Sesampai di parkiran, Naura ingin melihatnya dari dekat dan ingin menyentuhnya. Namun, belum sempat ia menyentuhnya sebuah tangan kekar memegang bahu kirinya dan terdengar suara bariton yang tegas dan dingin.
“ Sedang apa kau di sini?” tanya pria tersebut dari belakang tubuh Naura.
Mendengar hal itu, Naura sangat terkejut dan takut,dengan tergagap ia pun menjawab tanpa membalikkan badannya.
“ Maaf pak, saya tidak berniat jahat, saya hanya ingin melihat dari dekat motor ini?” ucap Naura dengan suara gemetar.
“ Kau yakin hanya ingin melihat. Lalu setelah melihat apa kau ingin melarikannya.” Tuduhnya
“ Tidak Pak, saya benar-benar minta maaf.” Meskipun takut Naura berusaha tenang.
“ Balikkan badanmu, aku ingin tahu siapa pencuri ini.”
“ Astaga pak, saya kan sudah bilang saya tidak ada niat jahat. Saya hanya ingin melihatnya saja. Lagipula kalau saya ingin mencurinya bagaimana saya membawanya?sedangkan motor ini saja lebih besar bodynya dibandingkan dengan body saya. Mana kuat saya tuk menggendongnya pak.” Ucap Naura kesal rasa takutnya sudah tergantikan dengan rasa kesal karena ia di tuduh mencuri. Usai berkata, Naura langsung membalikkan badannya, ia juga penasaran pria seperti apa yang telah berani menuduhnya.
Setelah saling berhadapan, Arlan langsung terkesima melihat Naura yang tepat berada di depannya. Ia menatap mata Naura yang memiliki tatapan yang tajam dan jernih, ia menelisik tidak ada kebohongan dan ketakutan di matanya. Arlan juga memandangi wajah Naura yang mungil, pipi yang cukup cubby,bibir tipis yang natural tanpa polesan make up yang berlebihan.
Ya pria tersebut adalah Arlan, ketika ia duduk di taman fakultasnya, ia tidak sengaja melihat Naura yang berjalan menuju ke parkiran dan mendekati motor sportnya. Spontan Arlan berlari mendekati Naura. Ia berpikir Naura ingin mencuri motornya.
“ Terus kalau tidak untuk mencuri, untuk apa kau mendekati motorku, Hah?”
“ Biasa aja dong ngomongnya Pak gak usah ngegas gitu. Kan saya tadi sudah bilang saya hanya ingin melihatnya. Kalau saya ingin mencuri bagaimana saya membawanya,masa iya saya dorong. Bukannya saya dapat motornya malah saya yang mati konyol pak di gebuki orang sekampus.” Kesal Naura tanpa memandang siapa orang yang berada di depannya.
“ Puft..” Arlan hanya menahan tawanya hampir saja ia keceplosan tuk tertawa.
“Kalau bapak tidak percaya, ya sudah. Ini kartu identitas saya. Saya mahasiswa baru jurusan keguruan pak. Saya tadi ingin pulang,lalu pas melewati parkiran ini,mata saya tertuju dengan motor ini, dan tanpa sadar saya tertarik ingin melihatnya dari dekat. Karena pada saat melihat motor ini saya jadi teringat dengan adik saya pak.” Jelas Naura panjang lebar. Ia ingin meluruskan kesalahpahaman ini.
“ Benarkah itu? Saya tidak percaya tuh, karena pencuri sekarang banyak sekali modusnya.” Ucap Arlan yang hanya ingin menguji Naura, entah mengapa ia ingin mengerjai Naura yang menjadi hiburan tersendiri baginya.
“ Iss, terserah bapak saja lah, percuma saja saya menjelaskannya panjang lebar. Kalau bapak tidak percaya, bapak boleh kok memanggil pihak fakultas FKIP untuk membuktikan saya benar mahasiswi di sini atau bukan.” Ucap Naura makin kesal.
Melihat Naura yang terus bercerita panjang lebar dengan wajah yang kesal, membuat Arlan tersenyum tipis tanpa diketahui oleh Naura.
“ Ok. Kali ini anggap saja aku percaya dengan ucapanmu.” Jawab Arlan datar.
“ Jangan di anggap ya pak, tapi bapak memang harus percaya sama saya. Saya benar-benar bukan pencuri. Saya ke sini untuk menuntut ilmu.” Ucap Naura makin kesal.
“ Puftt,, untung cantik.” Ucap Arlan spontan sambil tersenyum.
“ Apa bapak bilang?”
“ Ahh, tidak apa-apa. Emang aku ngomong apa? Dan satu lagi, jangan panggil aku bapak. Aku belum setua itu kali.”
“ Lah, lantas saya manggil apa dong?”
“ Ya terserah asal jangan bapak. Saya masih mahasiswa di sini.”
“ Oh, mahasiswa toh, saya pikir tukang parkir.” Celetuk Naura
“ Heii,, kalau ngomong di jaga ya, mana ada tukang parkir setampan ini?” ucap Arlan tidak terima disamakan dengan tukang parkir.
“ Siapa bilang tidak ada, banyak tuh tukang parkir yang ganteng-ganteng.”
“ Coba kasih tahu aku tukang parkir mana yang tampan?”
“ Cari aja sendiri. Dan asal bapak tahu ya. Banyak kok pria ganteng bertebaran dimana-mana. Bukan bapak aja yang ganteng.” Kata Naura. Meskipun ia mengakui pria yang ada di depannya adalah pria terganteng yang baru ia temui. Hampir memiliki bentuk fisik yang sempurna tanpa ada celah sedikitpun. Memiliki mata yang indah,hidung yang mancung,bibir yang tipis,rahang yang kokoh dan tentunya memiliki tubuh yang atletis. Pertama kali Naura melihatnya, tanpa sadar iapun mengagumi makhluk ciptaan Allah tersebut. Tetapi dengan kesadaran yang tersisa Naura dapat mengendalikan dirinya.
“ Kamu pikir aku debu,yang bertebaran dimana-mana?”
“ Saya tidak bilang seperti itu lho, kan bapak sendiri yang bilang seperti itu.”
“ Itu sama saja. Biasanya yang bertebaran dimana-mana itu kalau gak debu ya sampah.”
“ Tuhkan bapak malah makin gak jelas bicaranya. Nanti bapak yang bicara seperti itu saya pula yang di salahkan. Bapak jangan baper kali dong.”
“ Kau ini, kalau ngomong bisa di rem gak sih” ucap Arlan mulai kesal.
“ Tuhkan, bapak sendiri yang bicara malah bapak yang marah-marah. Untung cakep pak.”
“ Iss. Awas kau .” kata Arlan makin kesal tanpa sadar iapun langsung menaiki motor sportnya dan langsung menstaternya. Tepat di depan Naura, Arlan mengegas kencang sampai menimbulkan asap yang membuat Naura terbatuk. Setelah puas mengerjai Naura, Arlan segera melajukan motornya dengan kencang.
“ Pelan dong pak, emangnya saya nyamuk apa sampai di asapi gitu.” Teriak Naura yang hanya disambut lambaian tangan Arlan dari jauh.
Dengan senyuman yang terukir di bibir Arlan, ia terus melajukan motornya dengan rasa puas.
“ Dasar gila, baru kali ini aku bertemu dengan gadis yang blak-blakan. Ehmmm. Tapi untungnya cantik.” Gumam Arlan.
“ Dan kenapa pula aku meladeni gadis itu sih. Huh dasar kau Arlan. Bisa-bisanya kau banyak omong dengan orang yang baru kau temui. Haaaahhh” ucap Arlan sambil menarik nafas yang panjang. Ia tidak tahu apa yang terjadi padanya. Tidak seperti kebiasaannya yang sangat irit bicara kepada orang asing bahkan terkesan cuek dan dingin.
Diparkiran, Naura masih saja mengoceh seperti kicauan burung yang saling sahut menyahut. “ Kok bisanya sih aku bertemu orang seperti itu. Dia yang ngoceh diapula yang marah. Untung ganteng. Huft...” sambil mengoceh sepanjang jalan, Naura terus berjalan dengan langkah yang lebar menuju pintu gerbang, ia berharap agar cepat sampai di kos dan berbaring di kasur favoritnya.
Pada saat terjadi perdebatan antara Arlan dan Naura, dari arah timur Fakultas Seni terlihat dua pasang mata yang memperhatikan mereka sambil mengernyitkan alis dan saling pandang. Baru kali ini mereka melihat pemandangan yang sangat langka, dimana Arlan begitu banyak bicara kepada orang asing apalagi kepada seorang wanita. Hal ini merupakan hal yang menarik dan di luar kebiasaan Arlan. Mereka juga kagum kepada wanita tersebut yang berhasil menarik perhatian seorang Arlan. Ya mereka adalah Dennis dan Galih,pada saat mereka akan keluar tanpa sengaja mereka melihat Arlan sedang berdebat dengan seorang wanita yang pada akhirnya dapat membuat Arlan sangat kesal.
Mereka dapat menilai, Arlan juga menikmati perdebatannya dengan gadis tersebut dan melihat kejahilan Arlan yang ingin mengerjainya tetapi malah membuat dirinya yang kesal sendiri. Melihat hal itu, Dennis dan Galih merasa puas sambil tersenyum misterius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments