Pukul 18.15 mereka tiba di kos yang akan menjadi tempat tinggal Naura. Kos tersebut tidak jauh dari jalan raya yang berada di dalam gang. Tempat kos-kosan yang diperuntukkan bagi kaum pelajar,mahasiswa pekerja bahkan ada yang sudah berumah tangga. Kos-kosan tersebut masih relatif murah bagi kaum kelas menengah ke bawah. Meskipun murah tetapi tidak murahan lokasinya nyaman, bersih dan aman.
Di depan gerbang kos-kosan ada pos satpam yang menjaga Kosa-kosan yang terdiri dari 20 pintu tersebut. Kos-kosan Naura berada di sebelah kamarnya kak Dara. Dara sengaja meminta kepada pemilik kos agar bisa berada di sebelahnya.
Dara memarkirkan sepeda motornya di garasi yang sudah disediakan oleh pemilik kos. Setelah selesai, Dara mengantarkan Naura ke kamarnya. Suasana kos-kosan terlihat sepi, mungkin para penghuninya sudah beristirahat di kamar masing-masing atau belum pulang bekerja.
“ Ra, ini kamarmu sekarang. Kamu bisa
Kemasi barang-barangmu. Nanti kakak akan kemari kita makan malam bersama ya.” Kata Dara sambil menyerahkan kunci kamar ke Naura.
“ Iya kak. Makasih ya kak sudah banyak membantu Naura. Kalau gitu Naura masuk ya kak.”
“ Ok masuklah. Kamarmu sebelumnya sudah dibersihkan kamu tinggal menempatinya saja. Dan kalau butuh sesuatu datang saja ke kamar kakak, yang ada disebelah.” Ucap Dara sambil menunjuk kamarnya yang berada di sebelah kamar Naura.
“ Iya kak.”
Mereka pun masuk ke kamar masing-masing. Setelah mengunci pintu, Naura bergegas menyusun barang-barangnya. Kamar kos yang memiliki lebar 5x5 meter tersebut sudah ada kamar mandi,dapur mini dan tempat tidur beserta lemari pakaian,meja belajar dan sebuah kursi. Setelah mengemas, Naura segera melaksanakan ritual mandi agar menghilangkan penat dan keringat yang sudah melekat di tubuh Naura.
Selesai mandi dan shalat Maghrib, Naura melanjutkan merapikan barang-barangnya, meletakkan pakaian di lemari, menyusun buku-buku dan memajang beberapa foto-foto dirinya dan keluarganya. Selama 30 menit kegiatan beres-beres Naura selesai. Kemudian ia pun, langsung memberi kabar kepada Naya bahwa dirinya telah sampai di kos-kosan dengan selamat yang di iringi dengan foto kamarnya.
‘Huft. Selesai juga beres-beresnya.
Sekarang tinggal urusan perut.’ Kata Naura sambil menyeka dahinya yang berkeringat dan memandangi sekeliling isi kamarnya. Tidak berapa lama terdengar pintu di ketuk dari luar.
Tok tok tok, tidak menunggu lama pintu terbuka dari dalam, “ Masuk kak, Naura baru saja selesai beres-beres.” Ucap Naura sambil membuka lebar pintu dan mempersilahkan Dara masuk.
“ kok cepat selesainya Ra, kakak bermaksud mau membantu.”
“ Gak papa kak, barang Naura Cuma sedikit jadi gak perlu lama-lama.”
“ Ya sudah, ayo makan. Ini kakak bawa nasi dan ayam goreng.”
“ Iya kak, Naura juga ada daging rendang yang dibawakan emak. Sebentar Naura ambilkan sekalian piringnya.” Ucap Naura berlalu ke dapur.
Tidak lama, merekapun langsung makan malam dengan lahapnya. Selesai makan Naura langsung mencuci piring kotor yang telah mereka gunakan. Setelah selesai,Naura menghampiri Dara yang berada di tempat tidur. Dara mulai menginterogasi dan memberondong pertanyaan terkait insiden yang terjadi di terminal sore tadi. Naura pun menceritakan dari awal bagaimana kejadian itu terjadi tanpa ada yang terlewatkan.
***
“ Kita harus mengucapkan terima kasih secara langsung Bun,kepada Naura yang telah menyelamatkan Vino.” Ucap Tuan Rahardian setelah Nyonya Nissa menceritakan semua kejadian yang terjadi di taman sore tadi. Selesai makan malam mereka berlima berkumpul di ruang keluarga.
“ Iya Bun, Aran setuju dengan ayah. Biar bagaimanapun jasa dia tidak akan bisa tergantikan karena telah menyelamatkan nyawa Vino. Kalau tidak ada Naura, entah apa yang akan terjadi Bun, aku gak sanggup membayangkannya.” Timpal Aran terisak membayangkan kejadian Naas yang telah menimpa Vino anaknya.
“ Sudahlah Ma, jangan nangis begitu. Nanti kita akan menemui gadis itu. Yang terpenting sekarang Vino dan Bunda sudah baik-baik saja.” Ucap Rozi menenangkan Aran sambil mengusap-usap punggung isterinya.
“ Iya Bunda ikut ya. Dan sekali lagi bunda minta maaf pada kalian. Bunda telah lalai menjaga Vino.”
“ Sudah lah Bun, Bunda tidak salah jadi jangan jadi beban buat Bunda ya. Aran juga minta maaf telah berlebihan.” Ucap Aran merasa bersalah.
" Memang Bunda yakin dengan gadis itu. Zaman sekarang harus hati-hati loh Bun, banyak penipuan bermoduskan menolong orang.” Timpal Arlan
“ Husst, jaga ucapan kamu Lan, Bunda sangat yakin pada Naura dia benar-benar gadis yang baik. Dan dia itu satu kampus denganmu tau.” Ucap Nyonya Nissa sewot karena Arlan tidak percaya akan kebaikan Naura. “ Jadi, selama kamu belum wisuda, kalau bisa kamu harus melindungi dia ya.”
“ Lho kok Arlan sih Bun, lagipula minggu depan Arlan akan wisuda lho bun.”
“ Ya. Itu sebagai permintaan dari Bunda, dan Bunda ingin membalasnya secara kampus itukan kampus yang akan kamu kelola juga kan, benarkan yah.” Ucap Nyonya Nissa berusaha mendapatkan dukungan dari suaminya.
“Iya Lan, Bunda kamu benar sebagai balas jasa kita harus memberikan kenyamanan selama ia kuliah di kampus kita itu.” Bela Tuan Rahardian yang diangguki oleh isterinya.
“ Benar Lan, kakak dan mas mu juga sependapat dengan Bunda. Kakak sebagai mama nya Vino akan melakukan hal yang lebih untuk membalas jasa Naura. Benarkan mas.” Kata Aran kepada suami nya.
“ is.. kalian ini ya, selalu saja kompak menjadikan aku tumbal.” Cebik Arlan
“ Ya kalau bukan kamu siapa lagi, secara kamu kan masih tunggal, jadi tidak ada dong yang membelamu.” Kata Aran mengejek.
“ Awas kakak ya, lihat saja nanti kalau aku duet akan membuat kalian semua kalah.” Balas Arlan.
“ sudah, sudah... kalian ini selalu saja bertengkar. Tidak malu apa dengan umur?’ ucap Nyonya Nissa yang selalu menghadapi anaknya berdebat jika sudah bergabung.
“ kak Aran duluan Bun yang cari masalah.” Bela Arlan.
“ Kok kakak sih, kamu tu yang sensian aja. Atau kita jodoh kan saja Bun dengan Naura.” Ledek Aran
“ Boleh juga ide kamu Ran, Bunda suka dengan Naura, dia benar-benar gadis yang baik. Mudah-mudahan suatu hari bisa menjadi mantu Bunda.” Kata Nyonya Nissa berharap.
“ Apa-apaan sih Bunda dan kakak, baru pertama jumpa saja sok menjodoh-jodohkan Arlan, Arlan masih bisa cari sendiri. Lagipula kita kan tidak tahu siapa gadis itu.” Ucap Arlan kesal
" Bunda sangat yakin kok Lan, dan tenang saja Bunda akan segera mencari tahu siapa Naura itu.” Kata nyonya Nissa antusias.
“ Yah, terserah Bunda saja, aku gak mau ikutan, aku akan cari sendiri jodohku Bun, setelah aku menyelesaikan studi ku.” Jawab Arlan langsung meninggalkan mereka menuju kamarnya di lantai dua.
“ yeaayy,,dia ngambek..awas nanti makin tua lho..” ejek Aran.
“ Sayang sudah ah,kasian dari tadi di ledeki terus.” Ucap suaminya yang di cengiri oleh Aran.
“ Jadi kapan kita akan menemui Naura Bun?” tanya Tuan Rahardian.
“ Bunda juga belum tahu,karena bunda belum ada nomor telepon dan alamat tempat tinggalnya.” Jawab Nyonya Nissa sedih.
“ Tenang aja Bun, besok aku akan ke kampus tuk melihat identitasnya, kebetulan aku ada perlu dengan Prof. Guntur.” Kata Aran.
“ Baiklah, Bunda tunggu kabar darimu. Kalau begitu, Bunda permisi duluan ya sayang, Bunda merasa pusing.” Pamitnya kepada mantu dan anaknya sambil menarik tangan suaminya.
“ Ok Bun, nanti Aran kabari secepat express..hihihi” jawab Aran.
Mereka pun beranjak juga meninggalkan ruang keluarga menuju kamar masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Babang Afang
next...
2022-10-10
0