"Tentu. Apa Kau sudah mempertimbangkan perjanjian denganku ? Kita akan sama sama untungnya. Tujuanku hanya ingin mencari benda yang menyegel tubuhku. Salah satunya adalah Hinoken. Dimana Kau menaruhnya ?"
"CTAAASHHH !!!!" Arthur merasakan sihir yang melesat kearahnya dengan cepat.
Arthur melirik dan menelengkan kepalanya ke Kiri.
"Woshhh !!!!!" Sekilas Arthur melihat anak panah berwarna merah terang melesat tepat di depan matanya.
"BAMMM!!!!! Uwosshhhhh !!!!"
Panah itu meledak setelah menancap dilaci kayu samping Arthur yang duduk.
Ledakan itu membuat seisi ruangan tertutup asap.
...***...
Tsuha dan Tsuki yang mendengar ledakan itu berlari kearah ruang tamu dan meninggalkan aktivitasnya.
"TRANKKKKK!!!!" Arthur melihat kelibatan pedang mana yang berwarna merah disaat yang bersamaan Ia merasakan hawa keberadaan Tsuki dan Tsuha yang mendekat.
"Kalian berdua!!! Jangan kemari!!!" Tegas Arthur agar Ia tidak terganggu untuk menemukan orang yang menyerangnya itu.
Asap itu semakin menebal.
"Arthur dari belakangmu" Archie membantu Arthur untuk merasakan aura orang yang menyerangnya.
"Syuuuttt...." Padang mana orang itu mengarah tepat didepan Arthur.
BREB!!!
"WOSH!! Bruakkkk!!!!!"
Archie mengambil alih tubuh Arthur dan Ia langsung teleport kemudian menendang orang itu.
Sayangnya, Archie salah tendang.
Ia malah menendang laci kayu didekatnya.
"CTAK!!!!" Archie mendengar suara jentikan jari.
BREB!!!!
Archie dipindah paksa oleh sesuatu.
"BZZZZT!!!!" Asap disekitar Arthur berhenti seketika dan Arthur melihat batu berwarna merah gelap yang melayang di hadapannya.
Sosok itu menghentikan waktu di sekitarnya.
Tubuh Arthur tak bisa bergerak.
Ia melihat sosok bermata merah menggunakan jubah maronnya berdiri dihadapannya.
Arthur dengan jelas melihat wajah Iblis itu.
Dia berambut putih tanpa tanduk.
"Jauhi bet 2-1. Wosh!!"
Sosok itu langsung menghilang begitu saja.
Disaat yang bersamaan waktu telah kembali normal dan batu yang melayang itu... "TUAAAKKKKK!!!" Menghantam dengan keras tepat dikepala Arthur.
Arthur kehilangan keseimbangannya.
"BRUKK!!!"
Ia jatuh pingsan akibat hantaman batu kecil itu.
"Alex!!!" Tsuki dan Tsuha melihat Arthur yang terjatuh.
Kepala Arthur berdarah dan seisi ruang tamu Nox berantakan.
Tsuha mengambil batu yang menghantam kepala Arthur dan mengelinding di kakinya.
Itu adalah batu mana dan ada tulisan seperti pesan di dalamnya.
Tsuha tak bisa membaca tulisan itu.
Itu adalah tulisan kuno.
Tsuha memasukkan kedalam kantung sakunya untuk mengamankannya.
"Tsuki. Panggil Guru Nox. Aku akan menyembuhkannya" Tsuha menarik lengan Tsuki yang akan membopong Arthur.
"Ah! Baik! Aku juga akan membawakan obat untuknya! Drap! drap!" Tsuki berlari dengan kencang untuk memanggil Nox.
Tsuha berjongkok disamping Arthur yang pingsan.
"Keluarlah. Siapa musuhnya tadi?" Tsuha bertanya pada Archie.
Ia tau Arthur pingsan tapi tidak dengan Iblis yang ada didalam dirinya.
"Hah? Dia bicara dengan siapa?"
Archie tak berani untuk keluar.
"Aku tau kalau Dia adalah Aosora Arthur"
"BLINK"
Archie langsung membuka matanya yang merah setelah mendengar ucapan Tsuha.
Tsuha takut tapi, ini untuk kebaikkan semuanya.
"Siapa Kau ?" Archie balik tanya pada Tsuha.
"Tsuha" Jawab Tsuha tanpa berekspresi.
"Apa urusanmu?" Archie duduk dan menyembuhkan luka Arthur.
"Aku hanya ingin tau siapa musuh yang Kalian lawan barusan" Jawab Tsuha.
"Aku tidak tau. Aku tidak melihat wajahnya lagi pula, musuhnya Arthur bukanlah musuhku. Hawa Iblis tadi tidak ku kenal"
Archie tidak melihat wajah Iblis tadi dan Ia hanya mengingat auranya.
"Berarti batu itu bukan untuk Iblis ini. Aku akan memberikannya saat Dia sadar"
"Oh, Kalau begitu... kembalilah. Kau tidak dibutuhkan" Ucap Tsuha sambil berdiri dan mulai membersihkan ruangan itu.
"Apa?! Kau pikir.... Aku apaan?"
"Kau hanya Iblis tanpa tubuh" Tsuha menjawabnya dengan blak blakan.
"Cih! Kau benar benar bocah kurang ajar!" cetus Archie.
"Daripada Kau yang tak bisa melindungi tubuh itu" Ejek Tsuha
Archie tak ingin melanjutkan debat dengan bocah macam Tsuha.
Ia berdiri dan membantu membersihkan kerusakan itu.
Archie memegang panah kayu yang tadinya melesat kearah Arthur.
Anak panah itu bersih dari mana. Artinya, panah itu adalah panah buatan sendiri tanpa ada campur tangan sihir.
"Hebat juga. Arthur bisa menghindari anak panah dari kayu ini. Aku sendiri, tidak sadar...." Batin Archie yang membolak balik anak panah itu.
"Bocah. apa nama margamu ?" Archie penasaran dengan Nama Tsuha.
"Estelle"
Tsuha menjawabnya sambil menyeret meja pendek dan kecil disana.
"Estelle? Kau... keluarga Elf?" Archie melontarkan pertanyaan yang tak pernah keluar dari mulut orang lain.
"Apa maksudmu? Lucu sekali. Jelas-jelas Aku bangsa manusia. Apa mata dan telingaku menunjukkan kalau Aku seorang elf? Lagi pula bangsa elf itu sudah habis terbantai oleh Iblis seperti dirimu kan?"
Tsuha berdiri dengan tegak dan memegang kedua pingangnya yang ramping.
Menurut sejarah yang ada, De luce Arnold adalah Iblis yang membunuh setiap elf yang ada. Oleh karena itu, Bangsa Elf sudah tak pernah terlihat lagi sampai saat ini terutama Elf hijau yang masih memiliki hubungan darah dengan Titisan Elf.
"Jaga ucapanmu. Aku berbeda dari mereka!" Archie menegaskan hal itu karena ia tak ingin dipanggil Iblis yang sama dengan ayahnya.
"Buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya. Begitu pula sifatmu, tak akan jauh dari ayahmu. Bukankah orang-orang selalu menilai seseorang dari bibit dan bonotnya?" Tsuha bertanya sambil menahan tawa.
Tsuha memainkan alisnya dan itu sedikit membuat Archie merasa kesal padanya.
"Aku berbeda dari Ayahku. Dia adalah Iblis yang menjunjung rasa kekuasaan akan suatu hal yang abstrak. Kau hanyalah bocah dan Kau tak akan memahaminya"
Tsuha langsung berhenti dan melihat ke Archie.
"Ya! Aku memang seorang bocah. Bocah yang berusia 17 tahun. Kau sendiri, tak akan paham kenapa Ayahmu melakukan itu. Berfikirlah. Siapa yang membuat keluarga Aosora mendapatkan kutukan menyeramkan itu. Kau pikir, berapa banyak orang yang menangung imbasnya karena ayahmu?"
"Ayahmu telah bangkit enam tahun yang lalu. Apa Kau sadar? Ah, tentu saja tak akan sadar! Seburuk-buruknya orang tuamu. Dia masih menyayangi anaknya. Dan anak macam apa Kau itu? Membunuh Ayahnya hanya demi sebuah kebebasan yang bersifat tidak mutlak? Dasar bodoh! Kau itu sama seperti sebuah lelucon yang lebih parah dari Aosora Arthur!"
Tsuha mendapatkan informasi itu dari catatan Raja Aosora Alex yang pernah Ia baca bersama Nox dan Ia memiliki pandangan lain setelah membacanya.
"Kau adalah orang lain. Kau tak akan paham kenapa Aku melakukan hal itu. Dia membunuh banyak elf. Termasuk Kerajaan Greenarea yang harusnya menjadi Kerajaan untuk para elf dan Alex. Aku mendapatkan perlakuan buruk darinya. Aku kehilangan tunanganku karenanya. Kami yang akan menikah sebulan lagi harus terpisah karena keegoisannya. Ayahku membenciku dan Dia takut padaku karena Aku terlahir sebagai Iblis berambut putih tanpa tanduk. Kau pikir apa ada seorang Ayah yang akan membunuh Putra pertamanya yang baru lahir karena ciri itu?!" Jelas tegas Archie.
"Curhat?" Tanya Tsuha sambil menulis seperti apa yang dikatakan oleh Archie.
Tsuha membuat Archie jengkel karena ia penasaran akan kebenaran catatan Raja Aosora Alex.
"GREP!!!Sialan!!! Kenapa KAU..." Archie menarik kera belakang seragam Tsuha.
Tsuha tetap melanjutkan menulisnya sampai titik.
"Maaf karena membuatmu jengkel. Kau tau, Aku sangat membenci bangsa Kalian. Orang tuaku mati ditangan ayahmu, enam tahun yang lalu. Harapanku, Setidaknya Lihatlah Ayahmu sebagai orang tuamu. Bukan sebagai musuhmu. Semua orang tua, pasti memiliki sebuah alasan melakuan itu. Tapi, tetap saja. Walau Aku mengatakan hal ini, Aku tidak bisa memaafkan bangsamu termasuk dirimu yang merupakan keturunannya" Tsuha mengeluarkan isi hatinya yang Ia pendam selama ini.
Ia tak ingin seseorang mengalami hal yang sama dengannya. Ia hanya berharap semua anak, menyayangi orang tuannya selagi masih ada di dunia ini.
Ucapan Tsuha membuat Archie terdiam ditempat.
Ia melepaskan kera Tsuha.
"Aku sadar kalau Kau tak ada hubungannya dengan ayahmu. Harusnya, Aku tak membencimu karena Kau bangsa Iblis dan Putranya. Kuharap, Kau bisa mengerti bila diposisiku"
Tentu saja, Archie tak akan tau bila tak pernah diposisi Tsuha.
"Katakan padaku, Apa tujuan Ayah membunuh semua orang?"
Tsuha bertanya sambil melihat mata merah Archie.
Archie membuang pandangannya karena Ia merasa sangat bersalah pada Tsuha.
"Dia terobsesi dengan gurunya. Gurunya itu aku lupa namanya tapi dia adalah pemilik Hinoken dan pemilik cincin yang digunakan oleh.... BREB !!!" Lagi-lagi.... Archie terpindahkan secara paksa oleh sesuatu.
"BRUKKK!!!" Ia tak bisa mengendalikan keseimbangan tubuhnya dan langsung terjatuh menimpa Tsuha.
"Apa?! Kenapa bisa seperti ini?"
"Jangan..... ikut.... campur...." Archie mendengar suara lemah dan itu terdengar jauh sekali.
"Arthur?...." Archie memanggil Arthur.
Tsuha panik karena tiba tiba tubuh Arthur yang berdiri langsung menimpanya.
...****************...
Bonus untuk ilustrasi karakter ,
Maaf ya... kalo gambar Author gak sebagus gambar Artist² yang lain
Nama : Aosora Arthur
Usia : 16 tahun
Tanggal lahir : 09 Januari
Tinggi : 171 cm
Kesukaan : Cokelat dan aneka permen
ketidaksukaan : -
Hobi : Membaca dan sihir.
..
...
Nama : Estelle Tsuha
Usia : 17 tahun
Tanggal lahir : 29 Februari
Tinggi : 173 cm.
Kesukaan : Makanan pedas
ketidaksukaan : Berada disekitar Arthur dan Nao
Hobi : ?
Untuk ilustrasi yang lain akan menyusul.
Terus semangat membaca ;^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Sapi Terbang/Capricorn goreng
buset, gambarannya author bagus banget..
2024-08-04
1