Pulang
Seminggu sudah Arief di Bali, rasa capek, penat, jenuh dan banyak lagi, sampai rasanya kayak Nano - nano, sesampainya di Jakarta Arief ingin langsung menemui Zha di sekolahanya, sampai papinya geleng kepala.
" Rif, mau kemana " Tanya Angga saat Arief pakai sepatu dan jaketnya di ruang keluarga.
" Mau ke sekolahan pacarku " jawab Arief.
" Sebentar lagi mau metting loh Rif ? " Angga memperingatkan.
" Aku capek pi ?" jawab Arief, membuat mata Angga melotot.
" Kenapa malah mau ke sekolahan pacarmu ? " tanya Angga dengan senyum tipis.
" Khan dia semangatku pi, seperti papi kalau pulang pasti nyariin mami " Arief memutar kata Papinya.
" Makanya di nikahin, jangan di pacarin terus anak orang " Sambung Dahlia ketus.
" Tunggu mi sabar ngapa ?, Arief saja sabar yang menunggu dia lulus, mami yang tidak sabar " jawab Arief.
" Pokoknya papi tidak mau tahu, nanti kamu harus Metting " tekan Angga.
" Okey tapi di cafe depan SMK X ya pi? "
" Yah, nanti bisa di atur sama seketaris papi " jawab Angga.
" Kak Leon ikut tidak ?" tanya Arief
" Tidak, dia harus mengerjakan perusahaanya yang sudah seminggu dia tinggal makanya papi ajak kamu " jawab Papinya.
" Ya sudah Arief tunggu di sana " kata Arief sambil pergi.
Ting.. gawai Arief berbunyi.
[ Rif selama kamu tinggal Zha di jemput sama kiting temanmu itu loh ?] pesan dari Ima.
[ Sejak kapan, Zha ikut tidak ?] balas Arief.
[ Mulai dari tiga hari yang lalu, ikutlah Zha, dia memeluk kiting sangat erat, mungkin dia cari cowok yang kaya. ] jawab Ima
[ Oh. . ] balas Arief.
[ Mending kamu sama aku saja, sudah setia, mau menerima kamu apa adanya lagi ] kata Ima.
Ima menunggu jawaban Arief namun tidak ada jawaban lagi.
Pesan dari Ima dia scrensut di kirim ke Mita.
[ Oh itu, iya emang, tapi bukan Zha yang naik di motornya kiting, tapi aku, aku juga masih mandang kamu sahabat lagi, dan juga menjaga hubungan kalian ] kata Mita.
[ Yang benar ?] tanya Arief.
Mita langsung mengirim foto Mita dan kiting teman Arief kepada Arief, beserta waktunya pakai hp Adi.
[ Masih belum percaya sama pacarnya, lebih percaya sama ulat keket itu yanf lipstiknya satu meter, kamu cium langsung nyangkut tuh bibir ?] tanya Mita sadis.
[ Ya iya jangan galak - galak tidak laku nanti jadi cewek ] balas Arief dengan emotikon tertawa.
[ Sayang, pulang sekolah, ke cafe depan sekolahmu ya ?] pesan Arief pada Zha.
[ Okey, ] jawab Zha singkat.
Arief dan Papinya siap metting, semua sudag kumpul, semua pakai bajuvresmi hanya Aroef sendiri yang beda, namun masih terlihat rapih. Metting telah usai semua anggota Metting masih bercengkrama Arief anggota paling muda jadi tidak enak nimbrung sama yang tua.
" Pak Angga ini hebat, anaknya masih muda sudah di latih bisnis man semua " kata salah satu teman Angga.
" Alhamdulilah, sebenarnya yang ini saya suruh fokus kuliah tapi dia sendiri yang mintak, katanya lulus kuliah pengen nikah, jadi belajar dari sekarang " Cerita Angga.
" Anak mana yang mau dapatkan putra Angga reksa, pasti wanitanya cantik, dan beruntung " Kata yang lain.
" Tidak juga belum tentu dia terima apa yang kita punya malah memilih yang sederhana karena setiap ada kelebihan pasti ada kekurangan biasanya mungkin kata orang beruntung punya suami kaya belum tentu bisa membahagiakanya, malah yang sederhana, selalu ada waktu buat dia " kata Angga.
" Benar juga pak, jadi Arief tidak lanjut S2 pak.? " kata yang lain.
" Mau lanjut ke Swish, tapi ntah rencana mereka berdua, mau nikah dulu tidak masalah, kalau saya, anak mau nikah muda ya tidak papa mau dewasa juga tidak papa, toh ahirnya nikah, jangan sampai tidak nikah " kata Angga.
Zha datang dengan memakai kaos olah raganya dan training pasanganya. Zha senang melihat Arief, dan Arief tidak melihat Zha. Kangen Zha tidak bisa terbendung seminggu di tinggal Arief. Mita dan Adi yang siap mengawalpun di lupakan.
Zha yang melihat punggung Arief langsung lari langsung nemplok kayak cicak di punggung Arief. Arief yang kaget hanya melotot.
Angga tersenyum melihat calon menantunya bertingkah konyol.
Arief yang sadar di pandang papinya dan temanya salah tingkah.
" Zha, cobak lihat ke kanan ?" kata Arief lirih.
" Kenapa, aku berat ya, kamu mau menghina aku, kalau aku gemuk ya ?" teriak Zha, tidak nyambung dengan peringatan Arief, yang masih menempel kayak cicak. Sedangkan rekan bisnis papinya senyum melihat tingkah konyol Zha,
Adi dan Mita ikut memperingatkan sambil menunjuk ke arah Angga.
" Zha sayang, coba lihat ke kanan, ada siapa itu " kata Arief, volumnya agak di kerasin.
Zha melihat ke kanan, dan reflek melepaskan badanya dari gendongan Arief saat melihat ada penampakan di meja sebelah kanan.
" O o om " kata Zha terbata - bata karena gerogi, kaget melihat Angga ternyata di cafe itu beserta rekan mettingnya.
Angga hanya tersenyum membalas sapaan Zha.
" Kanapa tidak ngomong dari tadi, akukan jadi malu " Bisik Zha pada Arief.
Angga dan temanya tersenyum.
" Ya sidah om, Zha permisi dulu " kata Zha yang masih menunduk, dan menuju pintu sebelah kanan ke arah toilet sangking geroginya.
" Di sana Zha pintu pintu keluarnya " kata Angga sambil menunjuk ke arah sebelah kiri, tambah Zha semakin malu, Zha membalikan badan.
" Oh ya om, Zha lupa " Sambil tersenyum malu.
Zha membalikan badan dan jalan berlahan, dan menunduk, Arief mengikutinya dari belakang.
" Pi, Om m, Arief permisi, mau mengantar Zha pulang dulu " pamit Arief sebelum mengikuti Zha dari belakang.
Semua tersenyum ramah.
Zha yang masih menunduk hampir menabrak pintu, untung Arief telah sigap menahan kepala Zha agar tidak menabrak pintu.
" Calon menantu pak Angga lucu, imut manis lagi " kata temam Angga.
" Yah begitulah mereka, selalu bikin lelucon ?"
Ha ha ha ha Tawa semuanya.
" Tapi beneran, nanti kalau pak Angga punua menantu kayak gitu, pasti ramevterus rumahnya, soalnya Arief juga orangnya humoris, beda dengan Leon yang serius " kata rekan Angga.
" Belum tentu, siapa tahu nanti Leon punya istri yang lebih cerewet " kata Angga.
" Benar juga itu pak " kata yang lain.
" Ha ha ha ha " tawa bersama.
" Oh ya pak, ngomong - ngmong Leon suda ada calon belum pak ?" tanya rekanya.
" Belum kayaknya, soalnya belum kenalin ke kita, tapi tidak tahu juga, soalnya Leon anaknya tertutup beda dengan Arief " kata Angga.
" Bagai mana kalau belum, kita jodohkan saja Leon dengan anak saya ?" kata Rekanya.
" Tidak usah pak, biar cari sendiri, saya tidak mau menjodohkan anaku, karena yang menjalani dia, bukan kita jikalau jodoh, anak bapak dengan Leon ya tidak masalah pak " Jawab pak Angga yang di jawab anggukan, berarti mengerti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments