Seketika Abel tersentak dari lamunannya, dengan sigap ia pun menghampiri Arlan, Dennis dan Galih.
“ Selamat datang” ucap Abel ramah.
Mereka hanya membalas dengan senyuman saja, tentunya hanya Dennis dan Galih. Mereka menuju meja yang berada di ujung dekat taman. Dan Abel mengikuti mereka dari belakang. Setelah mereka duduk. Abel langsung memberikan buku menu kepada mereka.
“ Silahkan Tuan, ini buku menunya.” Ucap Abel sambil menunggu mereka untuk memesan dan mencatat pesanannya.
“ Terimakasih nona,” jawab Galih ramah.
Setelah melihat daftar menu, mereka memesan menu favorit mereka. Setelah mencatat pesannya Abel pun permisi undur diri.
“ Mohon, ditunggu tuan. Pesanan akan segera datang.”
“ Baiklah.” Ucap Dennis.
Sepeninggal Abel, mereka langsung membuka obrolan sembari menunggu pesanan.
“ Gimana Lih, apa semua sudah beres jadwal kegiatan untuk ospek mahasiswa baru ini?” tanya Dennis kepada Galih. Sementara Arlan asyik sendiri dengan ponselnya. Ia tidak tertarik untuk ikut membahasnya.
“ Sudah beres semua. Ya meskipun kita hanya berdua tapi tetap berjalan dengan lancar. Anak-anak tetap kecewa, idola mereka tidak pernah ikut. Tapi aku masih berharap tahun ini hatinya akan terbuka.” Ucap Galih sambil melirik ke arah Arlan.
“ Kamu benar Lih, aku juga berharap, untuk tahun ini ada keajaiban.”
Timpal Dennis. Arlan hanya mengedikkan bahunya cuek.
“ Kali ini, anak-anak mengajak untuk kegiatan dilakukan outdoor. Mereka mengusulkan ke puncak. Sekalian mengadakan kegiatan amal untuk pelestarian alam.”
“ Ehmm.. bagus juga tuh.. sekalian refreshing.”
Dennis dan Galih masih asyik membahas kegiatan ospek mahasiswa baru. Sementara Arlan hanya mendengarkan tanpa meresponnya.
“ Ra, tolong kamu antar pesanan ini ke meja 17 ya. Aku masih ada kerjaan. Padahal ingin sekali aku mengantarnya sekalian mencuri pandang lagi kepada mereka.” Ucap Abel setelah melihat Naura keluar dari ruang Ganti. Ia sedikit kecewa karena tidak dapat melihat idolanya. Ini gara-gara tugas yang diberikan oleh kakaknya.
“ Ok, Sip.. sini biar ku antar pesanannya Bel. Kamu tenang saja.” Ucap Naura semangat.
“ Terima kasih Ra,” Abel pun melaksanakan pekerjaannya kembali.
Dengan semangat,Naura mengantar pesanan milik Arlan dan temannya. Sesampai di meja 17, dengan ramah Naura menyapa para pelanggannya.
“ Maaf tuan, ini pesanannya. Selamat menikmati tuan.” Ucap Naura memotong pembicaraan Dennis dan Galih sambil menata pesanan di atas meja.
Seketika, Dennis dan Galih saling pandang dan tersenyum. Mereka dengan seksama memperhatikan Naura dari jarak yang cukup dekat. Sementara Arlan tetap fokus dengan ponselny tanpa mengangkat kepalanya. Namun, ia sempat terhenti sejenak, ketika mendengar suara yang tidak asing di telinganya.
Setelah selesai meletakkan semua pesanan, Naura meninggalkan meja 17.
“ Bro, cantik banget cewek itu. Bagai bidadari yang baru turun dari langit. Adem banget melihatnya.” Goda Galih kepada Dennis sambil melirik Arlan.
“ Betul tu, cakep banget. Gila, baru ini aku melihat cewek secantik itu, sudah manis,kalem dan adem lihatnya. Pantes aja ada yang langsung terpana jika melihatnya.” Timpal Dennis menyeringai sambil melirik Arlan.
“ Sudah bro, lanjut nanti aja. Ayo kita makan sekarang.” Ucap Galih menyikut lengan Arlan.
Tanpa banyak bicara, Arlan langsung menyantap makanannya tanpa menghiraukan kedua temannya. Tak membutuhkan waktu lama, Dennis dan Galih juga langsung menyusul menyantap makanannya.
Selesai menyantap makan siang mereka, Dennis dan Galih melanjutkan obrolan mereka yang tertunda. Sementara Arlan menyapukan pandangannya kesegala titik ruangn di kafe tersebut guna mencari sosok yang tanpa disadarinya berhasil mengusik hidupnya. Ya sejak, pertemuan pertamanya dengan Naura, ia tidak bisa melepaskan bayang-bayang Naura di dalam pikirannya.
Pandangan tertuju kepada seorang pelayan yang memakai hijab berwarna hitam sedang melayani pelanggan di meja 15 tidak jauh dari meja mereka. Tanpa di sadarinya, bibirnya melengkung membentuk sebuh senyuman. Hal ini menarik perhatian Dennis dan Galih. Mereka juga mengikuti arah pandang Arlan.
“ Ehem....kalau penasaran kenapa gak di samperi aja. Daripada hanya melihatnya dari jauh.” Ledek Galih yang di anggukkan oleh Dennis.
“ Apaan sih kalian. Siapa yang penasaran dengan siapa?” kilah Arlan.
“ Sudahlah Lan, kami sudah paham kebiasaanmu. Jangan jaim gitu deh, kita senang kok, akhirnya ada juga yang dapat menjebol benteng es ini.” Timpal Dennis.
“ Iya, aku juga setuju. Kita bisa bantu kok.”
“ Sudahlah, ayo kita pergi.” Ajak Arlan yang langsung di ikuti oleh Dennis dan Galih.
“ huffttt.. Akhirnya selesai juga hari ini.” Ucap Nabila sambil menyeka dahinya yang penuh dengan keringat.
“ Iya. Alhamdulillah untuk pembukaan kafe ini, antusias pelanggan sangat besar. Sekarang baru terasa capeknya.” Timpal Naura.
Pada saat, Naura dan Nabila mengobrol, Abel dan Nizam datang menghampiri mereka.
“ Terima kasih atas kerja keras kalian untuk hari ini. Sekarang waktunya kita pulang. Saya bersyukur pembukaan kafe ini berjalan dengan lancar. Dan sebagai penambah semangat, ini ada bonus untuk kalian.” Ucap Nizam sambil menyerahkan amplop coklat kepada masing-masing karyawannya.
“ Wah,, terima kasih kak Nizam. Alhamdulillah di hari pertama kerja langsung dapat cuan.” Kata Nabila sambil mengipas-ngipaskan amplopnya ke wajahnya sendiri.
“ Iya kak, terima kasih bonusnya.” Sambung Naura.
“ Kalau gitu, ayo kita rayakan hari pertama kita kerja.” Ajak Abel semangat.
“ Kita mau kemana Bel?” tanya Nabila.
“ Mumpung masih jam 04.00 kita jalan-jalan ke mall yuk. Kita nonton, kebetulan hari ini ada film yang bagus.”
“ Bolehlah. Kamu gimana Ra, bisa kan?” tanya Nabila
“ Boleh juga, mumpung ada waktu luang, tapi aku izin dulu dengan kak Dara ya, karena akan pulang telat.”
“ Siipp lah...”
“ Kalau begitu, bersenang-senang lah kalian. Dan ini saya tambahkan untuk membeli tiket nontonnya.” Ucap Nizam yang langsung disambut oleh Abel.
“ Terima kasih kak.” Ucap mereka serentak.
\*\*\*
“ Wah... ini toh yang namanya mall? Besar sekali, tinggi dan luas. Pantes saja orang-orang di desa ku kalau pergi ke kota besar dan singgah ke mall merasa sudah menjadi sultan.” Ucap Naura kagum. Ini pertama kalinya ia pergi ke mall. Meskipun norak, Abel dan Nabila tidak merasa terganggu dengan tingkah Naura.
“ Masa sih Ra, sampai segitunya?” tanya Nabila
“ Benar lho, mereka kalau cerita sampai berhari-hari gitu kayak gosip-gosip yang lagi viral.” Jelas Naura
“ Ya maklum aja, kalau di desa, tidak ada bangunan seperti ini. Nanti lain kali,ajak kita ke desamu ya Ra.” Ucap Abel
“ Boleh saja Bel, nanti libur semester aku akan ajak kalian ke rumahku.”
“ janji ya.”
“ ok deh.”
Mereka dengan riang menaiki eskalator menuju lantai tiga. Di depan bioskop Naura dan Nabila duduk menunggu Abel yang sedang membeli tiket dan cemilannya.
“ Bil, aku ke toilet sebentar ya,” Kata Naura.
“ Ya sudah, ga pake lama ya Ra. Nanti biar aku tunggu Abel di sini.”
“ Ok.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments