Bertemu kembali

"Nay, kamu masih ingat? kamu bilang kamu mau menikah denganku, kalau kita sudah lulus kuliah. sekarang kita sudah lulus. kita cuma nunggu diwisuda, tapi kenapa Nay? kenapa kamu mau kita putus?" Arfi tidak bisa menerima keputusan Nayra.

"Nay, apa salahku? sampai kamu tega mutusin aku, aku sudah menunggu kamu selama empat tahun." Arfi memegang bahu Nayra sambil menguncang guncangkan tubuh Nayra.

"Arfi kamu enggak salah tapi aku merasa kita enggak cocok, kita ini berbeda Arfi." Nayra menghapus air matanya.

"Berbeda apanya nay? Bagiku kita ini sama, sama sama manusia." Arfi melepaskan pegangan tangannya pada bahu Nayra.

"Disaat aku bekerja keras, mencari uang untuk membiayai hidupku. kamu sibuk menghambur hamburkan uang dan disaat aku mengumpulkan uang untuk membeli hadiah. teman temanmu memberikanmu hadiah yang tidak bisa aku beli, jadi aku merasa kita ini berbeda." Nayra mengungkapkan iai hatinya.

"Itu salah kamu sendiri, kenapa kamu selalu menolak uang yang kuberikan?" Arfi malah menyalahkan Nayra.

"Arfi, aku tidak mau dianggap sebagai perempuan matre."

"Nay, kamu itu jadi perempuan ribet banget. kalau kamu kurang uang. kamu ambil saja uangku, lagi pula buat apa kamu pikirin kata kata orang?" Arfi bingung dengan sifat Nayra yang menurutnya merepotkan.

"Sudahlah Arfi, kita tidak perlu membicarakan tentang uang lagi, aku cuma mau kita putus." Nayra sudah yakin dengan keputusannya.

"Baiklah kalau itu keinginanmu." untuk sesaat Arfi memejamkan matanya, ia mencoba mengendalikan perasaannya.

Arfi, dia langsung setuju. aku memang ingin putus tapi aku pikir Arfi tidak akan mau, aku pikir Arfi akan mengatakan. Nayra, aku tidak ingin berpisah denganmu. Nayra merasa sedih.

"Ya udah, kalau enggak ada lagi yang mau diomongin, aku pergi." Kata kata Arfi terdengar dingin ditelinga Nayra.

"Arfi tunggu!" Nayra berlari kecil mengejar Arfi.

Arfi berhenti lalu ia menoleh kebelakang. saat itu Arfi sudah kembali, ia berada diruangan tempatnya mengadakan pesta.

"Arfi ini kado dari aku, kamu enggak mau terima?" Tanya Nayra dengan wajah yang terlihat muram.

"Aku enggak butuh kado dari kamu, kita udah engga ada hubungan apa apa. jadi buat apa aku terima kado dari kamu?"

"Arfi, biarpun kita udah putus. aku berharap kamu terima kado dari aku." Nayra sangat berharap.

"Aku enggak mau." Arfi menolak

"Arfi, please terima. anggap saja ini sebagai kenang kenangan terakhir dariku." Nayra memohon.

"Aku enggak mau." Arfi tetap menolak.

Tapi Nayra keras kepala, ia tidak ingin hadiah yang ia beli menjadi sia sia. Nayra meraih tangan Arfi lalu memberikan hadiah itu pada Arfi.

"Aku bilang enggak mau, ya engga mau!" Arfi membentak Nayra sambil membanting paper bag yang diberikan Nayra.

Suara keras Arfi dan suara benda yang jatuh mencuri perhatian tamu tamu yang datang, mereka semua melihat kearah Arfi dan Nayra.

"Arfi ada apa ini?" Steve yang melihat kejadian itu langsung mendekati Arfi. Verdi juga ingin tahu apa yang terjadi, ia bejalan mengikuti Steve dari belakang.

"Perempuan ini mau kasih kado buat gue, gue udah bilang enggak mau tapi dia maksa." Jawab Arfi masih dengan nada suara yang tinggi.

"Arfi, Nayra itu calon istri lu. kenapa lu engga terima kado dari Nayra?" Verdi bingung.

"Siapa bilang dia calon istri gue, dia itu bukan siapa siapa. dia enggak lebih dari sekedar perempuan kampung." Kata kata Arfi sungguh menyayat hati.

Nayra hampir menangis mendengar kata kata Arfi, tapi ia berusaha menahan air matanya.

"Mba kesini sebentar." Arfi memanggil salah satu pegawai hotel yang bediri tidak jauh dari tempatnya.

"Tolong buang sampah ini." Arfi menunjuk paper bag yang diberikan Nayra dengan arah pandangan matanya.

Setelah mengucapkan kata kata yang menyakiti hati Nayra, Arfi meninggalkan ruangan itu begitu saja. Nayra berlari kecil, ia juga ingin meninggalkan ruangan itu.

"Mba tunggu sebentar!" Steve menghalangi pegawai hotel yang ingin membuang paper bag.

"Kemarikan paper bagnya, jangan dibuang." Steve meminta paper bag yang dibawa pegawai hotel itu.

Pegawai hotel itu memberikan paper bag yang ia pegang pada steve, kemudian ia kembali bekerja.

"Buat apa sih lu ambil kado Nayra?" Verdi merasa heran.

"Mau gue kasih Arfi." Jawab Steve.

"Arfi kan suruh buang?"

"Sekarang dia masih emosi, nanti kapan kapan kalau dia udah enggak marah. baru gue kasih."

Steve dan Verdi kemudian meninggalkan pesta itu.

Didalam taksi.

Arfi, kalau kamu mau marah. marah saja sama aku, kenapa kamu harus mempermalukan aku didepan umum? Nayra menangis tanpa suara.

Sampai dirumah Arfi langsung masuk kedalam kamarnya, untuk melampiaskan rasa sedih dan marahnya ia membanting semua barang barang yang ada dikamar itu. kamar yang semula rapi dalam sesaat berubah menjadi berantakan.

"Nay, jangan salahkan aku. jika aku menyakiti hatimu, karena kamu yang memulainya. seandainya kamu tahu? waktu kamu bilang,setelah kita lulus kuliah kamu mau menikah denganku. aku sangat senang dan setiap hari aku menghitung hari, detik demi detik. empat tahun bagaikan empat puluh tahun. waktu terasa sangat lama, aku tidak mengira penantian ku sia sia. setelah empat tahun aku menunggu, kamu malah minta putus." Arfi bicara sendiri, ia tidak dapat menahan air mata yang tiba tiba jatuh dari kedua belah matanya.

"Untunglah, aku mengadakan acara pesta ulang tahun hanya bersama teman teman ku."

Meskipun banyak tamu datang tapi mereka semua adalah teman teman Arfi, nenek Arfi sedang sakit karena itu kedua orang tua arfi pergi keluar kota untuk menjenguk nenek arfi dan Arfi mengadakan acara ulang tahun hanya bersama teman temannya.

Arfi sengaja tidak mengundang keluarga dekatnya, akan sangat canggung bila keluarga dekatnya datang tanpa kehadiran orang tuanya.

Aku sebenarnya ingin memperkalan Nayra pada orang tuaku, tapi Nayra memustuskan hubungannya denganku. sementara mama dan papa mereka sedang tidak ada.

Hari itu seharusnya Arfi bahagia tapi Nayra sudah membuat Arfi menjadi sedih.

Beberapa tahun kemudian

Perusaahaan tempat Nayra bekerja mengalami kebangkrutan, Nayra dan karyawan lainnya terpaksa mencari pekerjaan baru. Nayra diberi tahu oleh temannya kalau disebuah sekolah taman kanak kanak ada lowongan pekerjaan.

Karena kebetulan Nayra menyukai anak anak, Nayra melamar pekerjaan menjadi guru tk disekolah itu. Nayra sangat beruntung, Nayra diterima bekerja disana. Sekolah itu termaksud sekolah terbaik dan terfavorite dikota itu.

"Bu Nayra, bu Nayra" Panggil salah seorang petugas kebersihan disekolah.

"Ada apa bu Marni?" Nayra melihat bu Marni tergesa gesa menghampirinya.

"Kevin bertengkar lagi bu, tadi dia memukul Denis. sekarang Denis sedang menangis" Bu Marni cemas.

"Bu Marni, kenapa ibu diam saja? seharusnya ibu pisahin mereka?" Nayra menghela nafas.

"Maaf bu, Bu Nayra yang mengajar dikelas mereka jadi ini tugas ibu. saya ini kan cuma tukang bersih bersih bu, saya tidak berhak memisahkan mereka." Jawab bu Marni.

"Ibu benar ini tugas saya. ya sudah saya kekelas dulu, saya mau lihat mereka." Nayra berjalan meninggalkan bu Marni.

"Ditinggal ketoilet sebentar saja, Kevin sudah bertengkar. Kenapa anak itu suka sekali membuat masalah? Baru dua minggu bekerja disini, kevin sudah berkali kali bertengkar." Nayra menggerutu.

Sesampainya dikelas Nayra meminta murid murid yang lain untuk menunggu dikelas, sementara ia membawa Kevin dan Denis kekantor. Denis berhenti menangis saat Nayra datang, ia pikir Nayra akan menghukum Kevin.

Diruangan Nayra.

"Kevin, kenapa kamu memukul Denis?" Nayra duduk dihadapan Kevin dan Denis.

"Dia dulu bu yang mulai, dia ngatain aku. Dia bilang aku enggak punya ibu." Sorot mata Kevin memancarkan kesedihan. entah mengapa meskipun Kevin nakal Nayra menyukai anak itu, ada perasaan sayang yang sulit untuk Nayra ungkapkan.

"Bu aku enggak ngatain dia, aku cuma ngomong kenyataan. Kevin memang tidak punya ibu." Denis membela diri.

"Denis, biarpun Kevin tidak punya ibu tapi kamu tidak boleh bicara begitu, itu tidak sopan nak." Narya mengelus elus kepala Denis.

"Dan kamu Kevin, kamu juga tidak boleh memukul orang." Nayra juga mengelus elus kepala Kevin.

"Kevin kamu minta maaf sama Denis karena kamu sudah memukul Denis, Denis kamu juga minta maaf sama Kevin karena kamu sudah menghina Kevin." Kelembutan serta sikap sabar Nayra menbuat hati Kevin dan Denis melunak.

Kevin dan Denis sama sama tersenyum sambil berjabat tangan.

"Tidak bisa begini, ini namanya tidak adil." Seorang wanita cantik dan berpenampilan glamor tiba tiba masuk kedalam ruangan Nayra.

Wanita itu meletakan kaca mata hitamnya diatas meja, dengan sombongnya ia duduk menyilangkan kakinya.

Dari penampilan wanita ini. dia pasti orang penting. Batin Nayra.

"Maaf, ibu ini siapa ya?" Tanya Nayra.

"Apa kamu tidak tahu siapa saya? kamu sendiri siapa?" Ibu ibu itu sangat menyebalkan.

Dia itu bukan artis, kenapa aku harus tahu siapa dia? Nayra kesal.

"Saya Nayra, saya guru baru disini." Nayra tersenyum kecut.

"O..pantas kamu tidak tahu siapa saya. saya nyonya Clara saya ibunya Denis." Wanita itu memberi tahu siapa dirinya.

"Saya tidak terima anak saya dipukul" Nyonya clara protes.

"Nyonya Clara, Kevin sudah minta maaf dan Denis sudah memaafkan Kevin." Nayra tetap tersenyum meskipun ia ingin sekali mencabik cabik wanita yang ada dihadapannya.

"Kamu kira dengan minta maaf, anak saya langsung sembuh? lihat ini! muka anak saya biru biru." Nyonya Clara mengangkat sedikit dagu Denis untuk menunjukan wajah Denis yang masih biru.

"Pokoknya, saya tidak bisa terima!" lanjut nyonya Clara.

"Nyonya, lalu nyonya maunya bagaimana?" Nayra masih pura pura senyum.

"Panggil orang tua Kevin kemari! saya mau minta pertanggung Jawaban. sekalian saya mau memberi tahu, kalau anaknya nakal." Nyonya Clara terlihat marah.

"Baiklah, kalau itu mau nyonya." Nayra menuruti keinginan nyonya Clara.

"Kevin apa ibu boleh minta nomer handphone papa kamu?" Tanya Nayra pada Kevin.

"Boleh bu."Jawab Kevin.

"Bu Nayra, memangnya sekolah ini tidak punya nomer telphone papanya Kevin?" sindir Nyonya Clara.

"Kalau saya harus mencari nomer papanya Kevin itu terlalu lama." Nayra mengungkapkan alasanya.

"Tapi, apa kevin hafal nomer papanya?" Nyonya Clara merasa ragu.

"Saya hafal." ekspresi wajah kevin sangat meyakinkan.

Syukurlah, ternyata meskipun nakal Kevin itu anak yang pintar. Nayra merasa lega.

"Kevin, tolong kamu tulis nomer handphone papa kamu." Nayra memberikan selembar kertas dan bolpoint.

Selesai menulis Kevin mengembalikan kertas itu pada Nayra.

"Kevin nomer papa kamu ada dua?" Nayra melihat Kevin menulis dua nomer ponsel.

"Yang diatas nomer mama saya, yang dbawah nomer papa saya."

Mama? jadi kevin punya mama, tapi kenapa Denis bilang kevin tidak punya mama?kenapa aku jadi penasaran? Nayra melamun.

"Bu Nayra, cepat telphone! malah bengong." Nyonya Clara tidak sabar.

"Iya, bu sebentar ya." Nayra Mencoba menelphone mamanya Kevin tapi ponselnya tidak aktif.

Hpnya tidak aktif, ya sudah aku coba telphone papanya kevin. Satu tangan Nayra memegang ponsel dan satu tangannya lagi memegang kertas.

"Hallo selamat siang, dengan siapa ini" telphone Nayra dijawab.

"Saya, bu Nayra gurunya Kevin. apa ini papanya Kevin?" Nayra senang telphonenya tersambung.

"Bukan, saya Satria asistentnya. Kebetulan Pak Arfi, papanya Kevin sedang ketoilet."

Arfi? sudah lama sekali aku tidak mendengar nama ini, kenapa nama papanya Kevin sama seperti nama mantan pacar aku? Ada perasaan aneh dihati Nayra saat mendengar nama Arfi.

"Begini, tolong sampaikan pada Pak Arfi untuk datang kesekolah Kevin sekarang, karena ada masalah penting yang mau saya bicarakan." Nayra menjelaskan maksudnya menelphone Arfi.

"O..iya bu nanti saya sampaikan."

"Terima kasih." Nayra menutup telphonenya.

Arfi baru saja keluar dari toilet dan ia melihat Satria sedang memegang ponselnya.

"Ada telphone?" Arfi duduk dikursinya.

"Ada pak, maaf tadi saya lancang mengangkat telphone untuk bapak, karena hp bapak bunyi terus." Satria merasa tidak enak.

"Tidak apa apa! telphone dari siapa?" Arfi sudah menganggap Satria sebagai keluarga, bahkan ia tidak keberatan Satria meminjam barang barangnya.

"Telphone dari bu Nayra."

Arfi langsung terbatuk batuk saat Satria menyebutkan nama Nayra. Satria memberikan gelas berisi air pada Arfi, kebetulan gelas itu ada diatas meja Arfi.

Nayra? tidak mungkin Nayra menelphoneku. ini pasti Nayra yang lain, bukan Nayra yang aku kenal. Arfi tiba tiba merasa gelisah.

"Siapa kamu bilang? Nayra?" Arfi meminum air yang diberikan Satria.

"Iya pak, bu Nayra gurunya Kevin. dia meminta bapak untuk kesekolah Kevin sekarang, bu nayra bilang ada masalah penting."

"Kevin, masalah apa lagi yang dia buat? ayo kita kesekolah sekarang." Arfi berjalan meninggalkan ruangan itu.

"Apa bapak tidak ingin menelphone ibu Renata?" Satria mengikuti Arfi.

"Tidak usah." Arfi terus berjalan ketempat dimana mobilnya dipakrir.

Aku jadi penasaran ingin bertemu gurunya Kevin.

Sementara itu disekolah kevin.

"Kevin, sebenarnya papa kamu mau datang atau tidak? lama sekali." Nyonya Clara tidak sabar menunggu kedatangan Arfi.

"Sabar bu, kita tunggu sebentar." Nayra sebenarnya malas mendengarkan ocehan Nyonya Clara.

"Papa." Kevin tiba tiba berlari kedepan pintu, ia lalu memeluk Arfi. ternyata Arfi sudah datang.

Nayra berdiri, kemudian ia membalikan badannya. ia sangat terkejut melihat Arfi.

Arfi jadi dia papanya kevin.

Terpopuler

Comments

Ika Rahmawati

Ika Rahmawati

kereen

2022-10-07

7

lihat semua
Episodes
1 Pebedaan Nayra dan Arfi
2 Bertemu kembali
3 Kebohongan Nayra
4 Terbawa suasana
5 Curiga
6 Jodoh
7 Penolakan Nayra
8 Pelakor
9 Istri kedua
10 Pertemuan tanpa disengaja
11 Jodoh pasti bertemu
12 Bertengkar
13 Perasaan Raddit
14 Sakit hati
15 Menyesal
16 Suara hati Nayra
17 Cemburu
18 Tidur bersama
19 Sandiwara Nayra
20 Arfi kecelakaan
21 Hadiah untuk Arfi
22 Pernikahan Nayra
23 Istri simpanan
24 Kemarahan Nayra
25 Malam pertama
26 Repotnya punya dua istri
27 Keinginan Renata
28 Kangen
29 Bercerai
30 Permintaan Arfi
31 Arfi sakit
32 Rumah Arfi
33 Pergi dari rumah
34 Villa Raddit
35 Catatat harian Arfi
36 Nayra hamil
37 Isi hati Nayra
38 Adik untuk Kevin
39 Rumah sakit
40 Rumah sakit 2
41 Mencari Nayra
42 Nayra kabur
43 Kampung halaman Nayra
44 Nayra pergi lagi
45 Kevin tenggelam
46 Kembali kerumah
47 Rumah baru Nayra
48 Pengakuan Renata
49 Nayra kabur lagi
50 Keputusan Renata
51 Pekerjaan untuk Nayra
52 Hanya mimpi
53 Bertemu Arfi dikampus
54 Perkelahian Arfi dan Raddit
55 Sikap manis Arfi
56 Nayra melahirkan.
57 Ancaman Arfi
58 Nama untuk bayi bayi Nayra
59 Bintang dan Bulan
60 Jangan ambil anakku
61 Hari yang penuh kejutan
62 Perubahan sikap Arfi
63 Pergi dari rumah
64 Pergi keluar Negeri
65 Talak tiga
66 Menjadi baby sister untuk anakku
67 Tinggal bersama Arfi
68 Penyesalan Arfi
69 Dinner romantis
70 Manusia bodoh
71 Kecurigaan Arfi
72 Pernikahan Renata dan Satria
73 Malam pertama Renata
74 Pertengkaran
75 Berhenti kerja
76 Perasaan yang sama
77 Hati yang tersakiti
78 Pertengkaran Nayra dan Arfi
79 Hujan deras
80 Salah paham
81 Jadi bagini rasanya
82 Mengikuti Nayra
83 Kejutan untuk Renata
84 Pernikahan Raddit
85 Pernikahan Raddit 2
86 Hujan hujanan
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Pebedaan Nayra dan Arfi
2
Bertemu kembali
3
Kebohongan Nayra
4
Terbawa suasana
5
Curiga
6
Jodoh
7
Penolakan Nayra
8
Pelakor
9
Istri kedua
10
Pertemuan tanpa disengaja
11
Jodoh pasti bertemu
12
Bertengkar
13
Perasaan Raddit
14
Sakit hati
15
Menyesal
16
Suara hati Nayra
17
Cemburu
18
Tidur bersama
19
Sandiwara Nayra
20
Arfi kecelakaan
21
Hadiah untuk Arfi
22
Pernikahan Nayra
23
Istri simpanan
24
Kemarahan Nayra
25
Malam pertama
26
Repotnya punya dua istri
27
Keinginan Renata
28
Kangen
29
Bercerai
30
Permintaan Arfi
31
Arfi sakit
32
Rumah Arfi
33
Pergi dari rumah
34
Villa Raddit
35
Catatat harian Arfi
36
Nayra hamil
37
Isi hati Nayra
38
Adik untuk Kevin
39
Rumah sakit
40
Rumah sakit 2
41
Mencari Nayra
42
Nayra kabur
43
Kampung halaman Nayra
44
Nayra pergi lagi
45
Kevin tenggelam
46
Kembali kerumah
47
Rumah baru Nayra
48
Pengakuan Renata
49
Nayra kabur lagi
50
Keputusan Renata
51
Pekerjaan untuk Nayra
52
Hanya mimpi
53
Bertemu Arfi dikampus
54
Perkelahian Arfi dan Raddit
55
Sikap manis Arfi
56
Nayra melahirkan.
57
Ancaman Arfi
58
Nama untuk bayi bayi Nayra
59
Bintang dan Bulan
60
Jangan ambil anakku
61
Hari yang penuh kejutan
62
Perubahan sikap Arfi
63
Pergi dari rumah
64
Pergi keluar Negeri
65
Talak tiga
66
Menjadi baby sister untuk anakku
67
Tinggal bersama Arfi
68
Penyesalan Arfi
69
Dinner romantis
70
Manusia bodoh
71
Kecurigaan Arfi
72
Pernikahan Renata dan Satria
73
Malam pertama Renata
74
Pertengkaran
75
Berhenti kerja
76
Perasaan yang sama
77
Hati yang tersakiti
78
Pertengkaran Nayra dan Arfi
79
Hujan deras
80
Salah paham
81
Jadi bagini rasanya
82
Mengikuti Nayra
83
Kejutan untuk Renata
84
Pernikahan Raddit
85
Pernikahan Raddit 2
86
Hujan hujanan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!