Seperti biasa, pukul 05.00 subuh Naura sudah terbangun dari tidurnya, ia langsung duduk sejenak dan tak lupa membaca do'a. Ia keluar kamar dan langsung menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu setelah selesai ia pergi menuju ruang shalat dan sudah ditunggu oleh anggota keluarga yang lainnya. Setelah merapikan barisan shaf, mereka memulai shalat Subuh berjama'ah, kali ini Nanda mendapat giliran menjadi imamnya. Meskipun Nanda masih SMP, bapak sudah membiasakan Nanda untuk menjadi seorang imam baik imam bagi keluarganya maupun menjadi imam bagi masyarakat kelak.
Selesai shalat, Naura membantu emak memasak di dapur, Naya membersihkan rumah sedangkan Nanda membantu bapak menyiapkan peralatan yang akan dibawa ke ladang seperti mengasah parang, cangkul dan pisau. Begitulah aktivitas keluarga Naura setiap hari yang selalu kompak dan saling membantu dalam melaksanakan pekerjaan rumah.
Pulul 06.30, mereka sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama. Setelah selesai sarapan Naura, Naya dan Nanda berpamitan kepada bapak dan emak untuk berangkat ke sekolah masing - masing. Sebelum berangkat tak lupa mereka mencium punggung tangan bapak dan emak. Sedangkan bapak pergi bekerja di kebun yang berada di belakang rumah. Sekolah Naura dan Naya berada di desa kecamatan karena untuk kenjang SMA hanya ada satu di kecamatan tersebut.
Jarak dari rumah ke sekolah memakan waktu sekitar 30 menit, mereka berboncengan naik motor butut punya bapak. Jarak dari rumah ke sekolah memakan waktu sekitar 30 menit, mereka berboncengan naik motor butut punya bapak. Naura duduk di kelas 3 semester akhir,dan Naya baru duduk di kelas 1. Sedangkan Nanda masih duduk di kelas 1 SMP, jarak sekolah Nanda dari rumah tidak jauh, hanya memakan waktu 15 menit berjalan kaki. Karena letak sekolah Nanda berada di desa sebelah.
Sesampai di sekolah, Naura dan Naya menuju ke kelas mereka masing-masing. “ Pagi Ra” sapa Nining teman sebangku Naura, “pagi Ning.”
“ohya Ra,aku dengar kau sudah menyiapkan pendaftaran untuk masuk kuliah ya?”
“Iya Ning, doakan aku ya”
“pasti dong, kau kan teman terbaik ku Ra, ya walaupun aku tidak mampu untuk melanjut, karena kau tau sendirikan gimana otak dan keuangan keluargaku, dua - duanya tidak mendukung."
“jangan gitu Ning,rezeki kita kan siapa yang tau.”
“Ah,sudahlah aku uda malas Ra, aku mau langsung kerja aj,kemarin kakak ku sudahmendapatkan kerjaan di toko pakaian yang ada di kota kabupaten Ra,jadi setelah kita lulus aku bisa langsung kerja.”
“jauh juga Ning.”
“ Yah, lumayanlah walaupun tidak di kota besar sana,tapi aku sudah ada pengalaman tinggal di kota Ra.” Jawab Nining sambil nyengir menampakkan gigi-giginya.
Nining adalah satu-satunya teman ku yang ada di desa ini, meskipun kami tidak tinggal di desa yang sama. Keadaan orangtua kami tidak jauh berbeda, hanya saja bapak dan kemampuan otakku sudah mendukungku untuk melanjutkan kuliah.
Teng teng teng teng, lonceng tanda masuk sudah terdengar dengan nyaringnya. Semua siswa sudah berada di kelas mereka masing-masing begitu juga kelasku. Hari ini kami tidak aktif belajar bu Desi wali kelas ku hanya memberikan pengarahan tentang pendaftaran kuliah yang akan dilaksanakan minggu depan. Bu Desi selalu membimbing dan menasehati kami,untuk tetap semangat melnjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi. Ya, itu karena bu Desi adalah seorang guru PNS yang di tempatkan di desa kecamatan tempat tinggal ku, beliau berasal dari luar kabupaten ini. Dan memiliki pemikiran yang maju.
“ Bagaiamana Ra, semua persyaratan yang dibutuhkan sudah kau siapkan?” tanya bu Desi setelah jam istirahat, kami masih berada di kelas karena Bu Desi ingin memberi bimbingan kepadaku.
“sudah bu,”
“ bagus lah, karena ibu yakin dan percaya kau bisa lulus dalam pendaftaran ini, karena di kelas ini hanya kau seorang yang ingin melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi. Dan kebetulan kampus yang kita ajukan membuka beasiswa untuk jurusan keguruan Ra.”
“benarkah bu? Syukurlah bu, jadi orangtua saya tidak terlalu berat untuk menanggung biaya kuliahnya bu.”
“Iya Ra, ibu sangat menyayangkan, kenapa di desa ini minat untuk kuliah tidak ada ya. Mereka berpikir anak perempuan setelah tamat SMA, kalau tidak kerja ya menikah. Dan anak laki-lakinya kalau tidak merantau,membantu orangtuanya bekerja di kebun.”
“ Itulah bu, saya juga sering di bilang sama tetangga saya, oalah Naura ngapai kau kuliah,apa sanggup bapakmu mengkuliahkan kau nanti, karena biaya kuliahkan sangat besar. Gitu bu,kata mereka.”
"Sudah ,jangan kau dengarkan Ra,buktikan saja kalau kau bisa menyelesaikan kuliahmu dengan tepat,dan buat kedua orangtuamu bangga.”
“ Iya bu,makanya saya sangat butuh bantuan ibu,karena kan saya tidak tau apa-apa tentang kuliah dan bagaimana tinggal di kota besar bu. Lalu tempat tinggal saya gimana bu.”
“ kau tenang saja Ra, nanti adik ibu yang ada di kota akan mencarikan kos-kosan yang dekat dengan kampus.”
“ Makasih ya bu, ohya bu berapa orang yang akan mendaftar minggu depan bu?”
“semuanya ada 15 orang Ra, dari kelas IPA 3A ada 6 orang, kels IPA 3B 5 orang, kelas IPS 3A hanya kau, dan IPS 3B 3 orang. Tetapi yang ingin jadi guru hanya kau sendiri Ra, makanya mereka kemungkinan akan di kampus yang berbeda dan tidak ada beasiswa nya.”
“ Kok bisa gitu bu?emang saya di kampus apa bu?”
“ Pihak sekolah kita mendapatkan jatah 3 kampus yang mana ada yang negeri dan ada yang swasta, kalau 14 orang temanmu itu akan di daftarkan ke negeri,sedangkan kau ibu rekomendasikan di swasta karena kebetulan kampus tersebut membuka beasiswa bagi mahasiswa baru pada jurusan keguruan Ra, tapi kau jangan salah Ra, walaupun swasta tapi kampus ini merupakan kampus yang terkenal di negara ini Ra. Kampus ini termasuk kampus untuk kalangan menengah ke atas. Ibu berharap meskipun kau dari jalur beasiswa,itu akan membanggakan dirimu dan kedua orangtuamu.”
“Saya jadi minder bu,lalu kalau saya di bully gimana bu,karena saya dari desa dan miskin.”
“kau jangan takut,tata krama di kampus itu tinggi,selama ini ibu belum pernah mendengar tentang kasus pembullyan yang berakibat fatal,hanya saja gaya hidup mereka yang sangat tinggi. Jadi saran ibu, kau jangan mengikuti gaya hidup mereka Ra,jangan gengsian. Fokuskan aj studi mu.”’
“ Iya bu, terimakasih bu, sudah membantu saya.”
sama-sama Ra.”
Teng teng teng, lonceng masuk sudah berbunyi, akupun mengakhiri sharing tentang perkuliahan ini dengan bu Desi.
“baiklah anak-anak,hari ini sampai di sini, ibu harap kalian belajar sungguh-sungguh untuk menghadapi Ujian Akhir Sekolah dua bulan lagi” jelas bu Desi mengakhiri pelajaran hari ini. Setelah bu Desi keluar, kami pun langsung berhamburan keluar kelas.
“dadah Ra, sampai jumpa besok ya” kata Nining sambil melambaikan tangannya karena ia sudah di jemput duluan oleh kakaknya, kamipun berpisah di gerbang sekolah. “ iya Ning” balasku
Aku menunggu Naya keluar dari parkiran, lalu ia pun menghampiriku. Akupun bergegas naik ke atas motor, kali ini Naya yang mengendarai motor.
Pegangan ya kak,”kata Naya sambil melajukan motor bapak perlahan-lahan.
“ok. Lets go Nay..”jawabku semangat. Kamipun langsung pulang menuju ke rumah. Pukul 14.00 kami tiba di rumah, seperti biasa, keadaan rumah selalu sepi karena bapak dan emak berada di kebun, dan Nanda sepulang sekolah juga langsung ke kebun untuk membantu bapak. Selesai makan dan shalat Djuhur, aku pun pergi ke kebun,sedangkan Naya dia bertugas untuk menyiapkan makan malam nanti,jadi ia jarang ikut ke kebun.
“Nay,kakak pergi ke kebun ya!”teriakku yang sudah di ambang pintu.
“iya kak” balas Naya dari dalam kamarnya.
Baru saja aku keluar halaman belakang, aku berpapasan dengan pakde Rahmat dan isterinya bude Yati,mereka adalah abang dan kakak ipar dari emak.
“ Eh Ra, bude dengar kau mau kuliah ya?” tanya bude Yati dengan sinis. “ Iya bude, Insya Allah minggu depan pendaftaran dari sekolah.” Jawabku sopan, aku berusaha untuk tidak melanggatinya, aku tau pasti ujung-ujungnya akan menghina emak. “ Is, apa sanggup bapak dan emakmu untuk membayar uang kulihmu Ra,kau pikir biayanya tu tidak besar apa?” kata bude Yati dengan ciri khasnya kalau ngomong selalu merendahkan orang.
“ asal kau tau ya, bude saja sudah habis banyak duit tu untuk mengkuliahkan si Tari, dan Alhamdulillahnya bentar lagi dia akan selesai, dan sudah setahun terakhir ini dia sambil bekerja,makanya dia bisa mengirimkan bude duit,masih kuliah aj ia bisa nyenengi bude apa lagi kalau sudah tamat dan bekerja di perusahaan yang lebih hebat lagi.” Ucapnya dengan bangga. Sementara Pakde Rahmat sudah daritadi meninggalkan kami berdua,ia lebih memilih pergi duluan.
Astaghfirullahalazim,,, aku banyak –banyak beristighfar,mendengar ocehan bude Yati yang selalu merendahkan keluargaku. Iya dari dulu keluarga Pakde tidak cocok dengan emak,akupun tak tahu apa sebabnya, mereka merasa keluarga mereka harus terpandang dan selalu berada di atas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Ghaniyah Pahlevi Yusra
menginspirasi sekali kak ☺
2023-04-09
1