Dengan senyum terpaksa dan menahan emosi di dada, aku pun membalas ucapan bude, “ Insya Allah bapak sanggup bude, mengkuliahkan aku dan Alhamdulillah kak Tari bisa membanggakan bude.” Aku pun langsung berpamitan meninggalkan bude sendirian. Tanpa menghiraukan omelan-omelan nya lagi.
Di tempat lain
“ Lan, kita hangout yuk” ajak Denis sahabat Arlan, mereka sedang mengerjakan perbaikan skripsi mereka masing-masing.
“ Lihat nanti ajalah Den, rencana ku nanti sore akan mngunjungi nenek,sudah 2 minggu aku gak ke sana.” Ucap Arlan sambil fokus ke laptopnya.
“ Ehmmm, gara-gara skripsi ini kita jarang kumpul,” kesal Galih. “ Lha,ini apa namanya, kita bertiga kan lagi berkumpul kan!” balas Arlan cuek.
“beda dong bro,ini kumpul karena mengerjakan skripsi,kalau kumpul tu ya senang-senang tanpa memikirkan tugas, hangout kek ke club gitu.” Imbuh Denis.
“ Nanti ada masanya” jawab Arlan masih tetap fokus ke laptopnya, “ Is, gak asyik kamu Lan,,”timpal Galih sambil meninpuk Arlan pakai bantal.
Ya mereka bertiga adalah Arlan, Denis dan Galih yang merupakan sahabat dari bangku SMA, mereka sedang berada di kamarnya Arlan untuk memperbaiki skripsi yang sudah di periksa oleh Dosen Pembimbing mereka masing-masing.
Pukul 16.00 sore, Denis dan Galih sudah pergi meninggalkan rumah Arlan dengan penampilan wajah yang ditekuk, bagaimana tidak,setelah 1 jam membujuk Arlan untuk malam mingguan ke club tetapi tidak membuahkan hasil. Arlan berkeras tidak mau pergi, ia lebih memilih untuk mengunjungi neneknya. Ia tidak mau menjadi cucu yang durhaka apalagi mendengarkan petuah –petuah nenek yang sangat panjang dan kali lebar.
Arlan pun bergegas pergi ke rumah neneknya setelah berpamitan dengan bundanya. Perjalanan membutuhkan waktu 1 jam, karena rumah nenek terletak di pinggir kota, ia ingin tinggal dengan suasana yang damai dan tenang tanpa adanya kebisingan hiruk pikuk suasana kota.
“ Assalamualaikum,” dengan semangat Arlan mengucapkan salam sambil membuka pintu depan. “ Walaikumsalam,eh ada mas Arlan. Sudah lama mas Arlan tidak kemari?” sambut bik Lastri pelayan yang mengurus nenek.
“ Iya bik, maaf baru ini aku bisa kemari, sekarang lagi menyelesaikan dua skripsi sekaligus bik,karena di kejar deadline biar bisa wisuda semester ini bik.” Jawab Arlan setelah mencium punggung tangan bik Lastri. Meskipun bik Lastri seorang pelayan, wanita yang sudah berumur setengah abad ini, sudah dianggap sebagai ibu bagi Arlan. Karena sudah hampir 30 tahun lebih bik Lastri mengabdikan hidupnya untuk keluarga Kusuma ini.
“ baiklah bik, aku akan menemui nenek, sudah kangen nih untuk dengar nyanyian nenek,”
"ada-ada saja mas Arlan ini. Ya sudah, Nyonya besar sekarang berada di taman belakang mas, beliau sedang merawat bunga-bunganya, bibi akan ke dapur untuk masak makan malam,biar mas Arlan makan malam di sini ya.”
“ Pasti bik, sudah kangen dengan masakan bibik.”
“ Asiiiap mas.” Kata bibik terkekeh geli. Arlan hanya tersenyum saja melihat tingkah bik Lastri, kemudian ia pu bergegas ke taman belakang menghampiri neneknya.
“ Assalamualaikum, nek” sapa Arlan sambil memeluk neneknya dari belakang, dengan sedikit terkejut nenek tanpa sengaja melepaskan gunting dari genggamannya.
“walaikumsalam,”
“nenek apa kabar?” tanya Arlan sambil mencium punggung neneknya.
“ Alhamdulillah nenek selalu sehat, apalagi nenek masih menunggu di perkenalkan oleh calon cucu mantu nenek.”
“ Is nenek lah, Arlan baru nyampe pun sudah diserang oleh nenek. Arlan kan kangen ma nenek.”
“ habis kamu sih, tidak pernah membawa seorang wanita kemari.” Kata nenek sambil cemberut.
“uda ah, nenek kalau cemberut gitu malah makin muda lho.” Canda Arlan sambil memeluk nenek dari samping. “ sabar ya nek, Arlan kan masih kuliah, terus setelah ini Arlan akan melanjutkan S2 ke LN untuk memenuhi keinginan ayah,setelah selesai Arlan akan membawakan calon isteri Arlan. Gimana nek?” rayu Arlan.
“ baiklah,nenek akan selalu menjaga kesehatan demi melihat calon mantu cucu nenek.”
Begitulah Arlan kalau sudah bertemu dengan neneknya, Arlan sangat menyanyangi neneknya. Arlan selalu bercanda dan suka menjahili neneknya. Meskipun di luaran Arlan memiliki sikap yang dingin, cuek, tegas, dan sedikit arogan terutama dengan wanita. Ia selalu bersikap cuek terhadap wanita karena ia berpikir semua wanita selalu memakai topeng untuk menutupi sifat asli mereka demi mencapai tujuan mereka. Oleh karena itu, ia selalu memasang tembok untuk tidak berhubungan dengan wanita.
Setelah makan malam, Arlan pun berpamitan dengan neneknya, ia berjanji setelah selesai sidang skripsinya, ia akan mengunjungi neneknya kembali. Pukul 20.00 Arlan meninggalkan halaman rumah neneknya dengan ditemani motor sport kesayangannya.
***
“ Ra, kau yakin akan melanjutkan kuliah?” tanya emak ragu-ragu
" Insya Allah yakin mak,Naura akan berusaha lebih giat dan nanti Naura akan mencari kerja sambilan mak,untuk membantu biaya kehidupan Naura nanti, yang penting bapak dan emak selalu mendoakan Naura agar di berikan kemudahan dan kelancaran dalam semua urusan kuliah Naura. Agar Naura dapat membuktikan kalau emak dan bapak bisa menguliahkan kami” Jelasku agar emak tidak ragu lagi, aku yakin emak sudah di pengaruhi oleh omongan-omongan tetangga terutama omongan dari bude Yati.
“ iya mak, emak jangan terlalu mendengarkan omongan-omongan tetangga kita yang julid-julid itu, yang penting doa emak dan bapak itu sudah cukup buat kami nantinya.” Timpal Naya yang dianggukkan olehku dan Nanda.
“ sudah mak, bapak yakin Insya Allah kita bisa mengkuliahkan mereka.” Bapak menimpali dengan semangat.
“ ya sudah, emak hanya bisa berdoa untuk kelancaran kalian semua dalam bersekolah ya.” Ucap emak yang di aminkan kami semua.
Begitulah setiap habis makan malam dan shalat Isya kami sekeluarga selalu berkumpul di ruang tamu. Untuk membahasa suatu masalah ataupun hanya sekedar obrolan –obrolan ringan saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments