Baal telah memberi tahu semua peraturannya.
Dan pertarungan 1 lawan 1 dimulai.
Arthur panik karena Baal menjadi ketua guild sekaligus penilai disana.
"Archie... apa Kau bisa membuatku berubah menjadi orang lain?"
"Kalau Aku seorang Titisan Aku pasti bisa melakukannya" Jawab Archie.
Titisan mampu mengubah wujudnya menjadi apapun, tapi mereka tak bisa menyembunyikan ciri Khasnya.
"Sial! Archie.... bagaimana ini?! Aku takut ketahuan!!" Tegas batin Arthur dan pergi ketempat lain untuk menenangkan dirinya.
Dari kejauhan, Arthur melihat Iblis dengan jubah maron itu duduk sendirian dikursi kayu panjang.
"Dia... kenapa masih ada disini?" Lirih Arthur dan setengah berlari menujunya.
Iblis itu melihat kearah Arthur.
"Kenapa Kau kemari?" Iblis itu bertanya pada Arthur yang berdiri didepannya.
"Harusnya, Aku yang bertanya seperti itu. Kau adalah Bangsa Iblis dan Shinrin bukanlah tempatmu" Jawab Arthur padanya.
"Bukankah Kau sama? Kau adalah Aosora Arthur dan Shinrin bukanlah rumahmu" Ia mengembalikan ucapan Arthur.
"Eh....." Arthur meringis karena itu benar.
"Apa yang Kau cari disini?" Tanyanya karena Iblis itu berfikir kalau semua tindakan yang dilakukan Arthur terlalu ceroboh dan membahayakannya.
"Ah...."
"Apa Kau ingin membebaskan Iblis yang ada didalam dirimu?" Tanyanya lagi.
Iblis itu seolah olah bisa membaca pikiran Arthur.
"Itu tidak benar" Jawab Arthur.
"Kalau perkataanku benar, yang Kau lakukan itu akan percuma saja. Darah yang ada ditubuhmu, tak akan bisa membebaskannya" ucapnya.
"Apa Maksud Dia?" Archie bertanya pada Arthur.
"Kau memang keturunan Aosora Alex tapi tidak dengan tubuhmu. Pergilah dari sini. Kau tak akan paham dengan ucapanku" Iblis Itu mengusir Arthur.
"Jelaskan dulu padaku. Apa yang Kau ketahui tentang keluagaku dan siapa dirimu?" Arthur bertanya padanya dan duduk disampingnya.
Intinya, kalau Iblis itu tidak menyerang Arthur terlebih dahulu, maka Arthur tak akan menyerang.
Iblis itu menaikkan paha kanannya ke paha kirinya.
"Dia saja merahasiakannya darimu untuk apa Aku menjelaskannya. Apa Kau tak lelah kehilangan ingatan terus? Kalau Kau ingin hilang ingatan lagi, katakan padaku. Aku akan menceritakannya" Iblis itu menawarkan pada Arthur untuk menghilangkan Ingatan Arthur dengan Sihirnya.
"Dia? Siapa yang Kau maksud?"
Iblis itu menyandarkan pungungnya ke kursi panjang dibelakangnya.
"Ku rasa, jarak ini terlalu dekat untukku dan Kau akan menghambat perjalananku" Iblis itu duduk menghadap Ke Arthur.
"Namaku, Daeva Nerezza, Aku akan menghapus ingatanmu tentang ku, Aosora Arthur... De luce Archie" Ucapnya sambil menyentuh kening Arthur.
"Eh? Apa maksudmu?"
"Sihir tingkat Dua, Lost memory...." Iblis itu menggunakan sihirnya pada Arthur dan Archie kemudian Ia menghilang begitu saja.
Beberapa detik Arthur baru sadar.
"Eh!!! Archie sialan!!! Gimana caranya ngubah wajah! Archie!!! Bisakah Kau membantuku?!!!!"
"Dasar bodoh! Kalau Aku bisa mengubahnya, Kita nggak perlu sembunyi seperti ini BODOHHHHH!!!!!"
"ARRRGGGGGGHHHHHH!!!!!! BERFIKIRLAH IBLIS SIALANNN!!!! INI JUGA UNTUKMUUUU!!!!"
"HAH?! Pakailah cadar atau apapun itu!!" Tegas Archie yang marah pada Arthur.
Arthur baru sadar.
"Bagaimana dengan kaca mata siluman tadi?" Tanya Arthur.
"Kau ini benar-benar bodoh! Kau itu ditipu sama wanita itu. Sudahlah, carilah sesuatu yang bisa kau gunakan untuk menutup wajahmu"
"Baik...." Jawab lemas Arthur.
Mereka berdua benar-benar lupa dengan Iblis itu.
Iblis itu hanya memperhatikan Arthur dari jarak yang berjauhan.
...****************...
Arthur kembali ketempat duduknya disamping Tsuha dan Ia telah memakai cadar yang Ia termukan dipohon dekat Ia berdiri.
Arthur tidak tau kalau Iblis yang menghilangkan sebagian ingatannya itu yang menaruh cadar itu disana.
"Dari mana saja dirimu?" Tsuha bertanya pada Arthur yang mengenakan cadar itu.
"Nyari ini. Aku agak gugup kalo orang-orang memperhatikanku"
Arthur tidak ingat kalau dulunya Tsuha adalah pelayannya.
"Oh, begitu?.... Siap-siaplah. Habis ini giliranmu" Lirih Tsuha.
"Hah?!"
Arthur sangat terkejut mengetahui kalau gilirannya habis ini.
Ia melihat kearah jam dinding.
"Ini belum ada 40 menit!" Tegas Lirih Arthur.
"Lima menitkan waktu maksimal. Kau melewatkan teman ASJ kita yang lolos dua orang" Ujar Tsuha.
"Dua orang? Diterima diguild apa saja?" Arthur sangat antusias.
Dan ia mendekatkan wajahnya didepan pembatas sihir pelindungan itu.
"Guild Penyidik dan Guild Penelitian. Hah.... padahal, Guild Pemberantas Iblis juga ingin merekrut mereka. Kenapa mereka memilih Guild yang membosankan itu?" Lirih Tsuha yang menghela napas panjang.
"Bukankah itu sudah jelas? Dua Guild itu adalah Guild yang terpandang. Sedangkan masa kejayaan Guild pemberantas Iblis itu, enam tahun yang lalu. Dan saat ini mereka diambang kehancuran. Anggota mereka juga, yang bertugas hampir tidak ada yang kembali dengan selamat" Ujar Nao yang mendengarkan perbincangan itu.
"Lagi-lagi enam tahun yang lalu.." Celetus Archie.
"Nao, Kau sendiri ingin bergabung dengan Guild apa?" Arthur menanyakannya pada Nao.
Nao menyeringai dan melihat Ketua Guild Penyidik.
"Guild penyidik"
"Guild penyidik? Kenapa tidak dengan Guild Kesatria dan keprajuritan? Sihirmu itu cukup unik dan hebat loh" Kata Tsuha .
Nao melihat Arthur dan Tsuha.
"Kalian tau... Aku sebenarnya itu hanya iseng ingin masuk disana. Dan kata orang-orang, disana itu menyimpan banyak informasi mengenai Titisan. Aku ingin Menyelidik tentang keberadaan titisan" Jawab Nao sambil menunjukkan jari telunjuknya.
"Berbicara mengenai titisan.... sepertinya... Aku melupakan sesuatu yang penting" Batin Arthur.
...****************...
Arthur melanjutkan menonton pertandingan itu.
Ia melihat tiga varian sihir yang saling dikeluarkan oleh dua peserta itu.
"BAAMMMM!!!"
Suara ledakan dari dua sihir yang saling bertolakan dan ledakan itu membuat dua peserta yang bertarung terpental dengan bersamaan.
"TEEEETTTTT"
Mereka berdua gagal.
Mereka gagal karena dua alasan. Yang pertama, mereka keluar dari garis yang telah dibataskan dan yang kedua, waktu lima menit mereka telah habis.
Tangan Arthur berkeringat dingin.
Dua peserta itu dibawa dengan tandu karena mereka mengalami luka dan cedera akibat ledakan sihir mereka itu.
"Persiapan nomor 11" Suara dari dalam sihir pelindung yang membatasi arena tanding dengan penonton.
Jantung Arthur berdebar dengan kecang dan tangannya benar-benar dingin.
Arthur berdiri dan diberi semangat oleh teman-teman kelasnya serta Nao.
"Kau pasti menang!" Tegas Nao.
Tsuha hanya melihati Arthur.
"Hmmmm.....Fuuuuuhhh...."
Arthur menarik napas panjang kemudian mengeluarkannya perlahan.
"Ayo!!! Aku pasti bisa....."
Arthur menyemangati dirinya sendiri dan melangkah perlahan menuju pintu sihir pelindung itu.
"Arthur, Kau... jangan sampai mengeluarkan seluruh sihirmu karena panik. Tenangkan dirimu"
Archie mengingatkan Arthur karena Arthur belum bisa mengfilter mananya dengan mana Archie yang bercampur.
"Baik"
"Apapun yang terjadi Aku akan melindungimu. Saat bertarung jangan pernah melihat lawanmu sebagai temanmu. Itu hanya akan menghambat jalanmu"
Archie ingin Arthur fokus pada pertandingan ini karena lawannya adalah teman kecil Arthur.
"Archie, Aku ingin sebisa mungkin tak melukai Juna"
Arthur yakin, Ia bisa mengontrol sihirnya agar tak sampai melukai temannya.
"Kalau begitu, Kau tak perlu bertarung. Lupakan saja untuk membantuku" Ujar Archie.
Arthur berhenti tepat didepan pintu dan menunggu untuk dibuka.
"Kau mengatakan apa?"
"Dipertarungan yang sebenarnya, Kau tak akan sempat memikirkan kondisi lawanmu. Sekarang jawab pertanyaanku! Pertarungan apa yang tidak meninggalkan bekas luka sedikitpun?!"
Archie bertanya tegas pada Arthur.
Niat Archie, Ia hanya ingin Arthur sadar apa yang akan terjadi dengan kedepannya bila Arthur terus seperti ini.
"Perang bantal? Kau lucu sekali. Kau berkata sering melihat prajurit yang berlatihkan? Apa di latihan mereka, tak ada satu prajurit pun yang terluka?"
Arthur Diam, Ia selalu mengingatnya dimana tangannya dan kakaknya selalu lecet dan bagian tubuhnya yang membiru setelah berlatih.
"Mereka selalu terluka"
"Kalau begitu, apa bedanya dengan pertandingan ini? Apa Kau akan menyia-nyiakan kesempatanmu? Nggak papa, kalau Kau tak sanggup mending mundur aja. Kita bisa melakukan dengan cara lain yang konsekuensinya tidak sebesar ini"
Konsekuensi yang akan mereka dapatkan bila gagal adalah, Arthur bisa ditangkap oleh pemerintahan Shinrin.
"Akan ku lanjutkan. Aku masih sanggup. Apapun konsekuensinya, Aku akan segera menyelesaikannya dan Kau harus cepat keluar dari tubuhku. Aku tak ingin bersembunyi seperti ini. Ini, membuatku lelah"
Pintu sihir pelindung itu dibuka dari dua sisi.
Arthur dan Juna melangkahkan kaki mereka bersamaan diarena itu.
Mereka berdua berjalan menuju meja juri untuk memberi salam.
Tiga Kapten Guild memperhatikan Arthur (termasuk Baal yang merasa tak asing dengan Arthur).
Jantung Arthur berdebar dengan kencang saat Arthur berdiri disamping Juna dan didepan para Kapten.
"Buka cadarmu. Bersikaplah sopan dihadapan para Kapten" Ucap wasit disana.
Arthur membelalakan matanya sambil melihat wasit itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
hyunka
Susah-susah panik eh malah disuruh lepas
2022-11-03
2
hyunka
Iya! amat sangat penting
2022-11-03
1
hyunka
Hmmm, jadi curiga
2022-11-03
1