“ Ra, kau berhutang penjelasan kepada kami.” Tanya Abel setelah mereka selesai makan siang.
“ Maaf, kemarin ada insiden yang tak terduga. Pada waktu aku ke toilet dan ingin mencuci wajahku aku tidak sengaja kecipratan air di westafel,jadinya bajuku basah semua deh.” Bohong Naura agar temannya tidak khawatir.
“ Kok bisa?”
“ Heheheh,, aku tidak paham membuka westafelnya, jadi aku putar-putar dan tanpa diduga air langsung keluar dan mengenai bajuku deh,dan tanpa berpikir panjang aku langsung pulang” Cengir Naura sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“ Huuuuu,,, dasar Naura.. tapi syukurlah kau tidak apa-apa. Kami sempat khawatir lho.” Ucap Nabila
“ Iya, terima kasih sudah mengkhawatirkan aku. Aku jadi terharu.” Ucap Naura sambil memeluk kedua sahabatnya.
“ Ihhh, lebay deh..” ucap mereka serentak sambil tertawa bersama..
“ Ehmmmm....suara kalian kedengaran lho sampai ke luar. Ada apa sih.” Tiba-tiba Nizam datang ke dapur menghampiri ketiga gadis tersebut yang membuat mereka terkejut.
“ Eh, kak Nizam.. maaf kak.” Kata mereka.
“ Ya sudah, sekarang waktu istirahat sudah selesai waktunya kembali bekerja.” Ucap Nizam sambil keluar dari dapur.
“ Siap kak.”
Mereka pun bergegas ke luar dapur untuk melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing.
\*\*\*
Dengan langkah gontai, Naura memaksakan langkahnya terus berjalan memasuki gang.
“ Uh,, capek banget. Padahal masih jam 17.00, sesampai di kos aku akan langsung mandi dan tidur.” Gumam Naura.
Sesampai di pintu gerbang, Naura tidak lupa selalu menyapa Pak Bowo satpam kompleks kos-kosan Naura.
“ Assalamualaikum Pak.” Sapa Naura sambil membungkukkan sedikit badannya.
“ Walaikumsalam Neng. Baru pulang Neng? Ohya Neng tadi ada dua orang wanita yang mencari neng Naura, mereka sudah menunggu di depan kosan neng.”
“ Haahh,, siapa pak?” Ucap Naura terkejut dan menebak-nebak siapa yang ingin bertemu dengannya. “ Baiklah pak, kalau begitu saya permisi ke dalam ya pak Assalamualaikum”. Pamit Naura
“ Iya neng, Walaikumsalam.”
Dengan langkah panjangnya, Naura bergegas masuk ke dalam. Dengan hati yang was-was, Naura mempertajam penglihatannya ke arah kamar kosannya. Dengan hati-hati,ia melihat dua orang wanita yang sedang duduk sambil mengobrol. Wanita yang berbeda generasi tersebut terlihat elegan dan menawan, dari sikap duduknya, penampilan dan pakaiannya mereka terlihat bukan dari kalangan biasa.
" Assalamualaikum.” Sapa Naura dengan hati-hati.
“ Walaikumsalam.” Jawab mereka serentak sambil berdiri dan menghadap ke arah Naura.
“ Tan...te.. Nissa?” ucap Naura terkejut dan langsung mencium punggung tangan nyonya Nissa.
“ Halo Naura, syukurlah kamu masih ingat dengan tante? Dan maaf, kalau kedatangan kami ini membuat kamu terkejut dan tidak nyaman.” Jawab nyonya Nissa lembut.
“ Tentu saja Naura ingat dong tante, tante sudah saya anggap sebagai ibu Naura. Ehhh... maaf tante kalau saya lancang.” Reflek Naura menutup dan memukul pelan mulutnya.
“ Benarkah, tante senang sekali kamu anggap seperti itu.” Ucap nyonya Nissa sambil memeluk Naura. “ Maafkan tante Ra, tante reflek sangkin terharunya.”
“ Tidak apa-apa tante. Aduh, maafkan Naura Tante, ayo kita masuk ke dalam. Naura tidak sopan membiarkan tamu terlalu lama di luar. Heheehe.” Nyengir Naura sambil membuka pintu kamarnya
dan mempersilahkan Nyonya Nissa dan Aran untuk masuk.
“ Silahkan duduk Tante.”
“ Terima kasih Ra,”
“ Ngomong-ngomong ada apa ya tante sampai jauh-jauh datang kemari dan nyonya ini...”
“ Saya Aran. Ibu dari Vino anak yang telah kamu selamatkan tempo hari.” Potong Aran sambil mengulurkan tangannya.
“ Oh,, maaf nyonya,saya Naura. Oh, sekarang bagaimana kabarnya vino nyonya?”
“ Eits,, jangan panggil nyonya. Panggil saya Mbak Aran. Alhamdulillah, sekarang Vino baik, dan traumanya sudah membaik.”
“ Syukurlah Mba..k..” ucap Naura masih canggung.
“ Baiklah, langsung saja maksud kedatangan kami,saya secara pribadi untuk mengucapkan terima kasih atas pertolongan kamu telah menyelamatkan anak saya.”
“ Iya Mbak, sama-sama. Kebetulan saja saya ada di sana.”
“ Begini, Ra. Untuk rasa terima kasih kami, Kami secara langsung mau mengundang makan malam di rumah kami yang sederhana.” Ucap Aran yang dianggukkan oleh nyonya Nissa.
“ Makan malam” tanya Naura terkejut. “ Tapi ini berlebihan bagi saya saya mbak.”
“ Tidak Naura, bahkan ini masih belum sebanding dengan pertolonganmu.”
“ Tapi...”
“ Husss, tidak ada tapi-tapian. Besok malam pukul 18.00 akan ada yang menjemput kamu, jadi kamu siap-siap saja di rumah ya..” Jelas Aran semangat.
“ Baiklah mbak, tante..”
“ Kalau begitu, kami permisi ya Ra, Assalamualaikum” pamit Aran dan nyonya Nissa.
“ Iya, Mbak tante, Walaikumsalam. hati-hati di jalan ya tante,mbak.” Jawab Naura sambil mengantar tamunya sampai depan pintu.
Setelah kepergian nyonya Nissa dan Aran, Naura bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang penat dan terasa lengket.
Selesai dengan acara ritualnya, Naura segera menuju tempat favoritnya untuk melepaskan penatnya sambil memainkan handphonenya. Ia pun langsung membuka satu pesan dari kak Dara.
\[ Assalamualaikum. Ra, kakak hari ini lembur, jadi kakak pulangnya bisa larut malam, jadi jangan sedih ya sayang...\]
Sambil tersenyum,ia pun membalas pesan kak Dara.
\[ Ya, kakak lembur lagi? Padahal Naura ingin curhat lho kak. Tapi ya sudah deh, Naura akan tunggu sampai kakak pulang. Semangat ya kak.\]
Setelah membalas pesan kak Dara, Naura pun segera mengirim pesan kepada Naya untuk menanyakan kabar keluarganya. Ia pun, larut dalam berkirim pesan kepada Naya dan kak Dara. Di tengah asyiknya ia berkirim pesan, terdengar seruan adzan maghrib berkumandang, ia bergegas mengakhiri kegiatannya dan segera melaksanakan shalat maghrib.
Kruuuukkkkkk....kruuukkkkkkkk ‘aduh perut ini sudah meminta jatahnya ya,’gumam Naura sambil memegang perutnya. ‘ Pantes ,sudah jam 18.45 emang sudh waktunya makan,’ Naura segera mengenakan hijabnya dan menyambar switer dan dompetnya,ia pun langsung keluar dan mengunci pintu untuk mencari makanan di depan gang.
“ Assalamualaikum, Pak Bowo.” Sapa Naura.
“ Walaikumsalam,eh neng Naura mau kemana?”
“ Mau ke depan sebentar pak, cari makanan.”
“ Ohh... kalau gitu hati-hati ya neng.”
“ Asiiaap Pak,”
‘Ehm... cuacanya bagus, meskipun tidak jelas, bintangnya tetap terlihat. Setelah dipikir-pikir baru ini aku keluar malam. Ternyata beda ya, suasana siang dan malam. Enaknya makan apa ya.’ Gumam Naura sambil berjalan menyusuri jalanan yang di penuhi etalase para pedagang yang menjajakan dagangannya.
Hingar bingar suara klakson dan mesin kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya kota besar ini seakan tidak mengenal waktu sudah menjadi penampakan di kota ini. Namun,hal ini justru dinikmati oleh Naura, ia berdecak kagum melihat pemandangan di kota besar ini. ‘ Wah, banyak sekali yang berjualan jadi bingung mau makan apa. Ohya, kayaknya bakso tu enak, coba ah..’ dengan cepat ia pun bergegas menuju pedagang bakso gerobakan yang cukup ramai pembeli.
“ Bang, baksonya satu ya makan di sini.”
“ Tambah satu porsi lagi ya bang.” Ucap seoarang lelaki yang berdiri tepat di belakang Naura.
Merasa tidak asing dengan suara bariton seorang lelaki, seketika Naura membalikkan badannya dan dengan ekspresi wajah yang terkejut.
“ Kak Arlan..”
“ Ehmmm...” Arlan pun segera mencari tempat duduk yang masih kosong dan segera mendudukinya. Sementara Naura masih berdiri mematung di dekat gerobak bakso.
“ Mau sampai kapan kau berdiri di sana?”
“ Eh... iiiyyaaa kak.” Dengan sedikit canggung Naura menghampiri Arlan dan duduk di bangku kosong yang ada di samping Arlan.
Selang beberapa menit, bakso pesanan mereka tiba, tanpa menghiraukan Arlan di sampingnya, Naura langsung menyantap bakso di depannya.
“ Pelan-pelan saja.”
“ Uhuk..uhuk...,” entah karena canggung atau grogi Naura sambil tersedak pada saat makan dan langsung menanggak air putih segelas tanpa tersisa.
“ Apa sih kak, saya kan sudah pelan-pelan makannya, tadi karena saya kepedasan koq.” Elak Naura.
“ Oh, ku pikir karena grogi ada pria tampan di sini.”
“ Is,,pede sekali jadi orang. Aku hanya terkejut saja, kenapa kakak bisa ada di tempat ini?”
“ kau sendiri gimana? Kenapa di sini juga.” Bukannya menjawab arlan malah baik bertanya.
“ Ya karena memang kosan ku di daerah sini kak, kebetulan aku ingin jalan-jalan langsung deh cus keluar..”
“ hanya sendiri?”
“ tidak?”
“ Lalu,mana temanmu?” tanya Arlan sambil mengerutkan dahinya dan melihat di sekitar pasalnya pada saat Arlan melihat Naura menuju pedagang bakso hanya sendiri. Melihat tingkah Arlan yang menurutnya lucu ia pun tanpa sadar tersenyum.
Hemmm,,,aduh kenapa jadi begini sih, bikin jantungku tidak sehat saja. Sadarlah Naura’
“ kenapa kau senyum-senyum sendiri?”
“ Eh,,, tidak kak. Siapa yang senyum-senyum.” Elak Naura sambil melahap baksonya yang berukuran besar dengan sekali lahap.
“ Pelan-pelan saja, punya ku masih banyak koq.” Ucap Arlan tersenyum.
“ Isssh apa sih..” tanpa memperdulikan Arlan Naura terus melanjutkan porsi baksonya sampai habis.
“ Puffttt...” Tanpa disadari Arlan bibirnya langsung tertarik membentuk sebuah lengkungan. ‘ Apa yang terjadi denganku. Kenapa aku sampai lewat sini sih. Tidak seperti diriku.’ Gumam Arlan masih terus menatap Naura yang lahap dengan baksonya.
“ Hemm... Alhamdulillah....” Ucap Naura.
“ Bang berapa semuanya?” Tanya Arlan yang langsung membayar pesanannya dan Naura.
“ Eh, kak jangan. Punyaku biar aku yang bayar sendiri.”
“ Ok. Lain kali gantian kau yang traktir.”
“ Baiklah kak, kalau aku sudah menerima gaji pertama,akan ku traktir kakak, tapi jangan yang mahal-mahal ya kak, hehehehehe...” ucap Naura malu-malu. Entah sejak kapan mereka menjadi dekat yang membuat Naura merasa tidak canggung pada saat bertemu.
“ Baiklah, akan kutunggu.” Ucap Arlan berlalu keluar yang di ekori Naura dari belakang.
“ Terima kasih ya kak. Sudah mentraktir makan bakso. Emang kalau rezeki anak sholeh tidak akan kemana, Heheheehe.” Kata Naura sambil nyengir kuda yang manampakkan barisan giginya.
“ Hemmmm.”
“ Is,kebiasaan irit sekali bicaranya.” Gumam Naura yang terus berjalan mendahului Arlan tanpa menoleh ke belakang.
Sementara Arlan, tanpa merasa bersalah terus mengikuti Naura dari belakang. Sesampai di depan pintu gerbang kosan, Naura terkejut tatkala mengetahui Arlan masih mengikutinya dari belakang.
“ Kenapa kakak masih di sini?”
“ Lalu?”
“ Bukan apa-apa, ku pikir kakak sudah pergi pada saat di depan sana.”
“ Masuklah.” Tanpa memperdulikan ekspresi Naura yang bingung Arlan langsung pergi meninggalkan kosan Naura.
Dengan wajah yang bingung atas sikap Arlan yang menurutnya aneh, Naura langsung masuk ke dalam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments