Arthur adalah siswa baru yang menyamar sebagai Alex agar ia bisa sekolah di ASJ.
Arthur adalah seorang Pangeran yang memiliki sebutan...
"Pangeran terkurung itu. Kenapa berada di sini guru?! Bukankah ada Iblis didalam dirinya ? Apa Kau mau menyusahkanku?" Tsuha marah pada Nox diruangan pribadi Nox beberapa menit setelah Istirahat pertama dimulai.
"Tsuha. Pelankan suaramu. Menurut catatan Raja Aosora Alex, De luce Archie berbeda dengan Iblis yang lainnya. Dia membantu dalam pembunuhan De luce Arnold"
Nox berusaha menerangkan hal itu pada Tsuha.
Namun, Tsuha masih berpegangan teguh pada pendiriannya.
Ia akan merasa tenang saat Arthur telah pergi dari jangkauan Tsuki.
"Persetan dengan catatan Raja Aosora. Apa Guru lupa siapa yang membunuh kedua orang tuaku enam tahun yang lalu?"
Tsuha tidak bisa menerima kehadiran Iblis disekitarnya.
Kedua orang tua Tsuha, telah dibunuh oleh De luce Arnold (Ayah Archie)
"Aku tidak ingin Dia berada didekat Nao apalagi adikku, Tsuki"
Nox tidak bisa melakukan itu.
Ia memiliki tangung jawab pada Arthur.
"Aku tidak akan menuruti ucapanmu yang ini Tsuha. Ingatlah kebaikkan Raja Aosora Naver padamu. Siapa yang pernah membuat Pangeran terluka parah?"
Nox terpaksa mengatakan hal itu.
Tsuha terdiam dan membelalakan matanya kemudian, Ia membuang muka.
"Dia pernah melindungimu. Kalau Dia tidak melindungimu, Kau pasti tidak akan bisa berdiri dihadapan ku saat ini"
"Jujur saja, Aku tak berniat mengatakan ini. Sadarlah Tsuha. Tidak ada Pangeran Arthur, Kau pasti sudah mati di usiamu yang ke 11 tahun" Lanjut Nox sangking jengkelnya pada Tsuha.
"Aku sadar. Aku juga tak akan melupakan hutang budiku padanya. Tapi, saat ini berbeda. Apa guru tak bisa membedakan kondisinya sekarang?"
Tsuha menatap tajam Nox.
"Di dalam tubuhnya itu, ada jiwa Iblis Archie. AYAHNYA DIA ADALAH PEMBUNUH ORANG TUAKU! BILA KAU ADA DIPOSISIKU, APA YANG AKAN KAU LAKUKAN? APA KAU AKAN DIAM SAJA?!"
Tsuha sangat marah pada Nox. Ia tak bisa menerima kehadiran Iblis. Entah itu buruk ataupun baik. Bagi Tsuha, Iblis itu sama saja.
"Pat!" Nox menepuk bahu kanan Tsuha.
"Lihatlah Pangeran Aosora saja. Jangan melihat Archie. Ibumu tak akan senang bila Kau bersikap seperti ini pada Pangeran Arthur. Paham Tsuha. Lakukanlah yang terbaik, selagi masih bisa Kau lakukan"
Nox mengacak-acak rambut Tsuha.
"Guru,.... Aku sangat membencimu"
"Ya Aku juga"
Nox memberikan seragam baru dan buku pembelajaran pada Tsuha untuk diserahkan kepada Arthur.
"Bersikap baiklah dengannya. Mulai hari ini Dia akan menjadi teman sekamarmu dan Tsuki. Sebagai Guru mu, Aku memintamu, Ketua kelas 2-3 untuk memberikan seragam dan buku itu pada Alex. Aku harap, Kau bisa menyesuaikan dirimu dan berteman lagi dengannya"
Nox mengatakan itu sambil memukul dada kiri Tsuha dengan mengepalkan tangan kanannya namun, tak keras.
"Aku bukan temannya. Aku tak pantas menerima sebutan itu. Aku akan tutup mata tentang keberadaan Iblisnya. Tapi, Aku tidak akan menjamin keamanannya bila Dia melukai adikku dan Nao"
Nox ingin mengelus dada.
"Nanti, Kau akan setim dengannya untuk pelatihan pedang mana. Kau dan Dia sama sama bisanya kan ? Nanti bantu Aku untuk melatih yang lain"
Tsuha membuang mukanya.
"Iya, Apa Kau akan menganti kemeja baruku ?"
Kemeja ungu muda yang digunakan oleh Arthur adalah kemeja milik Tsuha.
Dan Tsuha, sangat menyayangi kemeja itu.
"Tentu"
"Bagus. Dua kali lipat setelah Kau gajian. Sampai jumpa nanti"
"Hah ?"
Diberi hati, malah minta jantung. Tsuha ngelunjak.
Nox melongo mendengarnya.
Setelah mengatakan hal itu Tsuha langsung kembali ke kelas tapi, dikelas dia tidak menemukan Arthur.
Ia lngsung masuk kedalam kelas untung bertanya pada teman kelasnya.
"Sena! Dimana murid baru itu?"
"Keluar bareng Nao. Mau gabung main Tsuha?"
Teman Tsuha, menawari bermain susun balok kayu.
Tsuha menolak ajakannya dengan meberikan lambaian beberapa kali kemudian, berjalan menuju ke kelas berikutnya.
Pembelajaran keempat telah dimulai.
Nox dan Tsuha telah menunggu yang lain didalam ruangan pelatihan.
Nao yang bukan anak kelas 2-3 mengikuti pembelajaran untuk mengisi jam kosongnya.
Seluruh siswa kelas 2-3 telah berkumpul dengan seragam praktek mereka yang berwarna Biru gelap.
Tsuha menyempatkan waktunya untuk memberikan seragam dan buku itu pada Arthur.
"Cepat gantilah. Kita akan menjadi satu tim bersama Sena dan Nao untuk membantu yang lain mempelajari pedang mana"
"Ah! Baik!"
Arthur pergi kekamar mandi dan memakai seragam barunya itu.
Ia merasa paling keren saat melihat bayangannya dari kaca.
"Dasar bodoh. Kau yang berkaca Aku yang malu. Cepatlah kembali kekelasmu" Celoteh Archie pada Arthur.
"Ck, Kau tidak tau rasa senangnya Aku dasar sialan"
Arthur langsung kembali kekelasnya dan mulai mengikuti Tsuha teman setimnya.
Arthur tidak melihat Nao disana.
"Dimana Nao?" Arthur bertanya pada Tsuha.
"Kembali ke kelasnya. Guru Dia yang menjemputnya"
Dimata Arthur, Nao terlihat seperti siswa teladan tapi, sebenarnya tidak.
"Sebelum memulai pembagian tim. Aku akan menerangkan dulu bagaimana cara menjadikan mana sebagai pedang sihir"
Nox mulai menjelaskan dan para murid diam mendengarkan.
"Pedang mana, dihasilkan dari terkumpulnya mana di satu tempat yang sama atau bisa menyebutnya dengan pusat berkumpulnya mana setelah dialirkan. Kita anggap saja pusatnya adalah telapak tangan. Kalian hanya perlu fokus untuk mengalirkan mana itu pada telapak tangan. Seperti kalian melakukan sihir pengobatan. Kalian hanya perlu menggunakan daya imajinasi kalian untuk membentuknya. Mengalirkan mana, dari inti mana ke telapak tangan kalian itu adalah singkat penjelasannya. Kalian paham?" Tanya Nox.
Dari kepala para muridnya terlihat mengeluarkan asap yang menggebu karena tidak paham.
"Hah....." Nox menghela napas panjang.
"Baiklah ! Kita mulai dengan pembagian tim buat 3 regu dalam hitungan 10 detik. Untuk Tsuha, Alex, dan Sena tidak dihitung dalam tim itu. Satu..."
Nox mulai menghitung.
"Eh ! Guru ! Sepuluh detik itu terlalu cepat!" Tegas beberapa murid bersamaan.
"Lima..." Nox memotong hitungan.
"Eh! mana 2 sampai 4 nya?! Cepat-cepat!!! Bagi jadi enam-enam entar ada yang cuma lima orang!!!" Mike langsung membagi mereka dengan acak.
".....Sembilan...."
"Toru! Toru! Aku kurang satu orang baru empat nih ! Timmu lebih satu!" Mike meminta Toru untuk setim dengannya bersama Tsuki.
"Okeh!!! Pas!!" Sorak Toru sambil berlari kearah regu Mike dan Tsuki.
Dihitungan ke sepuluh mereka telah berbaris rapi.
"Tsuha, Sena, Kalian bantu regu satu dan dua, untuk Alex, bantu Guru di kelompok Tsuki"
"Baik!" jawab Mereka bertiga.
Tsuha dan Sena mulai melaksanakan tugasnya.
"Alex, Pedang manamu merah. Pedang mana merah adalah tanda sebagai mana Bangsa Iblis. Apa Kau bisa berbicara dengannya agar menghilangkan keberadaan sihirnya ?" Tanya Lirih Nox.
Archie mendengar apa yang ditanya oleh Nox.
"Aku akan melakukannya asal Kau mau menjalin perjanjian denganku ini akan sama sama menguntungkan dan tidak Kau tidak akan rugi"
Archie Ingin melakukan perjanjian yang sama sama menguntungkan untuknya dan Arthur.
"Dia akan melakukannya asal saya bersedia melakukan perjanjian yang sama untungnya dan Saya tidak akan menangung rugi"
Arthur menyalurkan ucapan Archie.
"Perjanjian seperti Apa ?" Nox bertanya pada Arthur.
"Perjanjian untuk bertukar tempat disaat Aku butuh" Jawab Archie.
"Hah ?! Aku tidak mau melakukannya!" Tegas Lirih Arthur.
"Apa Katanya ?"
"Dia meminta perjanjian bertukar tempat"
"Aku ingin mencari benda yang menyegel tubuhku. Kau tak ingin selalu ku repotkan kan ?" Lanjut tanya Archie.
Arthur meneruskan ucapan Archie.
"Ini sudah terlalu jauh. Semua keputusan ada padamu. Hari ini bantu Aku tanpa mengeluarkan pedang mana itu" Ucap Nox yang tidak bisa menjawabnya karena itu adalah urusan Arthur.
"Kenapa?~ Apa Kau masih belum mempercayaiku, Aosora Arthur?"
Arthur mendengar nada bicara Archie yang bernada.
Itu terdengar menjengkelkan.
"Tentu saja! Ibuku berkata Kalau Kau pernah membunuh Raja Shinrin terdahulu. Walau Ayah menyangkalnya, Aku lebih mempercayai Ibuku. Karena Ibuku tak pernah membohongiku"
"Darimana asal Ibumu? Apa dari Shinrin? Kalau itu benar. Aku tak akan kaget mendengarnya. Aku membenci orang Shinrin karena memiliki sifat seperti itu. Sama dengan Ibumu. Tidak ada yang percaya baik dengan ucapan Alex ataupun dengan ucapanku. Lagipula, Aku tak menyangka kalau Alex memiliki menantu seperti Dia"
"DASAR SIALAN !!! DIAM KAU! JANGAN....."
Tanpa sadar Arthur berteriak dihadapan teman sekelasnya.
Mereka terkejut dan melihat Arthur bersamaan termasuk Nox serta Tsuha.
"Ah....." Arthur membelalakan matanya dan langsung keluar dari kelas pelatihan.
"Dia kenapa?"
"Ngak tau. Nakutin njir...."
Seisi kelas langsung riuh.
Nox memberi kode pada Tsuha untuk menjemput Arthur.
"Cih... menyusahkan..." Tsuha langsung berlari keluar kelas.
"Anak anak.... tenanglah, Alex mungkin tak biasa dengan keramaian jadi, maklumi ya..."
Nox meminta untuk siswa lain memaklumi Arthur.
Tsuki setuju dengan ucapan Nox karena Ia yang bertemu duluan dengan Arthur dihutan dan Ia masih mempercayai ucapan Arthur yang katanya berada dihutan itu berbulan bulan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments