi melihat kaki Nayra yang lecet.
"Sudah dua hari aku pakai sepatu hak tinggi, mungkin karena itu kakiku lecet." Nayra memberitahu Arfi.
"Nay bodoh, kalau kamu tidak terbiasa pakai sepatu hak tinggi. kenapa dipakai?" Arfi menggerutu.
"Pertama bekerja disini, aku juga tidak memakainya tapi tiga hari yang lalu pemilik sekolah memberiku sepatu ini. katanya ini sepatu seragam untuk guru karena itu aku terpaksa memakainya." Nayra mencurahkan isi hatinya.
"Dimana pemilik sekolah ini? biar aku labrak dia." Arfi emosi.
"Arfi, sudah jangan marah marah, ini memang keinginan ku sendiri, semua wanita bisa memakai sepatu ini, jadi aku juga ingin bisa memakainya." ucap Nayra.
"Aku harus kembali kekelas, ini waktunya murid muridku pulang. aku akan memberi tahu mereka, kalau mereka sudah boleh pulang" Nayra ingin pergi.
"Nayra kamu tidak boleh pergi?" Arfi melarang Nayra.
"Tapi, aku sudah terlalu lama disini, kasihan murid muridku sudah menunggu." Nayra menolak.
"Ya sudah biar aku saja yang kekelas dan meminta murid muridmu pulang." Arfi berinisiatif.
"Tapi, kalau ada guru lain aku akan ditegur karena tidak menjalankan tugasku."
"Selama ada aku, tidak akan ada yang berani menegurmu. kalau ada yang menanyakanmu akan aku bilang kamu sakit." Arfi mulai menunjukan sikap sombongnya.
"Sekolah ini, bukalah perusahaan milikmu" Arfi tidak mendengarkan Nayra, ia malah pergi meninggalkan Nayra.
Arfi datang kekelas tempat Nayra mengajar, ia mengatakan pada murid murid Nayra bahwa Nayra sedang sakit, karena sudah waktunya pulang Arfi meminta murid murid untuk pulang. Murid murid itu terlihat sangat senang.
Arfi mencari Nayra keruangannya tapi Nayra sudah tidak ada dan pintunya terkunci.
"Kabur kemana wanita keras kepala itu?" Arfi segera menghampiri Kevin dan Satria dimobilnya.
"Satria kamu tolong antarkan Kevin pulang naik taksi, saya ada urusan penting." Perintah Arfi.
"Baik tuan."
Arfi menatap tidak suka pada Kevin, ia memang tidak suka dipanggil tuan karena meskipun Satria bekerja dengannya Arfi sudah mengangapnya sebagai keluarga.
"Kevin, maaf ya sayang. papa tidak bisa mengantarmu pulang. papa ada urasan sebentar." Arfi lalu meminta Kevin turun dari mobilnya.
"Urusan apa pa?" Kevin terlihat kecewa.
"Sayang, bu Nayra sakit, papa mau antar bu Nayra kedokter."
"Ya sudah, papa antar saja bu Nayra." Wajah muram Kevin tiba tiba merubah menjadi ceria, entah mengapa anak itu senang melihat Arfi dekat dengan Nayra.
Nayra duduk dihalte sambil mengelus elus kakinya, ia melihat ada mobil berhenti tidak jauh hadapannya. mobil itu dibuka dan Nayra melihat Arfi keluar dari mobil itu, Arfi bahkan menghampiri Nayra.
Mau apa dia? Batin Nayra.
"Nayra cepat masuk kedalam mobilku." Arfi duduk lalu berbisik ditelinga Nayra.
"Aku tidak mau." Nayra berdiri.
"Kalau kamu tidak mau, aku akan memaksamu." Ancam Arfi.
"Benarkah? aku mau lihat, bagaimana caramu memaksaku?" Nayra menatang Arfi.
Tanpa basa basi Arfi langsung menggendong Nayra.
"Arfi turunkan aku!" Nayra memukul mukul dada Arfi.
Arfii tidak menghiraukan Nayra.
"Kamu itu, berisik sekali." Arfi cepat cepat menutup mobilnya ketika ia sudah menurunkan Nayra didalam mobilnya.
Nayra ingin keluar dari mobil itu tapi Arfi sudah menjalankan mobilnya terlebih dulu.
"Nay."
"Apa!" Nayra kesal.
"Aku akan mengantarmu kerumah sakit."
"Tidak perlu, aku tidak sakit." Nayra memasang wajah sinisnya.
"Kaki kamu sakit."
"Ini cuma lecet sedikit, nanti aku bisa obatin sendiri dirumah. besok juga sembuh." Nayra tidak ingin kerumah sakit.
"Tidak bisa Nay, kamu harus kerumah sakit." Arfi tetap ingin membawa Nayra kerumah sakit.
"Kalau kamu memaksa, aku akan turun sekarang dari mobil kamu." Kini ganti Nayra yang mengancam Arfi.
"Kalau begitu, aku antar kamu pulang."
Nayra hanya diam, ia tidak menanggapi kata kata Arfi.
"Nay jawab! jangan diam saja." Arfi melirik Nayra.
Kakiku masih sakit, aku juga terlanjur ada didalam mobil Arfi. pikir Nayra
"Ya sudah, kamu antar kamu pulang." Arfi tersenyum bahagia mendengar jawaban Nayra.
Didalam perjalanan.
"Nay "
"Hmmm"
"Kenapa kamu diam? kamu marah?"
"Engga, aku cuma lagi mikir, nanti sore aku masak apa? buat suami aku."
Srttt.....
Tiba tiba Arfi menghentikan mobilnya.
"Arfi kamu enggak apa apa?" Nayra khawatir.
"Enggak, aku enggak papa. Nay, jadi kamu udah nikah?" Arfi sangat kecewa.
"Iya, aku bukan abg lagi. umurku sekarang 27 tahun, jadi aku sudah pantas untuk menikah." Nayra sengaja membohongi Arfi.
"Sama seperti kamu, kamu juga sudah menikah." Nayra mengingatkan Arfi kalau dia sudah beristri.
"Nay, apa suami kamu itu orang miskin?"
"Memangnya kenapa?" Nayra merasa aneh mendengar kata kata Arfi.
"Dulu kamu membantalkan rencana pernikahan kita karena aku kaya, itu artinya kamu ingin punya suami orang miskin " Arfi asal bicara.
"Suami aku memang bukan orang kaya, tapi dia itu pekerja keras. bukan orang yang bisanya cuma mengandalkan kekayaan orang tua." Nayra mendindir Afri.
"Aku juga pekerja keras, sudah beberapa tahun ini aku bekerja diperusahaan papaku." Arfi tidak mau kalah.
Naya tidak membalas kata kata Arfi, ia memilih untuk diam.
"Nay, kamu diam lagi?"
"Ya.. habisnya kamu bahas masalah yang enggak penting. kamu mau kerja atau enggak itu kan bukan urusanku. Kenapa kamu harus memberitahu aku?" Omel Nayra.
"Kamu engga perduli lagi sama aku?" Arfi menjadi sedih.
"Arfi, kenapa kamu bicara begitu? kamu sudah punya istri dan aku sudah punya suami. jadi kenapa aku harus perduli padamu?"
"Tapi, aku masih mencintaimu Nay." Arfi tiba tiba mengenggam tangan Nayra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Ika Rahmawati
mantab
2022-10-07
8