Tsuha mendatangi Arthur atas suruhan Nox.
Ia melihat Arthur yang duduk dikursi panjang itu sambil menunduk dan menutup wajahnya.
Arthur mendengar langkah kaki yang mendekat.
Ia kembali mengangkat kepalanya dan melihat Tsuha.
"Maafkan Aku. Apa Aku terlihat aneh?"
Arthur bertanya pada Tsuha yang berdiri didepannya.
"Kau seperti orang bodoh" Jawab Tsuha.
Arthur menundukkan pandangannya.
"Maafkan Aku"
Arthur hanya meminta maaf pada Tsuha.
"Jangan membuatku jengkel. Berhentilah meminta maaf pada orang asing dan cepatlah kembali kekelas. Guru Nox khawatir padamu"
Tsuha menyuruh Arthur untuk cepat kembali kekelas.
"Tentu. Aku akan menenangkan diri dulu"
Tsuha duduk disebelah Arthur.
"Jangan terlalu memaksakan dirimu. Itu tidak baik. Aku berterima kasih padamu karena telah menyelamatkan Tsuki. Dia bercerita padaku kalau Kalian bertemu dihutan dan katanya Kau bisa memakai sihirmu disana"
Tsuha menuruti ucapan Nox. Walau berat, Ia berusaha tetap bersikap baik kepada Arthur.
"Apa yang lain tau mengenai hal itu?"
Arthur khawatir bila Tsuki menceritakan itu pada anak kelas.
"Dia bercerita padaku saja"
"Ah.... Syukurlah" Arthur bersyukur karena Tsuki tak bercerita pada yang lain.
"Namamu Alex kan?" Tsuha bertanya pada Arthur untuk memastikan.
"Iya"
Tsuha langsung berdiri dan menatap dingin mata Arthur yang sebiru laut dalam.
Melihat tatapan itu, Arthur membatin Kalau Tsuha memiliki penyakit kepribadian ganda.
"Jangan dekati adikku. Aku tak ingin Dia terlibat masalahmu. Kembalilah ke kelas lima menit lagi"
Tsuha mengatakannya dengan nada yang terdengar tidak enak di telinga Arthur.
Arthur menundukkan pandangannya.
"Tentu"
Arthur menjawabnya tanpa melihat Tsuha yang kembali kekelas.
Arthur berfikir apa masa sekolah selalu seperti ini ?
Ini tak sebagus seperti dibuku buku yang selalu Ia baca.
Namun, Tsuha bersikap begitu pasti ada sebabnya. Tak mungkin, seseorang akan marah bila tak ada sebabnya.
Archie marah pada Arthur dan Ia lebih memilih untuk Diam sementara waktu. Begitupun dengan Arthur.
Arthur kembali kekelas tak lama setelah Tsuha kembali.
"Guru, Maafkan Saya...." Arthur meminta maaf atas ketidaksopanannya tadi.
Nox tidak mempermalahkannya dan teman kelas Arthur memakluminya juga.
Arthur mulai membantu sesuai arahan Nox.
Ia mengajari Tsuki dan Mike untuk membuat pedang mana.
"Ini terlalu sulit !" Tegas Mike dan Tsuki bersamaan.
Arthur mencoba menjelaskan kembali tanpa mengeluarkan mananya.
"Bayangin saja kalau aliran mana itu seperti air. Bayangin itu air sambil menuntup mata Kalian"
Arthur mulai menjelaskan dan menutup matanya.
Tsuki dan Mike ikutan menutup mata mereka.
"Jangan buka mata. Rasakan aliran mana itu seperti air dingin yang mengalir dalam tubuh kalian. Coba alirkan menuju telapak tangan kalian yang terasa hangat"
Arthur membuka matanya melihat dua temannya itu yang memejamkan matanya.
Mike dan Tsuki mulai hanyut dalam ucapan Arthur dan mereka berdua memang merasakan sensasi yang aneh pada kedua lengannya yang mereka anggap sebagai rasa dingin.
"Lalu telapak tangan Kalian adalah sebuah wadah berbentu senjata berbentuk pedang yang siap untuk mencetak. Penuhi wadah itu dengan air yang mengalir dari lengan kalian."
Cahaya ungu muda keluar dari telapak tangan Tsuki dan cahaya putih tulang keluar dari tangan Mike dan itu terlihat mulai membentuk sebuah pedang.
Teman kelas mereka melihatnya dan langsung berteriak.
"HEH !!!! TSUKI DAN MIKE BISA !!!"
Teriakan itu menghancurkan kefokusan mereka berdua.
Keduanya langsung membuka mata.
"BWOSHHHZZZZZ......" Cahaya yang hampir membentuk pedang itu melenyap bersamaan didepan mata mereka.
Arthur merasa senang karena Ia bisa membantu temannya.
"WOHHHH!!!! AKU BISA !!! TSUHA !!! KAU MELIHATNYA ?!!!!" Tsuki saking senangnya, Ia bersorak pada Tsuha membelalakan matanya karena sempat melihat bentuk pedang mana Tsuki yang berwarna ungu pudar.
Tsuha mengangguk tidak percaya, sebab Tsuki memiliki kelainan dalam mengontrol dan mengeluarkan mananya. Hal ini sering terjadi pada anak yang terlahir kembar.
Mike memukul punggung Arthur dengan keras sangking senangnya.
"KHOOKH khuk!" Arthur terbatuk karena pukulan keras Mike.
"Ajari Aku lagi yak!"
Mike merasa cocok dengan ajaran Arthur.
Sayangnya, saat Arthur menjelaskan dengan cara yang sama mereka tidak bisa melakukannya karena kurang fokus hingga merek harus berhenti karena mananya terkuras banyak.
"Aku tidak akan menyerah! Besok dan besok lagi dan seterusnya Aku akan bisa membuat pedang mana dan bisa bertarung dengan Tsuha"
Tsuki mengatakannya dengan ngos ngosan dan tiduran dilantai dingin ruang pelatihan.
Mike sedikit sedikit mulai bisa mengeluarkannya walau harus mengulangnya beberapa kali setelah mana itu melenyap kerena partikelnya masih kurang padat atau bisa disebut masih terlalu lemah.
Jam pembelajaran dengan cepat berlalu mereka telah melewatkan istirahat kedua.
Pukul 14.30 seluruh siswa telah kembali ke asrama dan rumah mereka masing-masing termasuk Tsuha, Tsuki, dan Arthur yang tinggal dirumah Nox.
Tsuki langsung ke dapur untuk beres beres sedangkan Tsuha membaca buku pelajarannya.
Arthur, duduk tak jauh dari tempat Tsuha dengan sangat hati-hati.
Ia takut dengan Tsuha.
"Archie.... Apa Tsuha membenciku?"
"Mana kutau"
Sesekali, Ia melirik kearah Tsuha yang sangat fokus pada buku perlajaranannya.
Hingga, tak sengaja mata mereka berdua bertemu.
"Ada apa?" Nada bicara Tsuha terlalu datar untuk dikatakan tidak marah dan tidka benci pada Arthur.
"Ehehehe" Arthur meringis cangung.
"Buku.... Apa yang Kau baca? Apa Kita ada Pr untuk besok" tanya Arthur dengan pelan dan hati hati.
Tsuha, masuk kedalam list orang yang menakutkan bagi Arthur.
"Mata pelajaran sejarah Arden. ASJ, tidak pernah memberi tugas" Jawab Tsuha.
Arthur mengaruk kulit kepalanya yang tidak gatal.
"Apa ada yang Kau bingungkan tentang pelajaran tadi? Kalau ada yang sulit, mungkin Aku bisa bantu. Kalau Aku tak bisa, mari bertanya bersama-sama ke guru Nox" Ucap Arthur.
"Ya"
Jawaban Tsuha, sangat terdengar tidak enak ditelinga Arthur.
"Dia marah padaku karena Aku memakai bajunya atau membenciku karena Aku berteman dengan Tsuki?"
"Hei, Menurutmu berapa jumlah titisan yang benar? Lima atau Tujuh?"
Tsuha bertanya pada Arthur mengenai penjabaran Nao siang ini.
Mendengar itu, Arthur langsung melihat ke Tsuha.
"Tsuha tidak marah" Hati Arthur sangat lega.
"Kita ikuti saja sejarah yang bersifat umum. Lagipula, pendidikan kita baru akademi dan belum jejang lebih atas lagi. Pendapat setiap sejarawan memang berbeda. Kalau Aku sih, lebih condong yang ke jawaban yang Lima itu dari pada tujuh. Dilihat dari manapun, Bangsa di Negri Arden hanya ada Lima bangsa. Lalu, Dua titisan lagi dari bangsa mana?" Rinci dan tanya balas Arthur.
Tsuha menutup bukunya.
"Nao adalah satu-satunya murid tercedas di ASJ. Dia mendapatkan tiga beasiswa sekaligus dan Ia juga mendapatkan jaminan masuk di Guild Kesatria dan Keprajuritan Shinrin. Jabaran Nao mengenai Titisan, bisa dibenarkan dengan adanya penyelidikan. Kau paham maksudku kan?"
Arthur langsung mengeleng karena tidak paham maksud Tsuha.
"Hah......" Tsuha menghela nafas yang panjang.
"Dasar bodoh! Lalu, selama 16 tahun ini Kau ngapain saja Arthur?!" Archie lupa akan marahnya pada Arthur.
Arthur menghela napas dan duduk dilantai ruang tamu sendirian.
"Terserah dan pergilah. Jangan menganggu Aku sedang belajar"
Ia mengusir Arthur seperti mengusir nyamuk dan kembali membaca setiap materi di buku pembelajarannya itu.
Arthur segera berdiri dan pergi ketempat Tsuki.
"Ck, Aku benar-benar tidak paham dengan mereka" Liroh Arthur.
Archie menghela napas.
"Bukan Kau yang tak paham dengan mereka. Merekanya yang gak paham maksudmu. Kau itu, nolep Arthur. Apa saja yang sudah kau lakukan selama ini? Bisa-bisanya, Kau membingungkan segala hal dan selalu bertanya padaku untuk mencari semua jawabanmu. Aku ini, Buka goog*£ mu!"
Arthur duduk dikursi dekat dengan jendela dapur dan Ia menghela napas lebih panjang dari Archie dan Tsuha.
"Aku 16 tahun ini hanya mempelajari sihir, membaca buku, Bertarung dengan Kak Ram, ikut Ibu ditaman bunganya, mengikuti Ayah dimalam hari untuk mendengar cerita, melihat prajurit bertarung dari kejauhan dan terkadang dikejar pelayan serta prajurit kerajaan"
"Kau itu, kurang kerjaan kah?" Archie bertanya pada Arthur.
"Bukannya kurang kerjaan. Mereka saja yang mengejarku karena mengira Aku penyusup"
Ia duduk di kursi makan dan berjarak cukup jauh dari Tsuki dan dekat dengan jendela.
"Ck... Suruh pensi saja prajurit dan pelayan seperti itu"
"Ya... sebenarnya salahku juga sih. Aku keluar pada malam hari saat seluruh pelayan istirahat dan hanya ada beberapa prajurit yang berjaga. Saat itu Aku berusaha keluar dari Istana dan hanya keluar dengan memakai jubah merah maron yang kudapatkan di tempat sampah kamarku" Cerita Arthur.
"Kau memang bodoh sejak dulu"
"Jangan menyebutku bodoh. Aku ini tidaklah bodoh. Mengenai hal yang tadi terjadi Aku minta maaf padamu Blis..."
"Kalau begitu, Panggil Aku Archie. Aku akan memaafkanmu bila Kau berhenti memanggilku Iblis" Jawab Archie.
"Baiklah.... Tapi, berjanjilah tidak akan menghina keluargaku lagi".
"Tentu. Apa Kau sudah mempertimbangkan perjanjian denganku ? Kita akan sama sama untungnya. Tujuanku hanya ingin mencari benda yang menyegel tubuhku. Salah satunya adalah Hinoken. Dimana Kau menaruhnya ?"
"CTAAASHHH !!!!" Arthur merasakan sihir yang melesat kearahnya dengan cepat.
Arthur melirik dan menelengkan kepalanya ke Kiri.
"Woshhh!!!!!" Sekilas Arthur melihat anak panah berwarna merah terang melesat tepat di depan matanya.
"Jelb!" anak panah itu, menancap dilaci kayu.
"BAMMM!!!!! Uwosshhhhh !!!!"
Panah itu meledak setelah menancap dilaci kayu samping Arthur yang duduk.
Ledakan itu membuat seisi ruangan tertutup asap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
hyunka
penyusup kah?
2022-10-22
1