Naura pun bergegas pergi menuju warung untuk mengambil barang-barangnya.
“ Bibi terima kasih ya, sudah menjaga barang-barang saya.”
“ Sama-sama nak, bibi tadi terkejut sekali kamu kok tiba-tiba berlari begitu, bibi mau memanggil kamu sudah tidak sempat. Kamu larinya cepat banget lho.”
“ Maaf bi, say reflek melihat anak kecil berlari menuju jalan raya.” Kata Naura sambil mengambil Handphone nya. Ketika di buka, sudah ada tiga panggilan tak terjawab dan satu pesan dari kak Dara. Dengan cepat Naura membuka pesan.
[ Ra, maafkan kakak ya, ban motor kakak bocor,ini kakak masih di bengkel. Kakak sangat terlambat menjemput kamu.]
Dengan cepat Naura langsung menelepon kak Dara.
Tuuutttt.. tidak lama, telepon langsung di angkat oleh kak Dara.
“ Halo Ra, kamu dari mana?koq gak di angkat teleponnya?kamu gk papakan? Kamu darimana saja?” tanya kak Dara langsung.
“ Maafkan Naura kak, tadi ada suatu kejadian. Tapi Naura tidak apa-apa koq kak.”
“ Benar kamu tidak apa-apa?”
“ Iya kak, ohya kak, Naura menunggu di Taman ya kak?”
“ Ok, baiklah Ra. Syukurlah kamu tidak apa-apa. Bisa-bisa nanti kakak di omeli kak Desi. Sekali lagi maaf ya Ra, mungkin 30 menit lagi kakak akan sampai.”
“ Iya kak, kakak jangan khawatir, iya kak Walaikumsalam.”
Panggilan pun terputus, setelah pamit kepada pemilik warung, Naura langsung bergegas menuju taman yang sudah di tunggu oleh nyonya Nissa.
“ Maaf Nyonya, saya lama. Tadi saya menelepon kakak saya agar ia nanti menjemput saya di taman.” Ucap Naura begitu sampai di taman.
Tidak apa-apa nak, mari kita duduk di bangku itu.” Ajak nyonya Nissa sambil berjalan masuk ke dalam taman.
Di dalam taman, masih tetap ramai banyak anak-anak bermain di wahana permainan yang berada di taman.
Mereka berdua duduk di bangku yang berada di dekat kolam pasir, di situ terlihat Vino sedang bermain pasir dengan di temani oleh pengasuhnya. Vino sudah terlihat baik-baik saja, untung mentalnya kuat jadi ia tidak begitu trauma atas insiden yang baru saja di alaminya.
“ Kalau boleh tahu, siapa namamu nak?” tanya nyonya Nissa
“ Nama saya Naura nyonya.”
“ Jangan panggil saya nyonya Naura, panggil tante saja. Saya tante Nissa.”
“ Baiklah nya...eh tante..”
“ Kamu pasti dari desa?” tebak nyonya Nissa.
“ Iya tante, saya dari desa. Kedatangan saya ingin melanjutkan kuliah, kebetulan saya mahasiswa beasiswa tante. Kalau tidak karena beasiswa orangtua saya tidak akan sanggup mengkuliahkan saya di kampus itu tante.” Jawab Naura tanpa merasa malu
“ Kalau boleh tahu, kamu kuliah dimana?”
“ Saya kuliah di kampus swasta yang terkenal di kota ini tante, saya bersyukur kampus super elit tersebut selalu memberikan beasiswa bagi orang-orang yang tidak mampu seperti saya ini tante.”
“ Ohya, berarti kamu hebat dong Ra. Bisa berhasil mendapatkan beasiswa tersebut. Tante bersyukur sekali hari ini bisa bertemu denganmu Naura.”
“ Tante bisa saja, saya tidak sehebat itu kok tante. Ini sudah rezeki dari Allah tante.”
“ Nah,itu dia yang bikin tante kagum padamu, kamu gadis yang hebat, meski dari desa kamu memiliki sifat yang baik, sederhana, dan memiliki kemauan yang besar. Dan satu lagi di kota ini sudah langka gadis seperti kamu.” Ucap tante Nissa kagum karena baru ini ia bertemu dengan gadis seperti Naura.
“ Tante berlebihan deh, saya jadi malu. Sudah ah tante, kalau tante memuji saya terus saya bisa jadi besar kepala lho tan, dan saya akan jadi gadis yang jahat lho tan.” Kata Naura sambil nyengir kuda.
“ kamu ini ya, bisa saja.” Jawab tante Nissa sambil tertawa.
Meskipun mereka baru berkenalan, Naura dan tante Nissa sudah begitu akrab. Sepanjang obrolan mereka terkadang terdengar gelak tawa mereka. Pada saat mereka asyik mengobrol, pengasuh Vino menghampiri tante Nissa.
“ Nyonya, kita sudah waktunya pulang. Sebentar lagi jam pulang kerjanya tuan.” Kata bibi pengasuh Vino mengingatkan.
“ Ah ya ampun, Saya lupa bik. Ya sudah mari kita pulang.” Tante Nissa segera beranjak dari duduknya dan berpamitan pada Naura.
“ Naura tante permisi duluan ya? Sayang sekali pertemuan kita terlalu singkat. Saya berharap kita bisa sering-sering bertemu.”
“ Iya tante, mudah-mudahn kita bertemu lagi. Saya senang bertemu dengan tante, tante sangat ramah jadi saya ada temannya.”
“ saya juga Naura, kalau gitu saya duluan ya.”
“ iya tante.” Tanpa rasa sungkan Naura mencium punggung tangan tante Nissa sontak saja tante Nissa terkejut tetapi ia dapat menyembunyikannya. ‘ Anak yang sangat baik.’ Ucap tante Nissa dalam hati sambil berlalu meninggalkan Naura di taman sendiri.
Setelah kepergian tante Nissa, Naura mendapat telepon dari kak Dara,
“ Ra, kamu dimana? Kakak sudah ada di taman?” tanya Dara di seberang telepon.
“ Naura di bangku dekat wahana permainan kolam pasir kak. Atau kakak tunggu di depan saja biar Naura yang keluar.”
“ Ya sudah, kamu cepat kemari ya,”
“ Iya kak.”
Tut panggilan pun berakhir, Naura bergegas pergi dari taman, dan menghampiri kak Dara, sesampai di depan taman ia melihat seorang wanita yang sedang berdiri yang masih mengenakan seragam kerjanya, ia memakai blazer warna biru,rambut yang di sanggul dn memakai sepatu high heel. Naura yakin wanita itu adalah kak Dara. Sambil menuju jalan raya, Naura melambaikan tangannya dan memanggilnya.
“ Kaaak Daraa..” teriak Naura sambil berjalan cepat menghampiri wanita tersebut. Spontan merasa namanya terpanggil iapun langsung menoleh ke arah asal suara tersebut.
“ Naura..pelan-pelan jangan buru-buru.” Ucap Dara
“ Iya kak,” jawab Naura masih mengatur nafasnya yang naik turun.
“ Ayo, kita langsung pulang motor kakak ada di sana.” Ajak Dara sambil membawakan kardus yang di pegang Naura menuju motornya.
Sesampai di motor, Dara menyusun barang-barang bawaan Naura, karena motor Dara Motor matic, tas dan kardus ia susun di depan. Setelah selesai Naura langsung naik di belakang.
“ Sudah Ra. Jangan lupa pegangan?”
"Sudah kak.”
Motor pun melaju memasuki jalan raya yang semakin padat dan ramai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments