paginya, sinar matahari masuk ke sela-sela jendela, suara kicauan burung memenuhi indra pendengaran Jia Li, gadis itu baru saja selesai mandi dan berpakaian dibantu oleh Ying ying. hanfu merah hati terlihat sangat bagus di tumbuh mungil Jia Lia... anggun dan menambah kecantikan seribu kali lipat.
"nona terlihat sangat cantik memakai hanfu merah." Ying ying terkagum melihat nona nya itu.
"memangnya dulu aku tidak cantik?" tanya Jia Li dan membuat Ying ying menggeleng-geleng.
"maksud saya bukan seperti itu nona." Ying ying menundukkan kepalanya merasa bersalah. Jia Li terkekeh melihat aksi Ying Ying
"aku hanya bercanda, tak usah takut seperti itu." Jia Li terkekeh lalu mengusap surai kecoklatan milik Ying ying, dilihat dari postur tubuhnya Ying ying lebih mudah dari Jia Li.
"berapa umurmu?" tanya Jia Li sambil menarik tangannya yang tadi mengelus kepala Ying ying.
"empat belas tahun nona." jawab sopan Ying ying
benar ternyata dugaan ku, dia lebih muda dari ku
Jia Li tersenyum "ayok temani aku berkeliling kediaman Jendral." Jia Li pergi terlebih dahulu lalu diikuti oleh Ying ying dari belakang.
"baik nona."
kedua gadis itu berjalan menelusuri kediaman jendral Zhang yang memang sangat luas, bangunan-bangunan kuno bersejajar, patung dan monumen terlihat di dekat kolam teratai.
Di taman belakang kediaman jendral Zhang. Gadis cantik berwajah polos dengan hanfu biru gelap. Duduk diatas pohon adalah kegiatan gadis itu. Bosan? Jelas! Mia ah ralat maksudnya Jia Li. Dirinya sangat bosan dan akhirnya memutuskan untuk kesini keatas pohon di taman yang hampir mirip dengan hutan itu.
"aaaaaah aku tak menyukai zaman kuno ini, sangat membosankan."
"aku mauuuu pulang siapa saja jemput aku pulang ke zaman modern, aku ingin membunuh orang lagi, aku ingin balas dendam pada Ling Zhi." lanjut gadis itu.
baru hari kedua dirinya di zaman kuno dirinya udah merasa bosan, apa kabar dengan hari-hari berikutnya. ah apa mungkin Mia akan mati karena bosan? ah semoga saja tidak.
"hei nona." suara seseorang menginterupsi gendang telinga milik gadis yang sekarang bernama Zhang Jia Li itu, dilihat nya kebawah, laki-laki asing berpakaian kuno.
"kamu memanggilku?" tanya Jia Li sambil menuju dirinya sendiri, si laki-laki mengangguk sambil tersenyum kearahnya.
Jia Li langsung mengambil ancang-ancang untuk melompat kebawah dan
jebbbb
dirinya berhasil mendarat di atas permukaan tanah dengan selamat.
"ada apa?" tanya Jia Li pada lelaki berwajah imut itu.
"ayok bersiap-siap, kita akan pergi ke ibu kota sekarang." ujar lelaki itu bersemangat.
Jia Li mengerutkan keningnya lalu berucap
"untuk apa ke ibu kota? apa ada sesuatu?" tanya polosnya.
"kau pula kalau hari ini akan diadakan festival kembang api di ibu kota, bukannya kamu yang mengajar ku untuk melihat nya bersama, lantas sekarang kamu yang melupakan nya, ck menyebalkan sekali, masih muda udah pelupa saja kamu ini." ketus lelaki berwajah imut dengan rambut pirang itu.
yah ayolah, aku mana tahu hal semacam itu, aku ini gadis pembunuh bayaran yang terjebak di zaman kuno ini, bagaimana aku tahu hal semacam itu... menyebalkan sekali. batin Jia Li merasa kesal.
"siapa nama mu bocah?" tanya Jia Li, lelaki yang berasa di pandangi dan ditanya itu langsung protes.
"siapa yang kamu panggil bocah? kita ini seumuran tahu...ck kamu ini sebenarnya kenapa sih? kok hari ini nyebelin banget, mana pelupa banget." kesal laki-laki itu sambil mengerucutkan bibirnya. Jia Li hanya mampu memijat batang hidungnya, sungguh dia frustasi, bagaimana bisa dirinya yang berstatus sebagai gadis di zaman modern, menjadi nona pertama di zaman kuno ini.
"ayolah aku benar-benar tak tahu siapa nama mu." ujar frustasi Jia Li, lagi dan lagi lelaki berambut pirang itu mendengus kesal dengan tingkah Jia Li yang tiba-tiba pikun itu.
"Zhang Jia Li, masa iya sih kamu melupakan sahabat mu ini, nama ku Han, sekali lagi nama ku itu Han, Han kamu tahu." ujar lelaki bernama Han itu tentunya dengan nada ketus nya.
"ah Han yang, maaf aku melupakan nama mu." sepintas memory lewat di kepala Jia, dan dia sangat yakin kalau itu adalah ingatan si pemilik tubuh asli Jia Li.
setelah perdebatan itu, akhirnya Jia Li pasrah dan ikut bersama Han menuju ibu kota untuk melihat festival kembang api yang akan diadakan malam nanti.
dengan diantar oleh penjaga kediaman dengan mengunakan kereta kuda, akhirnya keduanya tiba di ibu kota yang lumayan padat. sungguh Jia Li sangat membenci ke ramaian.
"aku kita cari makanan untuk makan malam." ajak Han sambil mengengam tangan mungil milik Jia Li, keduanya membelah keramaian ibu kota. mereka mencari rumah makan yang paling enak di ibu kota, dan tibalah mereka di sebuah rumah makan dengan nama 'Ming Thian' sebuah rumah makan yang tak begitu ramai tapi di Han menjamin kalau makan disini itu enak-enak. keduanya duduk di kursi yang terbuat dari kayu kuno, entah apa namanya, Jia Li tak tahu.
"Han kamu yakin disini makanan nya enak-enak?" tanya Jia Li yang masih ragu akan tempat makan yang mereka datangi sekarang. rumah makan yang terlihat sederhana dengan interior sederhana tanpa cat, sungguh Jia Li ragu pasalnya di zaman modern dia selalu mengunjungi restoran bintang lima dengan interior kelas atas yang hanya di kunjungi oleh orang-orang papan atas atau yang sering di sebut orang kaya.
"jangan menilai sesuatu hanya dari luar nya saja Jia, aku sudah sering kesini, dan makanan nya di jamin enak-enak deh, aku jamin kamu pasti bakalan ketagihan deh." ujar mantap Han sambil menyunggingkan senyum manisnya, gigi gingsul yang dimiliki Han menabahkan keimutan dan ketampanan lelaki itu, tapi sayang nya Jia Li tak tertarik padanya. apa mata Jia Li bermasalah atau bagaimana, apa dia tak tahu mana yang tampan dan uang jelek, bisa-bisanya dia tak jatuh hati pada lelaki tampan plus imut di hadapan nya itu.
beberapa saat menunggu, akhirnya pesanan mereka pun tiba-tiba, dengan segera keduanya melahap makanan nya masing-masing.
"wow ternyata makanan di zaman kuno tak kalah enak dengan masakan di zaman modern." ujar Jia dengan mulut penuh dengan makanan..
Han tak menghiraukan Jia yang terus mengoceh, dirinya fokus dengan makanan nya.
setelah selesai makan malam, keduanya duduk membiarkan usus-usus mereka bekerja.
"Jia tak baik kalau sedang makan berbicara, nanti orang-orang malah berpikir kalau kamu tak tahu etika ketika makan." ujar Han mengingatkan "kamu tak mungkin lupa kan?" tanya Han sedikit curiga. Jia hanya cengengesan sambil menggaruk tekuk nya yang tidak gatal.
mana ku tahu etika-etika di zaman kuno ini, dan apa aku peduli? ouh tentu saja tidak, di zaman modern saja aku tidak memenuhi hal yang disebut etika itu. batin Jia Li .
like komen vote favorit see you next episode
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
gun ting tang
tolong itu beberapa bahasanya di ubah thor karena tdk sesuai dgn jamannya
2024-11-14
0
Binti
typo
2024-08-24
1