Diantara Dua Hati
Sejak mulai kuliah Nayra sudah berpacaran dengan Arfi, awal awal pacaran Nayra merasa senang tapi lama kelamaan hati Nayra sering tersakiti.
Arfi adalah anak seorang pengusaha sukses dan kaya raya, hidupnya begelimang harta. sikapnya seakan akan ia adalah seorang raja, hanya dengan beberapa kata maka semua pelayan akan menuruti keinginannya.
Arfi bahkan tidak pernah memotong kukunya sendiri, cukup berkata kukuku sudah panjang. maka orang yang bekerja dirumahnya akan memotong kuku Arfi. Arfi juga tidak pernah melakukan apa apa sendiri semuanya serba dilayani, hanya dua hal yang arfi lakukan sendiri yaitu mandi dan berganti pakaian.
Berbeda dengan Nayra sejak kecil Nayra tinggal didesa bersama ayahnya. ayah Nayra adalah seorang petani, ibu Nayra sudah meninggal saat Nayra masih berumur empat tahun. didesa Nayra sudah terbiasa hidup sederhana dan mandiri, Nayra bisa kuliah satu kampus dengan Arfi karena mendapatkan bea siswa.
Ketika Nayra menerima cinta Arfi seisi kampus heboh, mereka menganggap Narya hanyalah gadis kampung yang beruntung. mereka juga mengatakan Nayra hanya memanfaatkan uang Arfi, Nayra tidak ingin mendengarkan suara suara sumbang yang menghinanya ia mencoba untuk bersabar.
Orang orang itu hanya berani bergosip dibelakang Nayra. mereka tidak berani mengatakan secara langsung didepan Nayra, karena mereka takut Arfi marah. orang orang yang bergosip tentang Nayra tidak tahu kalau Nayra tanpa sengaja pernah mendengar saat mereka sedang membicarakan Nayra.
Malam itu Nayra Tergesa gesa menuju hotel tempat dimana Arfi merayakan pesta ulang tahunnya, Sebenarnya Nayra enggan datang kepesta itu tapi karena Arfi memaksanya dengan berat hati Nayra akhirnya memenuhi permintaan Arfi.
Beberapa bulan sebelum Arfi berulang tahun, Nayra sudah mengumpulkan uang untuk membeli hadiah. Nayra berharap Arfi menyukai hadiah yang akan ia berikan.
Nayra akhirnya sampai dilantai tiga, tempat Arfi mengadakan pesta ulang tahun. Nayra sedikit canggung ketika melihat banyak tamu yang sudah datang.
Ini lebih mirip seperti resepsi pernikahan, entah berapa banyak uang yang Arfi hambur hamburkan hanya untuk sebuah pesta. Nayra mengelus dadanya
Nayra ingin menghampiri Arfi yang sedang asik ngobrol bersama teman temannya.Nayra menghentikan langkahnya, tiba tiba ia menjadi ragu. ia tidak ingin menggangu Arfi yang sedang bersama dengan teman temannya.
"Hey.. mana kado buat gue? lu semua dari tadi diem aja. jangan jangan lu semua enggak ada yang bawa kado." Arfi cengengesan.
"Bawa dong! ini kadonya." Steve salah satu teman Arfi memberikan sebuah kotak kecil.
"Apa ini? Kecil banget." Arfi tertawa mengejek.
"Jangan dilihat dari ukurannya, lihat isinya." Steve yang sudah terbiasa mendengar hinaan dari Arfi hanya terkekeh.
"Wow..kunci mobil." Arfi melongo setelah ia membuka dan melihat isi kotak itu.
"Bukan cuma kuncinya, mobilnya juga gue kasih buat lu haahaaa.." Ujar Steve.
"Lu serius kasih gue mobil?" Arfi seakan tidak percaya.
"Iya mobil sport keluaran terbaru. Kenapa?" Steve mengangkat satu alisnya.
"lu pikir gue engga mampu beli mobil?" ujar Arfi dengan nada sombong.
"Gue tau, lu anak sultan. lu bisa beli apa saja yang lu mau, tapi apa gue enggak boleh kasih kado buat lu? kalau lu enggak terima sini balikin!" Steve ingin mengambil kunci mobil yang dipegang Arfi.
"Barang yang udah jadi milik gue, enggak bisa diambil orang lain" Arfi memegang erat erat kunci mobil yang ia pegang, lalu dengan cepat ia memasukannya kedalam saku Celananya.
Steve hanya tertawa melihat tingkah laku Arfi.
"Nah kalau yang ini kado dari gue." Verdi yang juga merupakan teman dekat Arfi memberikan Arfi selembar amplop.
"Haahaaa... lu menghina gue? buat apa lu kasih gue amplop?" Arfi tertawa.
"Jangan dilihat amplopnya, lihat isinya" Verdi mengikuti gaya bicara Steve.
Arfi membuka amplop itu dan ternyata isinya adalah tiket pesawat keParis. Arfi tersenyum senang setelah tahu isi amplop yang diberikan verdi.
"Gue tau, lu mampu beli tiket sendiri. tapi masa iya, gue engga bawa kado. tadi lu sendiri kan yang minta kado. o iya bukan cuma tiket, semua biaya liburan lu diparis gue yang tanggung." Verdi menepuk nepuk dadanya ia merasa bangga.
Mobil, tiket pesawat. mungkin bagi mereka uang hanyalah butiran debu yang tidak ada artinya. Tanpa sengaja Nayra menjatuhkan paper bag yang ia bawa.
"Nayra!" Arfi melihat Nayra, ia lalu berjalan menghampiri Nayra.
"Nay, akhirnya kamu datang. ayo ikut aku." Arfi menggandeng tangan Nayra.
Nayra mengambil paper bagnya yang jatuh, ia lalu mengikuti langkah kaki Arfi.
Syukurlah isi paper bagnya tidak keluar. Nayra menarik nafas lega.
Untunglah Saat itu Arfi menghampiri Nayra. kalau tidak, beberapa teman Arfi yang lain pasti akan menghampiri Arfi dan memamerkan hadiah mereka yang harganya fantastic. itu akan membuat Nayra semakin rendah diri.
"Nayra kamu bawa kado apa buat Arfi?" Tanya Steve.
"Nayra itu orang yang spesial buat Arfi, gue yakin kado Nayra lebih bagus dari kita. Iya kan Nayra?" Verdi ikut bicara.
Entah kalimat itu hinaan atau hanya sekedar sindiran. mereka tahu Nayra hanyalah gadis biasa dan Nayra tidak mungkin memberikan Arfi hadiah yang lebih bagus dari mereka, tapi mereka tetap menanyakan sesuatu yang membuat Nayra sakit hati.
"Arfi maaf, aku engga bawa kado buat kamu" Nayra tidak ingin teman teman Arfi menghina hadiah yang akan ia berikan pada Arfi, karena itu Nayra berbohong.
"Kamu enggak bawa kado?" Arfi terlihat sedih dan kecewa.
"Aku udah siapin kado buat kamu, tapi karena aku buru buru jadi hadiahnya ketinggalan dirumah." Nayra alasan.
"Nayra, itu yang kamu bawa apa? bukannya itu kado?" Mata Steve menunjuk paper bag yang Nayra pegang.
"Bukan ini baju kotor." Nayra gugub.
"Baju kotor?" Arfi tidak habis pikir, mengapa Nayra membawa baju kotor keacara pestanya?
"Haahaaa... Nayra, Nayra kamu datang kesini itu buat ngerayain pesta ulang tahun Afri. bukan buat nyuci." Steve tertawa, melihat Steve tertawa Verdi juga ikut tertawa.
"Tadi dijalan baju aku basah kena keringat jadi aku ganti. aku memang sengaja pakai baju biasa dari rumah karena aku malu naik angkot pakai baju pesta." Jawaban polos Nayra membuat Steve dan Verdi semakin menertawakan Nayra.
"Kalian, bisa diam enggak?" Arfi sangat kesal, ia tidak suka teman temannya menertawakan Nayra.
Steve dan Verdi langsung terdiam, mereka tidak ingin Arfi marah sehingga merusak suasana pesta.
"Nayra aku mau ngomong sama kamu." Arfi menarik tangan Nayra dan membawa Nayra kesebuah balkon.
Setelah kepergian Nayra dan Arfi, Steve dan Verdi kembali tertawa.
"Nay, Kenapa sih? kamu enggak pernah mau dengerin kata kata aku." Ujar Arfi ketika mereka sudah sampai dibalkon.
"Aku udah bilang sama kamu, naik taksi jangan naik angkot. Kenapa kamu enggak nurut? Kamu itu, bikin malu aku aja." Arfi tidak sengaja mengeluarkan kata kata yang menyakiti hati Nayra.
"Bikin malu? kalau aku bikin malu kamu, terus kenapa kamu suruh datang? Arfi asal kamu tahu, aku kesini naik taksi dan ini! ini bukan baju kotor, ini kado buat kamu." Nayra meletakan Paper bag yang ia bawa diatas meja.
"Nayra, kenapa tadi kamu bohong?" Arfi merasa tidak enak karena sudah memarahi Nayra.
"Karena aku enggak mau kamu malu. Kado aku enggak ada artinya dibandingkan sama kado dari teman teman kamu itu." Mata Nayra berkaca kaca.
"Nayra, sayang. kamu jangan ngomong begitu. Nay, apapun yang kamu berikan aku akan terima dengan senang hati karena itu berarti kamu perhatian sama aku. aku enggak butuh kado yang mahal. karena aku udah punya segalanya." Arfi memegang kedua tangan Nayra.
"Arfi, aku mau kita putus." Kata kata Nayra membuat Arfi terkejut, Tanpa terasa Arfi melepaskan pegangan tangannya pada Nayra.
"Nay, kamu jangan bercanda." Arfi tidak percaya Nayra ingin berpisah dengannya.
"Aku enggak bercanda, aku serius." Nayra meyakinkan Arfi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Ika Rahmawati
terus bikin cerita yang bagus
2022-10-07
7
Dani irwandi
aku mampir kak, jngan lupa mampir ya udh aku favoritin
2022-09-22
1