“ Huhh leganya..” gumam Naura sambil mencuci tangan dan wajahnya agar terlihat segar. Selesai dengan urusannya, ia pun segera keluar dari toilet.
Buggghhhh. Pada saat Naura akan keluar dari toilet, ia tidak sengaja bertabrakan dengan seorang wanita.
“ Auww... kalau jalan lihat-lihat dong.” Omel wanita tersebut.
“ Maaf kan saya mbak, tapi saya sudah hati-hati, mbaknya aja yang buru-buru jalannya.” Bela Naura.
“ Apa kau bilang.... kauuuu” ucapan wanita tersebut seketika berhenti dan langsung menunjuk wajah Naura dengan telunjuknya.
“ Kak Tari?” Pekik Naura terkejut.
“ Ternyata kau Ra, ngapai kamu disini? Aku dengar kamu akan kuliah ya?” ucap Tari sinis.
“ Iya kak, Naura sudah registrasi ulang,dan tiga minggu lagi sudah masuk kuliah kak.”
“ Oh,, jadi selagi belum masuk kamu cari kesempatan untuk bersenang-senang ya. Oh iya, kalau di kampung kan tidak ada tempat seperti ini. Ternyata kamu tega Ra, menghabiskan uang orangtuamu untuk berfoya-foya.”
“ Bukan begitu kak, Naura datang kesini diajak sama teman kak.”
“ Teman apa teman nih, sementara kamu masih baru tinggal di sini, kok sudah ada teman? Atau kamu sekalian cari sampingan ya?”
“ Apa maksud kakak? Kakak menuduh ku?”
“ Oh tidak, kalau dipikir-pikir orang udik seperti kamu apa mungkin langsung dapat teman. Atau sebaik sampai di sini sudah ada yang menawar kamu ya.”
“ Cukup kak, aku tidak seburuk itu.” Ucap Naura mengepal genggamannya sangat erat, ia berusaha mengontrol amarahnya.
“ Haahahaha, kenapa mesti marah Ra, ternyata keluguan kamu tu hanya sebuah modus.” Ucap Tari terus menerus sambil mencerca Naura.
Naura menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya dengan kasar. Dengan tenang ia,pun memperhatikan wajah dan penampilan Tari yang tepat berada di depannya.
Ia sedikit terkejut dengan penampilan Tari yang memakai pakaian minim dan ketat. Tari memakai dress selutut berwarna softblue yang menampilkan lekukan tubuhnya yang dipadukan dengan heel yang senada dan riasan yang sedikit menor.
“ Terus kakak sendiri,ngapai datang ke kota ini?bukankah kakak kuliahnya di kota M, sementara jarak ke sini membutuhkan waktu 1 jam.” Balas Naura ia tidak mau terlihat lemah di depan Tari
“ Kauuu...” Tari terkejut dengan sikap Naura,ia tidak menyangka Naura dengan berani membalas ucapannya. Dengan wajah yang memerah, Tari segera pergi meninggalkan Naura, namun baru beberapa langkah ia berbalik kembali dan tanpa aba-aba ia menumpahkan minuman yang ia pegang ke arah wajah Naura.
“ Ahh,,,” pekik Naura terkejut ia tidak dapat mengelak karena serangan yang tiba-tiba.
“ Awas saja kau kak.” Teriak Naura.
“ Ehmm, rasakan itu Ra,” ucap Tari sambil tersenyum puas.
“ Uh dasar, nenek lampir. Awas aja kalau ketemu lagi.” Dengus Naura kesal. Ia pun kembali lagi ke toilet untuk membersihkan wajah dan bajunya yang terkena jus milik Tari.
“ Yah, basah deh baju ku. Bagaimana ini, hijabku juga basah. Masa iya aku keluar dalam keadaan seperti ini?” gumam Naura.
Bugh...dalam kegalauannya, tiba-tiba Naura dikejutkan dengan sesuatu yang mendarat di atas kepalanya.
“ Pakai ini, untuk menutupi bajumu yang basah.” Terdengar suara bariton pria yang tidak asing di telinga Naura.
Naura pun mengambil jaket yang mendarat di atas kepalanya.
“ Anda..?” ucap Naura terkejut ketika melihat siapa pria yang ada dihadapannya. “ Kenapa bapak bisa ada di sini?”
“ Kenapa bisa? Ini tempat umum, jadi ya bisa sajakan aku di sini.”
“ Maksud saya, kenapa bapak tiba-tiba ada di toilet ini.”
“ ehm, itu tadi kebetulan saja aku lewat.” Ujar Arlan sambil berlalu.
“ Pak tunggu...” Naura pun bergegas mengejar Arlan keluar, tiba-tiba tubuhnya menabrak punggung Arlan.
Bugh, “ Auw,,, hidungku.” Rintih Naura mengusap-usap hidungnya.
“ Kalau mau berhenti jangan di sini dong pak!”
“ Itu salah kamu sendiri,kenapa lari-lari seperti anak kecil.”
“ Is, yang buat saya berlarikan bapak.” Desis Naura pelan namun terdengar oleh Arlan.
“ Arlan. Panggil aku Arlan jangan memanggiku bapak.”
“ Tapikan, anda lebih tua dari saya. Kalau di kampung saya,memanggil nama kepada orang yang lebih tua itu pamali.”
“ Terserah kau saja, dan satu lagi ini bukan di kampungmu tau.”
“ Baiklah, kalau begitu saya panggil kakak saja ya. Dan saya Naura kak.” Ucap Naura sambil mengulurkan tangannya,namun tidak di sambut oleh Arlan. Hal ini membuat Naura kesal sambil memanyunkan bibirnya.
“ Sudah tau.” Ucap Arlan asal.
“ Apanya yang sudah tau kak?” tanya Naura bingung. Melihat ekspresi Naura membuat Arlan ingin mencubit wajahnya.
“ Ayo.”
Tanpa menghiraukan ocehan Naura, Arlan terus berjalan dan Naura mengekor di belakangnya. Bagai di hipnotis, Naura terus mengikuti langkah Arlan. Di tengah jalan, Naura baru tersadar mengapa ia harus mengikuti Arlan.
“ Kak, kita mau kemana? Kenapa saya harus mengikuti kakak?”
" Memang kamu mau kemana?”
“ Kok malah balik nanya sih,”
“ Aku akan antarkan kau pulang.”
“ Lho kok, pulang?” Tanya Naura bingung.
“ Jadi, kau mau kemana?”
“ Saya sudah janji dengan teman-teman saya untuk menonton film dan mereka pasti sedang menunggu saya kak.”
“ Kamu mau bertemu dengan temanmu dalam keadaan seperti ini”
Dengan cepat, Naura langsung memperhatikan penampilannya. Ia baru sadar pakaiannya basah dan kotor karena perbuatan Tari tadi. Tanpa sadar Naura menepuk dahinya “ Ya ampun, iya kakak benar. Mereka pasti khawatir.”
“ Tapi kakak,tidak perlu repot-repot mengantarkan saya pulang.”
“ Baiklah tidak masalah, jika kau mau jadi pusat perhatian orang.”
“ Maksud kakak? Astaga, kakak benar lagi. Orang-orang akan berpikir yang tidak-tidak nanti. Kenapa aku bodoh sekali sih.” Ucap Naura sambil menepuk kepalanya berkali-kali. “ Tunggu kak, aku mau ngabari mereka dulu agar mereka tidak cemas.” Kata Naura sambil mengeluarkan HP nya dan langsung mengirim pesan ke nomornya Abel. Tidak menunggu lama, ia pun mendapat balasan. Abel tidak banyak bertanya, tetapi jika Bertemu langsung Naura harus menjelaskan semuanya.
Dengan rasa gugup, Naura mau tidak mau harus menerima tawaran Arlan. Arlan benar,jika ia bertemu dengan teman-temannya dalam keadaan kotor mereka pasti cemas. Apalagi harus berhadapan di depan orang banyak hal ini akan menimbulkan pusat perhatian. Ia bersyukur, disaat seperti ini, sosok Arlan muncul di hadapannya dan membantunya. Dengan memakai jaket Arlan yang kebesaran, Naura berjalan menundukkan kepalanya. Meskipun kebesaran, jaket Arlan dapat menutupi pakaiannya yang kotor.
“ Terima kasih ya kak. Sudah mau menolong ku.”
“ Ehm.”
“ Terus kenapa kakak mau menolongku? Kitakan belum saling kenal.”
“ Ehm, entahlah.. memangnya ada alasan untuk menolong seseorang?”
“ Begitu ya, kalau begitu sekali terima kasih ya kak.”
“ Ehm.”
Mendengar jawaban yang singkat, membuat Naura kesal. “ Irit sekali sih ngomongnya. Padahal waktu bertemu di kampus,malah banyak ngomong dan ngegas segala. Kayak bunglon aja suka berubah-ubah.” Gumam Naura. Hal ini masih terdengar oleh Arlan, tanpa sadar Arlan menyunggingkan senyum dan terus berjalan tanpa menoleh ke belakang.
Sepanjang perjalanan, mereka hanya diam. Naura yang biasanya banyak bicara kali ini ia banyak diam. Karena ia masih bingung atas sikap Arlan yang terkesan cuek.
Sesampai di parkiran mall, tiba-tiba Arlan menghentikan langkahnya hal ini membuat Naura langsung menabrak punggungnya cukup keras.
“ Auw,, kenapa tiba-tiba berhenti kak?” Ucap Naura kesal sambil mengusap hidungnya untuk yang kedua kalinya.
Arlan masih bergeming di posisinya, ekor matanya menangkap dua insan yang saling bercumbu mesra di sebelah mobil. Hal ini membuat Naura bingung, ia pun maju ke depan untuk mensejajarkan posisinya di sebelah Arlan dan mengikuti arah pandang Arlan. Dengan ekspresi yang terkejut dan menutup mulutnya Naura memekik setelah melihat pemandangan yang tidak jauh dari posisi mereka.
“ Astaghfirullahalazim. Itu kan....” pekik Naura menutup mulutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Minhyungmork 99
Tari ya Thor,,,,ish ish ish,,,,
2022-07-04
2