"Sialan! Mau kemana Kau?" Tanya Nao yang ikut berdiri.
"Menemui Guru Nox untuk menganti baju baruku yang Dia gunakan"
Tsuha Naik diatas kursinya untuk keluar.
"Eh? Ini bajumu?" Tanya Arthur sambil melihat ke Tsuha dan mengangkat sedikit keranya.
Tsuha hanya melihat Arthur dan ia tidak menjawab pertanyaannya kemudian pergi mengejar Nox.
...***...
Nao membelakangkan poninya yang menutupi matanya.
"Jangan terlalu dipikirkan. Kalau ada orang yang menganggumu disini, Katakan saja padaku. Kelasku di kelas 2-1. Tak perlu ada yang ditakuti. Kau akan aman"
Nao mengatakan seperti itu karena Arthur masih melihat kearah Tsuha berlari.
"Tentu. Tapi Aku sendiri merasa tak enak karena Aku menggunakan baju barunya"
"Santailah. Tsuha pasti memakluminya"
Nao menenangkan Arthur.
"Alex! mau kekantin?" Tsuki menawari Arthur ke kantin .
Arthur tidak memiliki uang.
"Aku akan ke Guru Nox dulu Tsuki. Sampai nanti" Arthur melambaikan tangannya.
"Ah, Baiklah..... Kami duluan. Nao bantu Alex jangan sampai Dia tersesat"
"Baik....oh ya! Titip susu yak... entar ku ganti waktu jam pulang"
Nao mengangkat dua jarinya pada Tsuki.
Tsuki menunjukkan ibu jarinya pada Nao dan berjalan Keluar.
Arthur berdiri dan berjalan keluar di ikuti oleh Nao.
Arthur kurang nyaman saat diikuti oleh Nao.
"Nao, Terima kasih karena Kau mau membantuku. Aku ingin ke Guru sendirian. Aku tidak akan ngomong pada Tsuki" Arthur mengatakannya dengan halus agar Nao tidak salah paham atas ucapannya.
Nao menyilangkan kedua tangannya dibawah dadanya dan Ia sedikit menelengkan kepalanya ke kanan.
"Kenapa? Apa yang Kau khawatirkan? Aku hanya mengantarmu"
"Kau kenapa Arthur?" Archie bertanya pada Arthur karena ia juga merasakan perasaan Arthur yang gusar.
"Aku tak nyaman dengan orang ini"
Archie melihat wajah Nao dari pandangan Arthur.
Ia tak merasakan ada keanehan dari Remaja didepannya itu.
"Bertemanlah dengannya Arthur. Ini mungkin efek karena Kau tak pernah bermain dengan anak seumuranmu"
Arthur mengikuti saran Archie dan walau ia merasa tak nyaman, Ia ingin menyesuaikan diri.
"Tidak, Aku lupa untuk apa ke Guru. Kita kembali ke kelas saja"
Itu hanyalah alasan Arthur.
Sekeliling Arthur mulai memperhatikannya.
Arthur mulai merasakan pusing karena keramaian ini.
Nao melihat Arthur yang terus berkeringat dihawa yang dingin ini dan wajah Arthur juga memucat.
"Kau baik baik saja?" Nao hanya ingin memastikan kondisi Arthur.
"Ah.... Aku baik baik saja" Arthur menjawabnya dan kembali kekelas.
"Mau keliling sekolah?" Nao bertanya pada Arthur untuk menghiburnya.
"Berapa menit Kita istirahat?" Arthur ingin cepat-cepat masuk ke kelas.
"25 menit. Mau mampir ke kelasku? Disana banyak sekali yang bisa sihir hebat. Aku termasuk beruntung bisa masuk dikelas 2-1" Nao mencari topik lain.
"Beruntung?"
"Iya... beruntung. Kedua orang tuaku dulunya adalah seorang petani dan mereka tidak bisa sihir hebat sedikitpun. Lalu, setelah meninggalnya mereka berdua. Aku mulai sekolah disini dan bekerja sebagai keamanan sekolah dijam luar pembelajaran"
Nao bercerita sambil berjalan menuju kelasnya.
Arthur teringat ucapan Tsuki.
"Eh? Bukannya usia dibawah 18 tahun masih belum boleh bekerja?" Tanya Arthur yang mengikuti Nao.
"Aku sudah mendapatkan izin dari Kepala Akademi. Aku tidak ingin memiliki hutang budi pada orang lain. Dan upah yang kudapatkan sudah cukup untuk keseharianku dan membayar biaya asrama akademi. Guru Nox itu orangnya baik, Dia memaksaku untuk tinggal dirumahnya. Tapi, sayangnya Aku ingin menjalani kehidupan yang ku inginkan. Disana ada Tsuha dan Tsuki. Aku tak ingin merepotkan orang itu"
"Apa Aku bisa kerja juga?" Tanya Arthur.
Nao tersenyum.
"Kau pasti tidak akan mendapatkan izin mereka"
"Aku belum bertanya pada mereka. Dan siapa tau Aku akan di izinkan oleh mereka " Ujar Arthur.
"Kau bukan orang dari kalangan mereka. Mereka akan dengan tegas menolak tawaranmu. Adanya, mereka malah yang memberimu uang saku"
Nao mengatakan hal itu tanpa melihat Arthur tapi dibalik itu Ia menyeringai.
Arthur yang mendengarnya terkejut.
Ia paham dengan ucapan Nao dan ditanyakan dipikiran Arthur sekarang adalah 'Dia.. tau siapa Aku?'
"Nah... Kita sampai dikelasku. Ini akan sangat menyenangkan"
Nao memutar tubuhnya dan mengalungkan lengan kanannya pada leher Arthur.
"BRAK!!! Hei Teman teman! Kita kedatangan teman baru!!!"
Nao membuka pintu kelasnya dengan kencang.
Mata semua orang tertuju pada Arthur.
Arthur membeku ditempat karena kelas Nao lebih luas dari kelasnya.
"Bangsa Malaikat? Apa Dia dari Aosora? Atau dari Meganstria? Kau mendapatkannya darimana Nao" Siswa dikelas itu langsung mengerumuni Nao dan Arthur.
"Hahaha.... Dia adalah Kerabat jauh Guru Nox dan Dia baru masuk di kelas 2-3"
"Oh... kelas 2-3... Yok lanjut main kartu lagi"
Mereka yang mengerumuni langsung kembali ke
tempat mereka masing masing.
"Cih!" Archie merasa kesal melihat mereka yang merendahkan Arthur.
Arthur merasa kalau Nao benar-benar hebat. Ia ingin juga memiliki teman yang banyak.
"Keren. Bagaimana caranya Kau bisa dapat teman sebanyak itu?"
"Hm?" Nao melirik Arthur disampingnya.
"Menurutku, Satu teman yang bisa memahami mu lebih baik daripada 1000 teman yang hanya bisa melihat senyumanmu tanpa memahami dirimu. Jadi, Kau hanya butuh satu teman yang bisa memahamimu. Tak perlu berlomba-lomba untuk mencari banyak teman. Kau paham maksudkukan?"
Mendengar ucapan Nao, Arthur mulai belajar sesuatu tentang arti sebuah pertemanan.
"Iya...."
"BUGH!" Nao memukul pungung Arthur dengan keras.
"Ahahaha! Lagian! Mereka yang ada dikelas ini. Selain Aku adalah kumpulan Monyet! HAHAHAHA!" Nao merangkul Arthur dan pergi dari kelasnya.
"Jangan terlalu dimasukkan kedalam hati mengenai kejadian di kelasku. Mereka memang suka memandang rendah anak anak kelas tingkat tiga"
Arthur mendengarkan ucapan Nao.
"Mereka yang berasal dari keluarga cukup mampu dan hanya lebih cepat dalam mempelajari sesuatu hal suka merendahkan orang yang berada dibawahnya. Tapi, mereka tidak atau kalau diantar orang yang dibawahnya ada orang yang lebih kuat dari mereka"
Arthur, merasa tersindir.
"Kau tau dengan Tsuha ?" Tanya Nao pada Arthur sambil melepaskan lengannya yang menghimpit leher Arthur.
"Kembaran Tsuki" Jawab Arthur.
"Iya. Harusnya dia itu sudah berada dikelas 1 tingkat 1 hanya saja, Dia tak ingin meninggalkan adiknya dan lebih memilih kelas itu dan Kau tau, Tsuha itu sangat bodoh karena pernah menghajar teman tingkatnya saat ia dikelas 3-1 karena temannya itu menghina Tsuki yang ada dikelas 3-3 hingga anak itu mengalami cedera parah dan Tsuha hampir dikeluarkan dari sini" cerita Nao.
"Ahahhaha.... untung, Aku tak pernah membuat masalah dengan Tsuha" Nao terkekeh.
"Ahahaha.... Dia menyeramkan...." Arthur tertawa canggung dan Ia akan berhati hati dengan Tsuki serta Tsuha.
"Dia sangat menyayangi adiknya. Karena Tsuki itu satu satunya keluarga Dia yang tersisa sampai sekarang"
Arthur menangguk karena ia setuju dengan ucapan Nao.
"Aku sendiri minggu depan akan dipindahkan dikelas 1-1. Aku menerima tawaran itu karena akan mempermudah tujuanku"
"Mempermudah tujuanmu?"
"Iya, Tujuanku. Aku, Ingin menemui Titisan Elf yang ada dipemerintahan Shinrin. Kau tau.... Dia sangat Ahli dalam hal menyamar dan bersembunyi"
"Titisan Elf? Kau darimana tau Dia ada disana ?"
Arthur bertanya sambil menyamai langkah Nao yang memperlambat.
"Hanya firasat saja. Titisan Elf itu bisa melihat masa depan Negri ini loh... Apa Kau tak ingin menemuinya ?"
Nao bertanya sambil melirik Arthur.
"Tidak. Orang tuaku berkata untuk menjauhi orang yang diyakini sebagai Titisan karena mereka bisa melibatkan ke sesuatu hal yang berbahaya" Arthur menjawab hal itu dengan jujur pada Nao.
Nao duduk dikursi depan ruangan pelatihan.
"Kalau begitu, Apa Kau memiliki tanda dengan bentuk teratai dibagian tubuhmu?" Nao bertanya akan hal itu sambil menunjuk dada kiri Arthur.
DEGH !
Arthur membelalakan matanya sambil mengancing kemeja bagian atasnya.
"Aku tau Kau memilikinya. Karena Aku adalah seorang peramal yang memakai keberuntunganku. Tanda apa itu?" Nao menanyakannya pada Arthur.
Arthur memang memiliki tanda itu sejak ia lahir.
Tanda itu seperti teratai dengan tujuh kelopak yang mekar berwarna ungu dan memiliki akar yang menjalar hampir kelehernya.
Arthur masih berdiri dan ragu menjawabnya.
"Jawablah. Habis ini bel akan berbunyi..." Nao memaksanya.
"Ini... kutukan" Jawab Arthur.
"Kutukan ? Oh.... begitu rupanya..." Nao mengangguk angguk dan tidak penasaran dengan kutukan apa itu.
Nao melihat kekanan dan Tsuki berjalan mendekat.
"Tsuki! Kau lama sekali!!!" Nao berdiri dan mendatangi Tsuki.
"Apa... Dia tidak akan berteman denganku karena kutukanku?"
Arthur duduk dikursi panjang yang tadinya diduduki Nao.
"Memang itu kutukan apa?" Archie bertanya pada Arthur karena ia penasaran.
"Ibuku berkata, Ini adalah kutukan turun temurun keluarga Aosora untuk pewaris Kerajaan. Tapi, Kakakku juga memilikinya dipungung mirip dengan milik Ayah dan milikku berbeda dari mereka mulai bentuk, warna, hingga tempatnya"
"Apa maksudmu kutukan dari De luce Arnold ?"
De luce Arnold adalah Ayah kandung Archie.
"Iya"
"Benar juga. Kutukan itu tidak akan turun dua kali pada generasi yang sama. Apa itu bukan kutukan kiriman ?"
Kutukan kiriman adalah sihir hitam yang berbahaya untuk pengirimnya dan orang yang dituju. Sebab, bila sihir itu gagal, sihir itu akan berimbas pada pengirimnya sendiri atau akan berimbas pada orang lain yang tidak tau apa apa.
"Bentuk kutukan yang ada ditubuhku berbeda. Banyak penyembuh yang telah dipanggil dan mereka mengatakan hal yang sama kalau kutukan ini tidak membahayakanku serta kutukan ini bukan kutukan biasa. Walaupun mereka berkata kutukan ini tak membahayakan bagiku. Ini sering membuatku sakit saat berada ditempat yang ramai. Rasanya seperti Aku kehausan tapi Aku tidak haus untuk minum"
"Menyeramkan. Apa maksudmu haus akan darah orang lain ?"
"Sialan!!! Gak gitu juga Blis!!!!"
Arthur mengeluarkan ekspresi kesal dari wajahnya dan Ekspresi itu dilihat oleh Nao serta Tsuki.
"Ssshhhh...." Hawa dingin menempel dipipi Arthur yang membuatnya langsung tersadar dari lamunannya.
Ia melihat Nao yang mengulurkan susu kemasan pada Arthur.
"Untukku?" Arthur bertanya pada Nao.
"Iya minumlah. Kau kurus sekali" Nao mengatakannya sambil melempar susu kemasan itu.
"Ah! Terima kasih..." Arthur menangkapnya.
Arthur tidak percaya dengan hal yang banyak sekali terjadi padanya beberapa menit yang lalu.
Yang awalnya ia pikir kalau Nao akan meninggalkannya karena tanda kutukan itu, ternyata hanya mendatangi Tsuki untuk mengambil susu pesanannya.
Arthur memegang susu kemasan yang masih dingin itu
"Aku.... Ingin akrab dengan mereka...."
"TEETTTTTT......" Bel masuk berbunyi.
"JAM ISTIRAHAT TELAH USAI, SAATNYA JAM KE EMPAT DIMULAI"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
hyunka
oh Nao, ternyata kamu bijak juga
2022-10-22
1
hyunka
Arthur efek kelamaan gak punya temen, sekalinya ketemu banyak orang langsung nervous
2022-10-22
1