“ Jadi namanya Naura Eka Febriana, tinggal di Jln. Gagak No. 124. Ok lah Pak, terima kasih atas informasinya. Bapak tenang saja, saya tidak ada niat jahat kepada Naura justru saya akan berterima kasih karena sudah menolong anak saya.” Ucap Aran kepada Pak Dimas selaku staf Operator kemahasiswaan. Iya, Aran benar-benar mendatangi kampus hanya untuk mencari tahu identitas Naura.
“ Sama-sama bu Aran, saya percaya Anda tidak akan berniat jahat kepada seseorang. Makanya saya langsung menyerahkan file identitas mahasiswa baru tersebut.” Jawab pak Dimas.
“ Baiklah pak Dimas sekali lagi saya ucapkan terimakasih atas bantuan bapak.” Ucap Aran sambil bersalaman pamit untuk meninggalkan ruangannya.
“ Sama-sama bu Aran. Saya senang dapat membantu.”
“ Kalau begitu saya permisi pak Dimas.” Ucap Aran langsung berdiri dan keluar dari ruangan pak Dimas dengan membawa beberapa lembar informasi mengenai identitas Naura. Sambil berjalan ia pun langsung menghubungi bundanya.
“ Assalamualaikum Bun, aku sudah mendapatkan identitas lengkap tentang Naura Bun,” Kata Aran setelah panggilannya sudah terhubung.
“ Alhamdulillah, ya sudah Aran nanti kita tinggal menentukan jadwal untuk mengajaknya bertemu.” Jawab nyonya Nissa senang.
“ Iya Bun, ya sudah aku akan singgah ke kantor sebentar. Manatau mas Rozi butuh bantuan Bun.”
“ Iya Aran, kamu hati-hati ya.”
“ Iya Bun. Assalamualaikum.”
“ Walaikumsalam.”
Setelah panggilan terputus, Aran bergegas keluar dari gedung fakultas FKIP. Pada saat menuju pintu keluar dari arah berlawanan ia tidak sengaja ditabrak oleh seseorang hingga jatuh terduduk.
Bruuughhh seketika Aran jatuh sambil meringis kesakitan karena tidak sempat menyeimbangkan tubuhnya.
“ Auuww..” pekiknya “ kalau jalan hati-hati dong?” ucap Aran kesal.
“ Maaf kan saya bu, saya tidak fokus, saya buru-buru.” Ucap seorang wanita berhijab pashmina yang dipadukan dengan blazer toska. Sambil membantu Aran berdiri, ia tidak lepas untuk selalu meminta maaf.
Setelah Aran berdiri, dan mereka saling berhadapan seketika keduanya terkejut setelah melihat sosok yang ada di depan mereka masing-masing.
“ Aran”
“ Bintang”
Ucap mereka bersamaan dan saling menunjuk kemudian saling berpelukan.
“ Apa kabar Bintang?” tanya Aran senang
“ Alhamdulillah baik Ran, aduh senang banget bisa ketemu kamu di sini?” balas Bintang. “ Kamu sendiri apa kabar Ran?”
“ Alhamdulillah baik juga Bin. Kemana aja kamu selama ini?kok susah sekali sih untuk bertemu.”
“ Maaf Ran, selama ini aku ikut orangtua pindah ke luar kota. Kebetulan di sana masih susah jaringan jadi mau menghubungi kamu jadi sulit.” Jelas Bintang.
“ Tapi syukurlah, tidak disangka kita bisa bertemu di sini. Ngomong-ngomong ada perlu apa kamu di sini Bin?”
“ Aku melamar jadi dosen di sini Ran, dan Alhamdulillah diterima, kebetulan hari ini aku akan meregistrasi ulang. Jadi untuk semester baru ini, aku bisa mengajar.”
“ Wahh,, hebat kamu Bin, semoga kamu bisa betah ngajar di sini ya. Dan nanti aku titip sama kamu seorang mahasiswa baru. Dia gadis desa, tolong kamu awasi dia ya Bin.”
“ Ok.. bisa diatur itu. Tapi siapa anak itu? Dan apa hubungannya denganmu Ran?”
“ Ceritanya panjang Bin, nanti kalau kamu ada waktu luang akan aku ceritakan semuanya sekalian kita temukangen ya.”
“ Ok lah, nanti ku hubungi setelah urusan ku selesai.”
“ Ohya Bin, namanya Naura ya, jangan lupa. Aku juga tidak bisa lama-lama karena masih ada kerjaan di kantor.”
“ Ya sudah, kamu hati-hati ya Ran, seneng banget deh bisa ketemu kamu. Ku pikir kamu akan menetap juga di luar kota.”
“ Tidak kok, aku dan mas Rozi sudah pindah di kota ini dan untuk sementara tinggal di rumah nyokap.”
“ Nanti aku akan berkunjung ke rumah, kangen juga dengan tante.”
“ Di tunggu ya.”
“OK.”
Setelah berpelukan kembali mereka berpisah dan melanjutkan aktivitas mereka masing-masing. Ya, Aran dan Bintang adalah sahabat semenjak di bangku kuliah, mereka sudah seperti dua bersaudara. Tetapi tiga tahun yang lalu Bintang pindah ke luar kota bersama kedua orangtuanya dan mereka pun jarang berkomunikasi.
***
Di bascampe
“ Lan, kali ini ayo dong ikut jadi panitia ospek mahasiswa baru. Ini permintaan anak-anak lho sebagai kado perpisahan.”
Ucap Galih sambil asyik main game favoritnya.
“ Iya Lan, kali ini aja. Masa kamu tidak kasian sih ma anak-anak. Selama kita kuliah di sini kamu tidak pernah mau jadi panitia.” Timpal Dennis.
“ malas ah. Gak tertarik. Kalian kan tahu, aku malas ikut kegiatan seperti itu.” Bela Arlan santai
“ Please Lan, biar semester ini berbeda dengan adanya kamu. Apa kamu tidak tertarik dengan mahasiswi baru yang cantik-cantik. Mana tahu ada yang bisa menaklukkanmu.” Kata Galih.
“ Gak ada bedanya dengan sebelumnya. Semua wanita pasti berasal dari kalangan atas. Gak ada yang spesial tuh.” Kekeh Arlan
“ Iss , kamu ya Lan, wanita seperti apa sih yang dapat menarik perhatianmu? Jadi penasaran deh.”
“ Sudahlah Gal, percuma kita bujuk sampai menyembah pun, Arlan tidak akan mau. Kita lihat saja nanti,dia dapat karmanya karena sudah menyia-nyiakan para mahasiswi yang cantik-cantik di kampus ini.” Ucap Dennis sedikit kesal.
“ Kalian sama saja,kenapa yang dibahas tentang wanita melulu sih. Untuk saat ini aku gak tertarik dengan gadis-gadis yang ada di kampus ini. Mereka keganjenan, terlalu agresif.” Bela Arlan
Dennis dan Galih hanya bisa mengelus dada, pasalnya sudah lama mereka membujuk Arlan untuk menjadi panitia ospek dan bersikap ramah pada setiap gadis tetapi ujung-ujungnya akan berdebat dan tidak ada hasilnya. Arlan tetap pada pendiriannya yang membatasi dirinya dari setiap gadis. Ia pun heran kenapa ia sama sekali tidak tertarik pada gadis-gadis yang ada di kampusnya.
“ Sudahlah, aku mau keluar dulu cari angin.” Ucap Arlan sambil berlalu meninggalkan Dennis dan Galih tanpa menghiraukan mereka. Sementara Dennis dan Galih hanya bisa saling pandang dan menaikkan kedua bahunya dan melanjutkan kembali kegiatan mereka yang tertunda.
Setelah selesai meregistrasi ulang, Naura dan Abel akhirnya bisa keluar dengan tenang.
" Ah, syukurlah Ra, registrasinya berjalan lancar. Tidak ada masalah. Jadi kita tinggal menunggu jadwal masuk kuliah aja.”
“ Iya Bel, aku juga lega. Akhirnya kita sudah resmi menjadi mahasiswi di kampus ini.” Ucap Naura yang di angguki Abel.
Drrrrtttt drrrtttt, di tengah obrolan mereka, Handphone Abel bergetar panjang pertanda ada panggilan.
“ bentar ya Ra, aku angkat dulu.” Ucap Abel sambil menggeser tombol hijau. Naura hanya menganggukan kepalanya.
Setelah beberapa menit, Abel mengakhiri panggilannya dan berkata kepada Naura, “ Ra, maaf ya. Aku pulang duluan tadi papa nelepon suruh segera pulang.”
“ Iya gak papa Bel, emang ada masalah ya?”
“ Gak kok, papa nelepon mau ngajak jemput kakak aku di bandara. Besok ku traktir deh makan siang, sebagai permintaan maafku ya.”
“ Jangan Bel, gak usah repot-repot. Lain kali kita bisa makan bareng kok.”
“ Jangan menolak Ra, aku gak suka dibantah.”
“ Ya sudah deh, daripada tuan putri ngambek.”
“ Nah gitu dong, besok ku kabari ya. Sekalian ku kenalkan kakak ku padamu, Ok.”
“ Iya.”
“ Kalau gitu, aku duluan ya Ra, sudah di tunggu papa di depan. Kamu mau langsung pulang?”
“ Bentar lagi Bel, masih mau jalan-jalan sebentar.”
“ Ok. Hati-hati ya Ra. Dadah”
“ iya.”
Abel pun bergegas pergi menuju pintu gerbang sambil berlari. Sementara Naura hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Abel. Ia pun berkeliling sambil mencari mushallah karena sebentar lagi akan memasuki waktu Dzuhur.
Matahari tepat di atas kepala, siang ini udara terasa terik dan gerah. Namun, tidak begitu dirasakan oleh Naura karena ia duduk di taman kampus yang berada di bawah pohon yang rindang. Usai shalat Dzuhur, Naura duduk bersantai di taman sambil makan bekal siang yang ia bawa dan beberapa cemilan.
“ Huft, udaranya panas banget. Jadi seperti ini ya, suasana kota siang hari. Untung aja di sini banyak pepohonan.” Ucap Naura sambil melahap makan siangnya.
“ Hebat ya, kampus ini di luar bayanganku. Ternyata jauh lebih megah dan elit. Mahasiswanya aja pakai mobil semua. Belum lagi cantik-cantik dan ganteng-ganteng semuanya. Benar-benar orang kaya dah. Beruntung sekali aku bisa kuliah di sini. Alhamdulillah ya Allah, semoga ke depannya hamba di beri kemudahan dan kelancaran sampai hamba selesai. Amin.” Ucap Naura sambil bersyukur.
“ Ya ampun, ternyata sudah jam dua. Sangking sejuknya di sini jadi lupa waktu. Aku harus segera pulang.” Gumam Naura terkejut sambil melihat arloji di pergelangan tangannya.
Naura pun bergegas bangkit dan meninggalkan taman. Ia segera berjalan menyusuri jalanan kampus yang rindang.
Naura melewati beberapa gedung-gedung fakultas lainnya. Sebelah fakultas FKIP terdapat fakultas Seni, pada saat Naura melintas di depan parkiran ia tidak sengaja melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Tanpa sadar ia masuk ke parkiran fakultas Seni tersebut dan menghampirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Rafanda 2018
biasa,tabrakan orang,tragedi toilet
2022-08-29
1