Nox membawa Arthur keluar dari rumahnya dan mereka langsung menuju ke kelas.
"Alex, untuk seragam, Anda akan mendapatkannya besok. Hari ini cobalah akrab dengan yang lain dan tolong dengarkan beberapa materi dari Saya. Walau pun Anda sudah mempelari sampai jauh. Jangan terlalu menunjukkan sisi Anda seperti seorang Pangeran"
Nox masih saja berbicara Formal pada Arthur.
"Anu.... Tuan, Anda jangan berbicara dengan formal pada Saya. Lihat Saya seperti Anda melihat murid Anda yang lainnya"
Arthur mengatakan itu pada Nox karena Ia tak ingin terlalu kaku pada gurunya.
Nox tersenyum dan memegang bahu Arthur.
"Kalau begitu, Panggillah Saya Guru. Saya tidak akan berbahasa formal bila Anda memanggil Saya Guru" Pinta Nox.
"Baik Guru"
Arthur senang bisa memanggilnya Guru.
"Baiklah. Nanti, Kau akan sekelas dengan Tsuki dan Kakaknya dan mereka juga akan menjadi teman sekamarmu di rumah. Akrablah dengan mereka berdua terutama pada Kakaknya. Dan ingatlah, bersikaplah sama seperti murid yang lainnya. Bila ada yang mukulmu pukul balik!"
Nox memberikan dukungan pada Arthur.
"Ahahaha..... Baik..."
...***...
Mereka berdua sampai didepan kelas 2-3.
Kelas itu terdengar sangat sepi karena mereka semua tau akan ada murid pindahan karena mulut Tsuki yang ember. (**^**)
Jantung Arthur berdebar.
Ia tak sabar melihat teman barunya.
Nox masuk kedalam kelas sambil memegang bahu Arthur.
Arthur baru melangkahkan kakinya dan Ia tiba-tiba menjadi gugup karena menjadi pusat perhatian.
Setika Arthur langsung berjalan kaku karena tak terbiasa menjadi pusat perhatian seperti ini.
"Eh...?" Siswa yang duduk sendirian jauh dibelakang Tsuki dan didekat jendela terkejut melihat Arthur.
"Hari ini Kalian kedatangan siswa baru. Dia adalah kerabat jauhku"
"Eh.... Guru punya kerabat bangsa malaikat? Ngak nyangka Njirrr...." lirih Siswa yang tadi berlari di depan rumah Nox.
Tsuki melihat kearah Siswa yang terkejut itu....
"Tsuha.... Baju barumu.... dipakek...." lirihnya
Arthur melihat wajah mereka berdua yang persis dan tak bisa dibedakan dari kejauhan.
"Kembar? Mereka kembar?" Batin Arthur yang baru pertama kali melihat orang kembar identik.
"Siapa yang kembar?" Archie penasaran.
"Sekarang Perkenalkan dirimu"
Nox mempersilahkan Arthur berbicara.
"Salam kenal! Aku Ao...Ah Alex! Aku akan men.. menjadi murid disini! Semoga... Kita menjadi teman yang Akrab!"
Arthur langsung membungkuk di hadapan mereka semua.
Keringat dingin dan tubuh yang gemetar dirasakan Arthur sangking gugupnya.
Nox tersenyum tipis melihat Arthur.
"Selamat datang Alex! Darimana asal sekolahmu sebelum disini?"
Kembaran Tsuki tiba tiba menyapa dan bertanya dengan lantang kepada Arthur.
"Bocah itu...." Nox mengepalkan tangan kanannya mendengar pertanyaan itu dari kembaran Tsuki.
"Ah, Aku, sebelumya mendapatkan pendidikan secara privat" Arthur menjawabnya dengan jujur dan sangat Antusias.
"Privat? Wohhh!!! Apa keluargamu termasuk kaya?" Tanya mereka yang tiba-tiba menjadi riuh.
"Ehhhhh.... memangnya, orang biasa tak ada yang sekolah privat?"
"PROK! PROK!" Nox menepuk kedua tangannya dua kali untuk mendapatkan perhatian dari siswa-siswanya.
"Kalian semua dengarkan! Alex telah kehilangan keluarganya dan Ia harus tinggal denganku untuk sementara waktu. Jangan bertanya mengenai hal yang tidak perlu" Nox mengatakan hal itu pada murid muridnya karena itu terdengar tidak baik untuk Arthur.
"Oh,... Mirip seperti Insiden 2 minggu yang lalu ya?" Kembaran Tsuki menyidir Nox.
Arthur berdiri dengan tegak dan Ia membelalakan matanya.
"Apa Dia mengenalku?"
Seisi kelas yang ramai langsung terdiam setelah mendengar suara kembaran Tsuki yang cukup lantang.
"Tsuha! Jaga ucapanmu!"
Nox langsung marah pada kembaran Tsuki itu.
"Kau kerlaluan Tsuha! Mana mungkin Dia itu Aosora Arthur!"
Tsuki langsung berdiri dan menunjuk kembarannya itu.
"Ya, Kalau begitu, Dimana rumahnya? Kami juga ingin tau secara pasti dimana rumahnya. Dan jelas-jelas Kita semua tau Kalau Guru Nox adalah anak tunggal dari Kepala Prajurit Aosora ke 2. Apa Guru Nox mempunyai saudara tiri? Apa sulitnya mengatakan dimana rumah Dia secara jelas?" Sahutnya.
"Benar! Guru mah gak bisa diajak seru! Kan kita biar bisa main main kerumahnya!! Benarkan Alex?!" Tanya Toru yang sempat bertemu dengan Alex.
"Rumahku terbakar. Jadi, untuk sekarang kalian tidak bisa mampir" Bual Arthur.
"Eh?"
Semuanya langsung terdiam mendengar bualan Arthur itu.
"Sekarang, Alex. Kau duduklah dimeja kosong sebelah Tsuha, Kembarannya Tsuki"
Arthur langsung mengangguk
Kembaran Tsuki itu langsung berdiri dari duduknya.
"Eh?! Guru! ini tempat Khiri. Kau tidak bisa memindahkannya sesuka hatimu!" Tegas Tsuha yang menolaknya.
"Khiri tidak akan keberatan untuk pindah tempat duduk" Jawab Nox.
"Alex duduk saja denganku! Mike! pindahlah!" Tegas Tsuki sambil mendorong teman semejanya.
"Njir. Ogah! Kau aja yang pindah sana!" Ucap Mike yang tadi berlari ke halaman Rumah Nox karena penasaran dengan murid baru.
"Lah! Enggak mau! Siapa coba yang kuat duduk disamping Tsuha selain Khiri!" Tegas Tsuki.
"Heh Anjir!!! Dia itu Kakakmu!"
Nox benar benar mengelus dadanya.
"Alex duduklah disana. Kita akan memulai pelajaran hari ini"
Arthur berjalan kearah Kembarannya Tsuki.
"Alex, nanti istirahat maen bola bareng Kita!" Beberapa murid yang menyapanya.
Arthur mengangguk dan langsung duduk di bangku yang telah ditunjuk oleh Nox.
"Aku.... punya teman... :D"
Dari dekat Arthur bisa melihat perbedaan mereka.
Tsuha memiliki tai lalat di bawah mata kirinya.
"Hai, Aku Alex. Namamu...." Arthur berusaha menyapanya dan mengulurkan tangannya untuk berjabatan.
"Cih!" Tsuha langsung membuang mukanya dan melihat keluar jendela.
"Dia kenapa?"
Arthur langsung duduk disampingnya dan melihat tangan kanannya yang tak dijabat.
"Pelajaran hari ini mengenai sejarah Arden. Disini ada yang tau apa itu titisan?"
Nox memulai pembelajarannya.
"Orang yang diberkahi Anugrah oleh Sang Cahaya dan ditugaskan untuk mendamaikan pertikaian dinegri ini" Tsuha menjawabnya dengan nada malas tanpa melihat ke Nox.
"Ada tambahan lagi?"
Arthur mengangkat tangan kanannya.
"Silahkan Alex"
Nox mempersilahkan Arthur menambahi jawaban Tsuha.
"Jiwa mereka akan terus hidup dan akan mengulangi kehidupan mereka hingga menyelesaikan tugas-tugas mereka. Dan Mereka (Para Titisan) berjumlah 5 orang untuk mewakili setiap Bangsa yang ada di Negri Arden" Tambahan Arthur.
"Memang diketahui jumlah mereka hanya 5 orang. Dan tujuan mereka hanya satu. Ada yang bisa menjawab?" Nox melihat muridnya yang menunduk untuk menghidari tunjukkan tangan seorang guru.
Tsuha dan Arthur mengangkat tangan bersamaan.
Keduanya seling melihat.
Arthur meringis dan Tsuha membuang mukanya lagi.
"Tsuha..."
"Mendamaikan Negri ini" Jawab Tsuha.
"Alex?"
"Mengalahkan Luciel"
"PFFFT! BUAHAHAHAHHAHA" Mendengar itu, Tsuha dan yang lainnya melihat kearah Arthur bersamaan dan menertawakannya.
"Apa jawabanku lucu?"
"Kalian. Diam lah!"
Seisi kelas diam dan kembali mendengarkan Nox.
"Jawaban yang lebih tepat adalah mendamaikan negri ini. Mungkin, ajaran yang Kau terima dan disini agak berbeda. Jadi, Kita ikuti kurikulum di Shinrin ya"
"Ah.... Baik!" Arthur tidak tau kalau jawabannya berbeda dengan kurikulum disini.
"Ada pertanyaan?"
Salah satu dari mereka mengangkat tangan.
"Guru! Kalau titisan itu terus hidup. Dimana Mereka sekarang? Dan apa mereka hanya akan diam saja melihat Bangsa Iblis membantai Bangsa Manusia seperti Kita?"
Arthur tidak terlalu setuju dengan pertanyaan itu.
"Titisan itu tidak bisa mati sebelum mereka menuntaskan tugas mereka. Mereka tidak diam saja seperti yang Kalian pikirkan. Dan jumlah mereka tidaklah lima orang tapi, ada tujuh orang" Ucap siswa lain yang berdiri didepan pintu kelas dan mendengarkan materi Nox.
Ia berbet lengan 2-1
Siapa lagi kalau bukan Nao.
"Tujuh? Kenapa bisa tujuh?" Tanya Nox pada Nao.
"Ya, karena Bangsa Iblis memiliki dua titisan dalam artian kembar dan satu tambahan titisan yang baru. Titisan itu akan menjadi puncak kehancuran Negri ini"
Nao mengatakan itu sambil masuk kekelas yang bukan kelasnya.
"Cih! Pergilah Nao kenapa Kau kemari? Jangan menganggu pelajaran hari ini!"
Tsuha mengenal siswa itu.
"Guru. Aku dengar ada siswa baru. Aku mau gabung kekelas guru sampai jam ke Empat"
Nao meminta izin pada Nox.
"Kenapa dengan kelasmu?"
"Guru kelasku sedang keluar dan Ia meninggalkan tugas untuk kami. Aku sudah selesai mengerjakannya. Jadi, Aku mau belajar bareng Tsuha dan Anak baru itu"
Nao langsung masuk sebelum Nox mengizinkannya dan Ia langsung menarik kursi yang Ia bawa ke tempat Tsuha serta Arthur.
"Njir.... Dah bawa kursi...." Mike tidak percaya melihat siswa seperti Nao ada di dunia ini.
Nox membuang napas panjang dan kembali melanjutkan pelajarannya.
"Hai. Aku Nao teman kecil Tsuha dan Tsuki. Semoga Kita akrab"
Nao menempelkan pungungnya pada bahu Tsuha yang terhimpit dan menjabat tangan Arthur.
"Alex. Salam kenal" Jawab Arthur yang kembali menjabat tangan Arthur.
Nao mengubah posisi duduknya dan fokus pada pembelajaran Nox.
"Alex.... Apa Kau tidak penasaran siapa titisan terakhir yang ku maksud?" Lirih Nao yang bisa di dengar oleh Arthur dan Tsuha.
Tsuha melirik Nao dan mendengarkannya.
"Siapa?" Arthur ingin tau karena didalam buku sejarah yang Ia baca tak pernah ada yang namanya titisan ke tujuh.
"Tebaklah.... Dia berasal dari tanah Aosora dan Dia kini tak memiliki tubuh asli. Dia Keturunan Bangsa Malaikat, Elf, dan Manusia"
Nao menyuruh Arthur menebaknya.
Arthur mengerutkan keningnya sambil berfikir.
Tsuha melirik dan mengalihkan pandangannya keluar kelas sambil berfikir.
Archie juga ikut berfikir.
"Ah, Aku tidak tau" Arthur mengaruk tengkuknya.
"Tanpa Kalian sadari, Para Titisan sudah kembali mendapatkan tubuh mereka walau ada yang masih tertidur. Saat ini, ada dua Titisan yang sedang menjalankan tugasnya. Mau tau siapa saja?"
Nao kembali bertanya pada Arthur.
"Siapa?" Tanya balik Arthur.
"Titisan Iblis dan Titisan Elf. Kau akan segera bertemu dengan mereka"
"Bacot" Ucap Tsuha yang lelah mendengar ucapan Nao.
"Jangan mempercayai Nao. Dia ini orang yang suka membual dan membuat ramalan yang bersifat kebetulan saja"
Tsuha mengingatkan Arthur untuk tidak mempercayai Nao karena Dia sering sekali menipunya.
Nao mengalunglan lengan kirinya di leher Tsuha dan menjepitnya.
"Oi Tsuha ~ Katakan saja kalau Kau ingin ku ramal juga"
Mereka berdua adalah sahabat karib.
"Gak! Aku gak percaya ramalanmu" Jawab Tsuha yang menempel pada tembok.
"Kalau begitu bagaimana dengan kata kata yang cocok untukmu hari ini?" Tawar Nao.
"Kau ini. Kalau tidak menjadi Peramal kenapa malah ganti jadi penyair?" Lirih Tsuha yang berusaha membuka jepitan siku Nao.
"Kata yang cocok untukmu hari ini adalah...." Nao mendekatkan bibirnya pada telinga Tsuha.
"Lindungi Langit birumu sebelum Raja langit bangun" bisik Nao yang diakhiri dengan seringaian.
Tsuha tak paham maksud Nao
"KRINGGGGGGGGGG" Bel Istirahat berbunyi.
"JAM KETIGA TELAH USAI. SAATNYA ISTIRAHAT"
Tsuha terdiam sejenak mendengarkan ucapan Nox
"Anak anak Istirahatlah. Setelah itu langsung ke ruang pelatihan. Kita akan berlatih mengeluarkan Pedang mana"
Nox pergi setelah mengatakan hal itu.
"YEEEEYYYY" Para siswa senang mendengarnya.
"Plak!!!!"
Karena Tsuha tak paham dengan ucapan Nao ia langsung memukul wajah Nao yang menyeringai dengan buku tulisnya.
"Aduh..."
"Ouch..." Arthur yang merasa sakit mendengar pukulan keras itu.
"Hilangkan kebiasaan menyeringaimu itu. Wajahmu membuatku jijik" Ucap Tsuha sambil berdiri dan meninggalkan mereka berdua.
"Sialan! Mau kemana Kau?" Tanya Nao yang ikut berdiri.
"Menemui Guru Nox untuk menganti baju baruku yang Dia gunakan"
Tsuha Naik diatas kursinya untuk keluar.
"Eh? Ini bajumu?" Tanya Arthur sambil melihat ke Tsuha dan mengangkat sedikit keranya.
Tsuha hanya melihat Arthur dan ia tidak menjawab pertanyaannya kemudian pergi mengejar Nox.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
hyunka
sungguh niat sekali mau pindah kelas dulu
2022-10-14
1