"Ar... Archieeeeeee!!!!!!!" Sangking takutnya Arthur, mulutnya tak sengaja berteriak dengan kencang memanggil nama Iblis itu.
BREB!!!!
Mereka berdua langsung bertukar tempat.
"GREB!!!" Archie mencekik Zelvia karena posisi tubuhnya dililit olehnya.
Walau ia berteleport itu akan percuma bila dalam posisi seperti ini.
"Iblis?!" Zelvia terkejut dengan mata biru kelam Arthur yang berubah menjadi merah terang.
Archie mengeluarkan pedang mana merahnya ditangan kanannya dan mengarahkannya tepat dimata kiri siluman itu.
"Lepaskan Arthur atau Akan kubunuh dirimu" Archie mengancamnya karena, bila Arthur mati, Archie juga akan ikut mati.
"Bagaimana dengan pilihan ketiga? Mari... mati bersama" Archie dan Arthur benar benar berhadapan dengan musuh yang gila.
...***...
Siluman itu tak melepaskan tubuh Arthur, yang ada tubuh Arthur semakin merasa terlilit dan Archie yang harus menanggung rasa sakit itu.
"SIALAN !!!!! JLEB!! CRATTTT!!!!"
Seseorang memanah tepat mengenai kepala bagian kiri siluman ular itu.
Wajah Arthur terkena sipratan darah dari siluman didepannya.
BREB
Archie bergegas tukar tempat karena ia merasa ada orang lain didekatnya.
"Bruk" Arthur yang baru berpindah tempat langsung terjatuh bersamaan dengan siluman itu yang masih melilit Arthur.
Arthur melihat anak panah itu.
"Ini.... panah Iblis waktu itu!!" Arthur langsung menoleh kesamping.
Ia melihat sepatu kulit hitam dan jubah maron yang sepanjang lutut itu.
Itu memang sosok Iblis yang memberi Arthur batu mana.
"Kau! Siapa Kau?!" Arthur bertanya padanya.
Iblis itu mengenakan sarung tangan hitam dikedua tangannya dan Ia melepas tudung jubahnya.
Rambut Dia berwarna putih dan Ia tidak memiliki tanduk.
Sosok itu memandang rendah Arthur dengan matanya yang merah menyala dan menarik rambut panjang siluman yang mati itu.
Archie juga melihatnya.
"Apa Dia ayahmu?" Arthur bertanya lewat batin pada Arthur.
"Hah?!" Iblis itu, seolah tau dengan apa yang dibatinkan oleh Arthur
"!!" Arthur sendiri terkejut mendengar kata hah dari mulut Iblis itu.
"Tentu saja tidak!! Ayahku memang Iblis berambut putih tapi, Dia itu bertanduk. Lihat tangan kirinya! Apa ada tanda hitam?!"
Arthur langsung melihat tangan kiri Iblis itu dan Iblis itu memasukkan tangan kirinya disaku jubahnya.
Arthur kembali melihat mata Iblis itu dan Arthur bertanya pada Archie, "mungkin Iblis ini bisa membaca batinku?"
Iblis itu pergi tanpa banyak bicara dan menarik jasad siluman itu kedalam hutan sihir dibelakang ***.
"Tunggu!"
Arthur berdiri dan berlari menuju Iblis itu.
Iblis itu tidak berhenti dan terus berjalan.
Arthur memotong jalan depannya dan menghadangnya.
"Terima kasih! Sudah menolongku!" Arthur membungkuk.
"Dasar Bodoh! Apa yang Kau lakukan Arthur! Cepatlah pergi! Dia begitu mudah membunuh Siluman!" Tegas Archie.
"SSST! DIAMLAH! BUKANKAH KAU MENYURUHKU UNTUK SELALU BERTERIMA KASIH!"
Archie langsung diam karena tak bisa berkutik.
Iblis itu berhenti di tempat.
Arthur merogo sakunya untuk mengambil batu mana yang selalu Ia bawa.
"Apa ini milikmu? Apa maksud dari kata Kau menang?" Arthur mengulurkannya.
"Menyingkirlah" Ucap Iblis itu yang acuh tak acuh dan kembali berjalan.
Arthur terus menghalangi jalannya sampai Iblis itu mulai jengkel.
"Apa Kau tak takut padaku? Aku ini Bangsa Iblis dan bukan sembarang Iblis" Tanyanya.
"Aku memang takut. Tapi, bukankah Kau sudah menolongku" Arthur menunjukkan senyum meringis di wajahnya.
Iblis itu mengangkat alis kanannya.
"Hah? Kau pikir, Aku berniat menolongmu?" Iblis itu bertanya dan menjatuhkan jasad siluman itu dengan keras ketanah.
"Eh? Lalu kenapa Kau membunuhnya bila tak berniat menolongku?" Arthur sedikit takut bertanya mengenai hal itu.
Tapi, karena Arthur sudah jatuh jadi apa boleh buat.
"Menurutmu, Apa bangsa Siluman wajar berada di Shinrin?" Ia balik tanya pada Arthur.
"Ah.... Kau sendirikan....Iblis.... Disini, bukan tempatmu juga...." Lirih Arthur.
"Apa Kau pikir Aku tak tau ada Iblis lain didirimu?" Tanyanya sambil menyeringai.
Arthur mundur beberapa langkah setelah melihat seringaian itu.
Archie juga menyuruh Arthur untuk mundur.
"Apa maksudmu?" Arthur penasaran tapi juga sedikit takut padanya.
Aura Dia terasa lebih pekat dari Archie.
Itu yang dirasakan oleh Arthur.
Pria itu menadahkan tangan kanannya untuk meminta kembali batu mananya itu.
Arthur memberikannya karena Ia merasa itu bukan miliknya.
"Pergilah, Aku membebaskanmu kali ini. Fokuslah pada Event ini. Kita akan segera bertemu lagi" Iblis itu tidak menjawab pertanyaan Arthur dan ia pergi sambil menarik jasad Siluman itu karena Ia mulai merasakan adanya aura lain yang mendekat.
"Tunggu sebentar!" Arthur kembali menghadang jalan Iblis itu.
Iblis itu melirik kebelakang karena aura itu semakin dekat.
"Jawab dulu pertanyaanku. Apa maksud ucapanmu tadi" Arthur mengatakannya dengan perlahan.
Iblis itu masih melihat kearah belakang Arthur.
"Apa untungnya untuk dirimu Kau sendiri tak akan paham walau Kau tau. Wosh!" Iblis itu membuang muka dan langsung menghilang setelah menjawabnya dan membawa pergi jasad itu.
"Alex!!! Hei! Guru Nox memanggilmu!!" Nao datang dan berlari kearah Arthur.
Nao melihat bercak darah di sekitarnya dan wajah Arthur yang terdapat sipratan darah.
"Alex! Apa yang terjadi? Darah apa ini?" Nao melihat kaca mata yang pecah.
"Serigala sihir. Tadi, Aku diserang tapi... Dia berhasil kabur. Aha..ha... ha..." Arthur berbohong pada Nao.
Nao bukanlah sekadar murid ASJ dan Dia tidaklah bodoh.
"Benarkah? Apa Kau tak ada yang terluka? Bajumu berantakan sekali" Ucap Nao sambil mengeluarkan sihir airnya untuk membersihkan darah yang berceceran itu.
"Aku gak papa. Kau lagi ngapain?" Arthur bertanya pada Nao yang membersihkan darah itu.
"Jangan ninggalin jejak" Jawab Nao.
Pada Akhirnya, Arthur tidak bisa mencari catatan Aosora Alex.
Dan secara terpaksa, Archie harus bersabar untuk beberapa waktu.
...***...
Arthur dan Nao kembali ke gedung tiga untuk beristirahat dan Nox sudah menunggu Arthur disana.
Ia mengomel karena Arthur berpisah dengan timnya.
Arthur hanya bisa meminta maaf dan berjanji untuk tidak berjalan sendiri.
Nox memaafkan Arthur dan memberi Arthur makanan seperti yang lain kemudian, Ia pergi karena tidak boleh terlalu lama didekat peserta.
Gedung *** yang terbagi menjadi tiga, memiliki kegunaan masing masing untuk event ini.
Gedung pertama, adalah gedung untuk seleksi selanjutnya dan gedung para panitia berkumpul termasuk petinggi Shinrin.
Kemudian, gedung Kedua adalah Gedung untuk peserta Perempuan sedangkan gedung tiga untuk peserta atau siswa laki laki.
"Sena... Aku tak menyangka Kau bakalan lolos diseleksi awal. Anak dari ASJ bukankah sulit untuk diatur?" Remaja laki-laki berbet *** dan nomor urut 9 mengatakannya dengan lantang.
Dia adalah adik Sena yang masuk di *** dan ia masuk dikelas 2-2.
Mereka adalah saudara kembar selain Tsuha dan Tsuki namun, mereka bukanlah kembar seiras.
"Hei, Berapa anak ASJ Putra yang bisa lolos kesini ?" Ia kembali menanyakan dengan suara lantang.
"25 dari 98!" Jawab seseorang.
Arthur tak bisa melihat si penjawab karena terlalu jauh dari tempat dia makan dan juga, Arthur tak begitu peduli dengan situasi ini.
"25? Bagaimana dengan ASJ Putri?!"
"11 orang"
"PFFFT... 11 ORANG?!.. Bagaimana dengan ***?!"
Toru dan Shoka serta beberapa siswa ASJ yang lain tersingung dengan ucapan kembaran Sena itu.
"164 siswa"
"Kalian dengar! 164 dan jumlah golongan Kalian tidak sampai setengahnya!"
"Ck! Apa Kau bodoh? Untuk seleksi berikutnya dibutuhkan 200 orang dan dari 200 orang itu dibagi menjadi dua. Setelah melewati pembagian itu para peserta hanya akan tersisa 100 dan ini semua memang sudah diatur. Berapa banyak jumlah ASJ dan jumlah *** yang diterima. Sekarang Katakan padaku berapa sih tingkat classmu?"
Nao langsung berdiri disamping Tsuha yang duduk.
Arthur menahan tawa karena ucapan Nao masuk akal dan itu memang yang sudah ada dipikiran Arthur setelah mentotalkan jumlah keseluruhannya.
Tsuha menarik seragam Nao agar kembali duduk namun, Nao malah berjalan mendekati kembaran Sena itu.
"Katakan padaku. Apa Rank kelasmu di *** ?" Nao bertanya sekali lagi pada Kembaran Sena.
"2-2" Jawabnya.
"PFFT... 2-2 aja bangga" Nao memberi ekspresi mengejek pada kembaran Sena itu dan membersihkan Bet miliknya yang 2-1.
"Setinggi apapun kelasmu di ASJ, Kau bukanlah tandingan yang sepantar denganku"
Nao menyeringai padanya.
"Benar. Kita memang tak sepantar. Karena, Aku lebih kuat darimu. Mau di test ?" Nao menawarkan dirinya pada adik Sena.
"Pfft..." Tsuha menahan tawa karena ucapan Nao.
Kembaran Sena mengerutkan alisnya.
Ia merasa terhina dengan ucapan Nao.
Tinggi mereka yang sama membuat mata mereka saling bertemu.
"Siapa namamu?" Dia bertanya pada Nao.
"Namaku Nao. No dada 18, dari ASJ Putra kelas 2-1, dan wali kelasku bernama Bhefvelxi. Jangan lupa, absenku nomor 13. Laporkan Aku pada pengawasmu. Kutunggu kau disini. B*ngsat" Jawab Nao dan memberikan seringaian dan menunjukkan jari tengahnya pada kembaran Seba.
"Enza, hentikan. Maafkan Aku. Aku juga ingin dipuji oleh Ayah. Aku pasti bisa melampauimu dan tolong jangan ganggu Nao"
Sena berkata jujur pada adiknya itu.
Arthur fokus pada makannya sambil menonton mereka.
"Cih! Karena Kau yang minta, Aku tidak akan melanjutkan pertengkaran ini" Enza adalah adik Sena dan Ia mengatakan itu tanpa melihat ke Nao.
"Hah? Yang kek gini Kau sebut pertengkaran? Niat ngelawak Kau disini? Yang ngawali malah takut ditantang" Ucap Nao sambil berdiri dengan santai dan melirik Sena.
Nao memancing Enza untuk bersedia melawannya.
"Hei Teman-teman! Disini! Siapa yang setuju Aku berduel dengan tuan *** 2-2 ini?! Dan yang Kalah harus mengundurkan diri dari Event ini!!!" Nao berseru dan bertanya pada teman-temannya.
"LAWAN DIA NAO!!! LAWANN!!! TUNJUKIN KEHEBATAN ASJ JUGAKKK!!!!!!" Seruan siswa yang lain dari ASJ dan beberapa seruan siswa *** yang mendukungnya.
"Gimana Tuan ***? Teman-temanmu banyak yang setuju"
"Nao! hentikan!" Lirih Tsuha yang sudah berdiri dibelakang Nao.
Sebab, Tsuha tak ingin ASJ dipandang buruk oleh masyarakat.
"Arthur. Apa Kau tak ingin ikut dengan bocah itu? Bukankah Kau suka ikut campur?" Tanya Archie.
"Lebih enakan nonton sambil makan" batin Arthur sambil mengunyah rotinya.
"Dasar bocah! Kalau didepan makanan Kau memang malas gerak!"
Arthur mempertemukan kedua telapak tangannya.
"Makanan adalah rejeki. Kalau Aku menyia-nyiakan sekarang Aku belum tentu makan ini besok. Ini enak tau. Dan lagian.... habis ini jam dua. Pengumuman apel akan segera dimulai. Mereka pasti tak akan sempat untuk melanjutkan pertikaian ini" Jawab Arthur yang benar benar santai sambil melihat siswa lain yang berkerumun disekitar Nao dan Enza.
Jam dinding berada dipukul 13.58.
Arthur berdiri dan berjalan untuk membuang sampah.
Disaat yang bersamaan ada peserta lain yang memiliki nomor dadanya yang sama dengannya Ia berbangsa Malaikat non campuran.
DEGH!
Keduanya saling memandang dan Arthur mengenalnya.
"Pangeran......"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
hyunka
Oh no....
2022-11-02
1
hyunka
Saat orang lain debat, Arthur malah nyantuy sambil nonton
2022-11-02
1
hyunka
Nao, aku padamu. Jago banget bikin orang lain skakmat
2022-11-02
1