Arthur mulai melihat pagar pembatas di depannya.
Hati Arthur terasa sangat berbunga. Ia sangat tidak menyangka bisa memiliki kesempatan untuk bersekolah disebuah akademi sihir.
Tsuki berjalan didepan Arthur dengan menundukkan pandangannya.
Hati kecil Tsuki, merasa seperti ada yang menganjal.
Ia ingin memastikan rasa yang ganjalnya itu.
Tsuki tiba tiba berhenti ditengah jalan, Ia melirik ke Arthur yang ada dibelakangnya.
"Alex... Apa Kau keberatan bila ku tanya sesuatu?"
Tsuki, menyingkirkan rasa sungkannya pada Arthur untuk menghilangkan rasa kecurigaaannya.
Arthur tidak merasa curiga apapun pada Tsuki. "Tentu. Apa yang ingin Kau tanyakan?"
Senyum riang, terpampang diraut wajah Arthur.
Melihat hal itu, rasa sungkan yang telah dibuang jauh-jauh oleh Tsuki, kini kembali.
"Ah.... Apa... Kau dari.... Aosora?" Tsuki, tak berani menanyakan hal yang sebenarnya yang Ia ingin katakan pada Arthur.
DEGH!
Arthur, langsung membelalakan matanya.
...***...
"Apa.... Kau keturunan Kerajaan?" Tsuki membalik badannya dan memberikan tatapan tegas pada Arthur.
DEGH!
Jantung Arthur berdebar dengan kencang.
"Apa Dia mengenalku? Tidak mungkin! Apa yang harus Aku lakukan?"
"Bilang saja kalau Kau memang dari Aosora dan rumahmu dekat dengan perbatasan hutan Meganstria" Saran Archie.
"Benar juga. Meganstria adalah Kerajaan Malaikat. Tsuki tak akan mencurigai mata biruku ini"
"Aku bukan keturunan kerajaan. Tapi, rumahku dekat dengan perbatasan Meganstria. Kenapa Kau bertanya seperti itu Tsuki?" Arthur membalasnya dengan santai dan Tsuki sama sekali tak mengira kalau Arthur berbohong.
"Ah?! Tidak! Maksudku... bukan begitu! Kau... jauh sekali bila dikatakan seperti bangsa Malaikat. Auramu berwarna ungu terang. Sekilas Aku melihatnya seperti biru dan merah. Tapi, sepertinya Aku salah lihat. Lagian...jumlahnya juga tidak sedikit. Kebanyakan orang biasa tidak memiliki Aura terang dan sebesar itu" Jelas Tsuki yang tidak enak pada Arthur.
"Jauh sekali bila dikatakan bangsa Malaikat? Apa... Aku lebih mirip bangsa Siluman?" Arthur meringis mendengar jawaban Tsuki.
Tsuki menepuk kedua telapak tangannya dan memohon maaf pada Arthur.
"Maafkan Aku! Aku, tak bermaksud mencurigaimu sebagai Pangeran Aosora"
DEGH!
Arthur menelan ludahnya.
Kabar hilangnya Arthur yang baru terjadi kemarin sore, telah sampai di Shinrin dengan cepat.
"Orang-orang sialan. Siapa yang menyebarkan berita secepat ini?" Arthur ingin membanting orang yang menyebarkan berita itu.
Untungnya, Tak ada seorangpun yang mengetahui wajah Arthur di Kerajaan Shinrin.
"Buahahahaha! Kau senam jantung ya Aosora?!" Archie terbahak-bahak mendengar suara jantung Arthur yang berubah-ubah dengan cepat.
Mereka berdua, melanjutkan perjalan mereka ke ASJ.
Setelah perbincangan itu, Tsuki merasa cangung dengan Arthur.
Arthur berusaha membuka topik. Namun, Apa yang biasanya di tanyakan oleh sesama teman.
Apa Kau sudah mandi?
"Yang benar saja. Aku bukan Ibunya. Blis, biasanya saat Kau bertemu dengan temanmu, apa yang Kau tanyakan?"
Archie keheranan dengan pertanyaan Arthur.
"Coba tanyakan, berapa kali Kau melakukan hal itu, Tsuki?"
Mendengar pertanyaan dari Archie, itu bersifat ambigu.
"Hah! Kau sama sesatnya dengan Ayah!"
"Kalau begitu, tanyakan pada Tsuki Apa Dia sudah punya seorang gadis? Ya, seusia kalian harusnya, sudah ada seorang gadis yang menjadi incarankan?" Tiba-tiba, Arthur merasa Archie bisa diandalkan.
"Tsuki, Apa Kau mengincar seorang gadis?" Arthur tak bisa mengatur pola bahasanya.
"Eh?!" Tsuki langsung melihat Arthur dengan wajah terkejut.
"Kenapa tanya begitu?!" Ia gelagapan.
Arthur mengangkat kedua bahunya.
"Ya, seusia Kita harusnya sudah ada seseorang yang menjadi incaran Kitakan?~" Ia meniru gaya bicara Archie.
Tsuki berjalan disamping Arthur dan mengaruk tengkuknya.
"Aku, tak pernah bertemu seorang gadis selain Ibuku dan *Madam Madeleine" Lirih Tsuki.
*Guru UKS ASJ.
Archie dan Arthur, merasa prihatin pada kesucian Tsuki.
"Kau sendiri bagaimana?" Ia membalas pertanyaan Arthur karena rasa penasarannya yang kerap muncul setelah mendengar atau melihat sesuatu.
"Ah, Ya! Em.... gimana ya...... Dulu penah suka. Tapi sekarang sudah tidak..." Jawab Arthur sambil meringis pada Tsuki dan melompati genangan air hujan.
"Maksudmu?" Archie dan Tsuki bertanya bersamaan.
"Ya.... Aku sempet suka pada saudariku dari keluarga Ibuku. Kan! Awalnya Aku gak tau kalau Dia itu saudariku...." Jawab Arthur tanpa malu.
Tsuki meringis mendengar jawaban Arthur.
Mereka kembali cangung setelah beberapa saat.
"Apa ASJ masih jauh?" Arthur masih berusaha mencari topik pembicaraan.
"Hampir sampai. Oh iya, Kau kan dari Aosora ya"
Arthur mengangguk mendengar pertanyaan Tsuki.
"Apa Kau pernah melihat wajah Pangeran Aosora?"
Arthur merasa, Tsuki hanya tertarik cerita mengenai Dirinya.
"Pangeran Aosora Arthur itu, tak pernah keluar dari Istananya. Banyak sekali rakyat Aosora yang tak pernah melihat wajahnya" Jawab Arthur.
"Kasihan ya, Orang tuanya sangat keterlaluan melakukan hal itu"
Arthur, tidak setuju mendengar jawaban Tsuki.
"Menurutku, Raja dan Ratu Aosora melakukan hal itu, pasti karena sebuah alasan tertentu. Kita tidak boleh menilai apa yang dilakukan oleh orang lain hanya dengan sudut pandang kita. Setidaknya, Kita punya pikiran apa yang Kita lakukan bila diposisi mereka" Jelas Arthur.
Tsuki melihat wajah Arthur yang menatap kedepan.
"Lagi pula, Setiap orang tua pasti memiliki caranya sendiri untuk mendidik dan melindungi anak-anaknya agar anaknya menjadi lebih baik dari diri mereka" Lanjut Arthur.
Tsuki, kagum dengan ucapan Arthur.
"Kalau ayah dan ibuku masih ada, Apa mereka akan melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh mereka?" Batin Tsuki yang berusaha menahan rasa sakit pergelangan kakinya yang terkilir.
"Maafkan Aku" Arthur merasa bersalah, karena membohongi Tsuki.
Arthur melirik Tsuki yang murung.
"BRUK!" Arthur memukul pungung Tsuki cukup keras.
"Apa yang sedang Kau pikirkan?!" Arthur masih meringis pada Tsuki dan menyilangkan kedua tangannya didepan dadanya.
Tsuki memegang pungungnya yang sangat sakit karena pukulan Arthur.
"Aku... merasa bersalah padamu karena sempat mengiramu sebagai OGDJ yang dibuang"
"Anj..."
...***...
Disela jalan, Archie merasa penasaran dengan kehidupan Arthur.
"Aosora, Apa benar Kau tak pernah keluar dari Istanamu ?" Tanya Archie.
"Ya, Itu karena tubuhku yang lemah. Aku sering sekali hampir terbunuh saat berada ditaman belakang Istana yang berbatasan dengan hutan sihir" Jawab batin Arthur yang mulai memasuki Lapangan ASJ.
"Alasan tubuh yang lemah itu sangat tidak masuk akal. Nyatanya, Kau sampai sekarang masih bisa bertahan setelah tidur di hutan yang dingin dan dipenuhi oleh sihir asing yang berbahaya. Dan, Kau juga telah menguasai sihir teleport diusia yang muda. Orang tuamu pasti menipumu"
"Aku menyayangi kedua orang tuaku begitupun sebaliknya. Hanya orang tuaku yang tau bagaimana cara mereka merawatku. Dan Kau adalah orang asing yang tak kukenal. Kau berhak berkomentar akan hal itu. Tapi, jangan pernah sekalipun Kau mengatakan orang tuaku membohongiku" Arthur tak terima mendengar orang asing seperti Archie menilai buruk kedua orang tuanya.
Andai Archie telah menerima tubuhnya kembali pasti Ia akan membelalakan matanya mendengar ucapan Arthur.
...***...
"Alex... Kita sudah sampai"
Arthur berdiri dihadapan pagar besi berwarna hijau lumut, mata Arthur berbinar melihat tiga gedung yang berjejer dan banyak pepohonan disana. Serta, tidak lupa dengan murid murid yang masih keluar di jam pembelajaran.
Arthur tak sabar ingin masuk di ASJ itu.
" ini adalah ASJ Putra dan sekolah ini, yang sudah berdiri sejak 21 tahun yang lalu dan ini adalah donasi Raja Aosora Naver. Hebat bukan ?"
Arthur sudah tau akan hal itu dan Ia mengangguk pada pertanyaan Tsuki.
"Aku selalu melihat gambarnya saja. Tak Ku sangka, ASJ lebih hijau dan ramai dari yang selalu kubayangkan"
Arthur mulai mengikuti langkah Tsuki yang memasuki halaman ASJ.
Banyak murid memperhatikan Arthur yang berjalan dibelakang Tsuki.
Arthur meremat lengan kemejanya yang sobek dan dada Arthur, mulai sesak sebab, Ia tak terbiasa berada dikeramaian tanpa Ayahnya.
Pikiran Arthur tak bisa tenang.
"Hoi Tsuki, Siapa yang Kau bawa itu?"
Salah satu dari mereka bertanya dan menghampiri mereka berdua.
Siswa itu berambut hitam dan mata hitam, serta memakai ikat kepala dikeningnya.
Tsuki, mengalungkan lengan kirinya di bahu Arthur.
Arthur membelalakan matanya dan Ia merasa sedikit tenang karena ada Tsuki didekatnya.
"Alex, Dia Toru. Dia sekelas denganku" Tsuki tidak mendengarkan pertayaan Toru.
Toru telah mengulurkan tangannya pada Arthur untuk berjabatan.
"Ah, Salam kenal" Sapa Arthur dengan sedikit menunduk dan menekuk sikunya didepan dadanya.
*Ia mengunakan salam yang diajarkan guru adat Istana Aosora.
"Dasar....."
Archie sudah lelah dengan semua tindakan kecil Arthur.
"Eh.... ?" Mereka berdua terkejut dengan balasan sapaan Arthur yang menyapa layaknya seorang bangsawan.
Toru langsung menurunkan uluran tangannya dan membalas bungkukan pada Arthur.
Arthur berdiri dengan tegak dan langsung melihat ke Tsuki yang terlihat sedikit bingung.
"Kenapa?" Bisik Arthur pada Tsuki.
Arthur tidak memyadari tentang tindakan kecil itu.
"Ah, tidak ada apa apa. Toru, Kami harus ke Guru Nox dulu" Tsuki meninggalkan Toru yang masih membungkuk.
"Ketemu lagi nanti ...."
Toru menepuk bahu kiri Arthur dan mengangguk.
"Orang aneh" Batin Toru.
Arthur sedikit melihatnya kemudian kembali membuntuti Tsuki.
Tsuki menunjukkan beberapa tempat yang mereka lewati dari tiga macam gedung yang berisi tingkatan sihir yang berbeda (tingkat teratas adalah kelas 1- I dan tingkat terendah adalah kelas 3-III), kantin, Lab, toilet, hingga ruangan Pelatihan yang dilengkapi oleh sihir pelapis untuk mengurangi tingkat kerusakan saat terkena sihir.
"Tsuki. Dimana kelasmu ?"
Arthur penasaran dengan kelas Tsuki.
"Ah,... Aku baru saja naik tingkat di kelas 2-3 itu kelas yang kudapatkan setelah berhasil mengatur dasar mana. Disini, waktu baru masuk, akan di masukkan di kelas 3 dan disana Aku akan diajarkan mengenai apa itu mana, jenis mana, cara mengontrol mana, Ilmu dasar sihir penyembuhan dan ilmu umum yang lainnya. Nanti, Kau pasti akan bertemu dengan orang yang sangat menyebalkan disin contohnya, Kakakku. Kakakku itu hebat Dia sudah bisa cara menggunakan sihir penyembuhan sejak Dia masih kecil dan Aku masih tidak bisa melakukan itu sampai sekarang. Mengontrol mana pun, bagiku itu masihlah sulit. Tapi, Aku bersyukur bisa naik kelas dan sekelas dengan Kakakku yang dulunya kelas 3-2"
Tsuki dulunya kelas 3-3.
"Ah, Jadi ASJ ini akademi yang ditentukan kelasnya sesuai kemampuan muridnya. Itu... sangat Keren !!!"
Archie dari tadi hanya mendengar ucapan kagum dari Arthur.
Dan, Ia mulai lelah mendengarkannya.
Archie, sangat ingin keluar dari tubuh Arthur.
Tsuki berhenti di depan pintu ruangan yang terdapat tulisan ruang guru.
"Tunggulah disini. Aku akan memanggil Guru Nox dulu"
Jantung Arthur berdebar.
"Baik!"
Tiba tiba bahasa bicara Arthur menjadi formal dan tangannya mulai terasa dingin karena Ia gugup untuk menemui Guru Nox yang dikatakan Tsuki tadi.
Tsuki baru masuk ke ruang guru dan Arthur akan duduk dikursi sampingan dengan pintu itu.
"BRAKKK!!!!" pintu itu dibuka dengan keras.
Arthur melihat kearah pintu itu, seorang laki laki berambut hitam yang rambutnya diikat di belakang tengkuknya membelalakan matanya melihat Arthur.
Arthur kembali berdiri dan tidak jadi duduk.
"Tsuki! Dimana Kalian bertemu?"
Orang itu, mendatangi Arthur dan melihat ke Tsuki.
"Di hutan sihir. Dia menolongku saat Aku dikejar oleh serigala sihir dan masuk kedalam lubang jebakan" jawab jujur Tsuki.
"Tsuki, Kau selalu saja ceroboh. Sekarang serahkan bunga sihir itu pada orang UKS. Dan langsung kembalilah kekelas"
"Eh... Tapi.... gimana dengan Alex?" Tsuki tidak enak pada Arthur dan Ia takut Arthur salah paham atas ucapan Nox.
"Dia akan bersamaku untuk menemui Kepala Akademi. Kerja bagus Tsuki"
Nox menepuk pelan bahu Tsuki sebagai bentuk apresiasinya.
Arthur melihat Tsuki yang mengembangkan senyumannya.
"Baik Guru! Alex.... jumpa lagi nanti ya..."
Ucap Tsuki sambil berlari menuju UKS.
"Akh...." Arthur mengangkat tangan kanannya untuk meraih Tsuki yang berlari sayangnya, itu sudah telat.
Guru itu mendekat ke Arthur dan memegang bahu Arthur dengan erat.
"Jadi.... Pangeran, Apa yang Anda rencanakan?"
DEGH!
Guru itu memberi senyuman pada Arthur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
ysfff
kalo gua udah gw mutilasi /Speechless//Speechless/
2024-06-05
0
hyunka
Oh no, ternyata ketahuan
2022-10-14
2
hyunka
Tidak Tsuki, dia emang pangerannya kok:')
2022-10-14
2