Ting.
Lift terbuka dan Harvey juga Aldi segera keluar. Namun, hanya satu langkah dari lift mereka berhenti saat seorang wanita berdiri tepat dihadapannya.
Aldi yang melihat wajah wanita dihadapannya sontak saja terbelalak dengan ekspresi sulit diartikan. Wajahnya kembali pucat, sedangkan Harvey yang tidak tahu menahu kini memperhatikan wanita didepannya dengan intens.
" kenapa kau masih disini? ini kan sudah jam pulang kantor." tanya Harvey pada wanita itu. Ia masih dalam mode santai tak menunjukkan ekspresi yang sama dengan Aldi.
" Tuan, kau ingin berbincang dengannya atau pu...pulang" ucap Aldi gemetaran karena sangat takut dan termasuk pengalaman pertama baginya bertemu hantu hingga sesuatu dibawah sana merembes seketika membasahi celananya.
" wanita ini, yang ku.....kukatakan." ucap Aldi lagi dan segera berlari meninggalkan sang wakil presdir.
Harvey yang baru tau kini sungguh tidak bisa membendung perasaannya lagi hingga perlahan pandangannya menjadi buram.
Bukk.
Sang wakil presdir tumbang seketika hingga membuat Aldi yang sudah berlari beberapa meter dari tempat kejadian sontak menoleh dan melihat kakak dari atasannya sudah terkapar dilantai tak sadarkan diri.
Antara ingin menolong dan melanjutkan langkahnya, sungguh membuat Aldi yang mematung ditempat jadi bingung tak karuan.
Mengingat bahwa Harvey adalah anak pamannya, mau tidak mau Aldi kembali untuk menolong kakak dari atasannya itu.
" to...tolong pergi." usir Aldi gemetar dan menarik kaki Harvey.
Sungguh situasi saat ini adalah situasi yang sangat darurat menurut Aldi, bahkan untuk memapah tubuh Harvey Ia sudah tak sanggup lagi karena hantu wanita itu bahkan masih mematung ditempat, tak bergeming sama sekali.
Karena terlalu berat, Aldi memilih mundur dengan meninggalkan Harvey yang tak sadarkan diri karena saat ini bahkan celana yang dipakainya sudah basah.
****
Hampir satu jam berlalu, kini Harvey sudah sadar. Memegang kepalanya yang terasa berdenyut, Ia langsung beranjak kala teringat kejadian sesaat sebelum dirinya pingsan.
Mengedarkan pandangannya, Harvey sudah tak melihat apa-apa karena kantor sudah sepi dan semua lampu padam.
Mengumpulkan keberaniannya, Ia berlari sekuat tenaga meninggalkan kantor.
" kurang ajar kau Aldi, aku akan melaporkan mu pada Daddy." umpat Harvey kesal saat mengingat asisten adiknya itu. Ia kini sudah berada di dalam mobilnya dan segera menginjak pedal gas, meninggalkan Perusahaan Anytime Fitness.
Sembari mengemudi, Harvey menelfon seseorang berulang kali dan tepat pada dering ke tiga orang yang ditelfonnya baru menjawab.
" Harley, kau kenapa tidak memberitahuku tentang karyawanmu yang meninggal itu." cerocos Harvey saat panggilan sudah terhubung.
" memangnya kenapa." jawab Harley santai diseberang telfon.
" aku dan asisten sialanmu itu melihatnya, dan yang parah.. Aldi meninggalkanku saat pingsan."
Harvey mengadu dengan emosi yang mencuat. Namun, bukannya menanggapi, Harley justru tertawa di seberang telfon hingga membuat Harvey naik pitam.
" dasar adik sialan, sama menyebalkan dengan asistennya." gerutu Harvey saat memutuskan panggilan sepihak. Ia kini menambah laju kendaraannya agar segera tiba di apartemen elitnya.
****
Dua puluh menit berkendara, Harvey sudah tiba di apartemen. Ia memarkirkan mobil di basement, tepat disamping mobil yang juga baru terparkir rapi.
Harvey segera turun dari mobilnya untuk melihat dengan jelas mobil yang berada tepat disampingnya.
wah, keren sekali mobil ini.
Harvey berdecak kagum pada mobil lamborghini veneno berwarna grey metallic itu. Bagaimana tidak, meski Ia adalah putra dari keluarga Murray namun bukan berarti dirinya bisa sesuka hati membeli mobil mewah itu yang hanya ada sembilan unit saja di dunia ini, sebab Ia hanya bawahan dikantor dan lebih tepatnya Ia tidak ingin membeli dari uang hasil meminta dari orang tua akan tetapi dengan hasil berjuang sendiri.
▪︎
▪︎
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Retno Anggiri Milagros Excellent
itu paling mobilnya Allen ya.. 🤭😍
2024-10-29
0