Bab.16

" kau akan bergantung terus dengan managermu?"

" oh...ayolah Tuan Harvey, kau tau aku ini artis top dan aku sangat sibuk. Aku tidak akan punya banyak waktu untuk mengurusi hal seperti itu, lagipula aku sudah membayar mahal Valery setiap bulan untuk mengurus aku jadi itu sudah setimpal dengan yang aku berikan."

Allen berbicara panjang lebar pada suaminya yang kini menghela nafas berat. Harvey bukan tidak suka jika istrinya berkarir akan tetapi Ia berfikir bahwa profesi seorang artis tidak akan selamanya berada diatas karena ada masanya artis lain akan lebih top lagi.

Sepanjang perjalanan keduanya kembali diam karena Harvey tidak ingin lagi bertanya sebab nanti akan berujung pada perdebatan sedangkan Allen kini sibuk dengan ponselnya yang entah apa dilihat pada layar ponselnya itu.

Dua puluh lima menit mengemudikan mobilnya, kini Harvey sudah tiba di depan gerbang sekolah istrinya. " kau mau bermain hp terus atau ingin masuk belajar." ucap Harvey dengan datar pada istrinya yang sama sekali tak bergeming.

" oh, sudah sampai rupanya." ujar Allen dengan santai dan segera keluar dari mobil Harvey tanpa mengucapkan terima kasih atau basa basih lainnya.

" apa dia pikir aku supirnya, bahkan mengucapkan terima kasih saja tidak bisa." gerutu Harvey menatap kesal pada Allen yang berjalan masuk kedalam sekolah.

Ia pun segera menginjak pedal gas dan mengemudikan mobilnya menuju kantor karena beberapa menit lagi Ia akan terlambat jika berlama-lama lagi.

****

Semua mata memandang pada Allen yang berjalan disepanjang koridor sekolah. Bahkan tanpa berbicara, semua siswa dan siswi dengan senang hati memberi jalan pada Allen untuk lewat.

" cantik sekali yah"

" wah, akhirnya dia pergi sekolah juga."

" untung hari ini ulangan, jadi kita bisa melihatnya."

" aku harus mendekatinya kali ini."

Semua para siswa berbisik-bisik memuji pada kecantikan Allen.

" kau bisa pindah tidak?" ucap Allen dengan datar pada teman kelasnya karena sudah menghalangi dirinya masuk ke kelas.

" waktu itu aku sudah mengatakan perasaan cintaku, tapi kau tidak balas dan malah menghilang cukup lama hingga sekarang kau baru muncul lagi. Mumpun kau sudah datang jadi berikan jawaban itu."

Ucap teman kelas Allen tak kalah datar dan dingin. Ia bernama Raja, si ketua osis dan ketua kelas.

" aku sibuk jadi belum menyiapkan jawaban itu." jawab Allen dengan entang.

Raja yang mendengar jawaban singkat dari Allen hanya tersenyum tipis.

" bukan sibuk, tapi kau memang tidak berniat memberi jawaban yang hanya terdiri dari dua kata, antara tidak dan ya."

ucap Raja sinis dan segera menarik tangan Allen masuk kelas. Ia menyeret gadis cantik itu untuk duduk dimeja dan saat Allen sudah duduk di meja nya, Raja tiba-tiba saja menyentuh dagu Allen hingga membuat manik matanya menatap lekat pada manik mata Allen

Semua yang berada didalam kelas hanya menonton saja pertunjukan yang sedang berlangsung tanpa berani berkata sebab keduanya adalah orang berpengaruh, baik Allen ataupun Raja.

" satu alasan kenapa kau tidak bisa memberikan jawaban." tanya Raja menatap tajam pada Allen.

Allen yang ditanya hanya diam. Bagaimana tidak, wajahnya dan wajah Raja sangat dekat dengan jarak satu senti hingga membuat Allen gugup dan tak mampu berkutik.