Remaja yang ditolong oleh Arthur berfikir kalau Arthur adalah orang berkebutuhan khusus yang kabur disini.
Dia agak takut dengan Arthur.
"Ah.... Anu.... terima kasih karena menolongku. Selamat Tinggal!!! Drap! drap!" Remaja itu langsung lari dan meninggalkan Arthur serta sekeranjang bunga sihir.
"Eh ! Tunggu!!!! Drap drap!!!" Arthur mengambil sekeranjang bunga sihir itu sambil lari mengejar remaja yang telah berlari kencang itu.
"Sang cahaya!!!! Lindungi hambamu dari orang itu!!!!! Drap!!!" Dia berlari dengan kencang.
...***...
Arthur mengejar remaja itu.
"Ahahaha.... Sialan!!!! Ini seru sekali!!!" Arthur malah kesenangan mengejar remaja itu dan melompati dahan yang melengkung.
"Kenapa Kau malah girang Aosora?" Tanya Archie yang heran dengan hal itu.
"Aku.... tak pernah berlari sekecang ini dan ini adalah pertama kalinya Aku mengejar orang lain selain Kakakku dan Prajurit istana. Ahaha!!!! Tunggu Aku!!!!" Panggil Arthur.
"Sialan !!!!! Kenapa orang itu mengejarku?! Akh!!! Bunga Sihir nya!!!! Maafkan Aku Guru!!!! Aku akan mengantinya nanti bila selam.... Krak....HUAH!!!!!!BRUKKKK!!!!!!" Remaja itu tak sengaja menginjak jebakan untuk menangkap hewan sihir.
"Eh?! Dia Jatuh!" Arthur melihatnya dan langsung mengurangi kecepatannya.
Arthur mengintip lubang berdiameter 2m itu.
Remaja itu melihat mata biru kelam milik Arthur.
"Hei.... Apa Kau baik-baik saja?!"
"Hiiikkkk!!!! Jangan apa apakan Aku!!!" Pintanya sambil mengulurkan permen kecil berbungkus plastik warna warni pada Arthur.
"Apa itu untukku?" Tanya Arthur pada Remaja itu sambil meraih permen itu.
"Jangan Apa apakan Aku!" Tegasnya di bawah sana.
Tangan Arthur tidak sampai untuk meraihnya.
"Geseran sedikit" Ucap Arthur padanya sambil menaruh sekeranjang bunga sihir itu dirumput.
"Eh?! Apa?! TUNGGU!!!!! BRUKKKK!!!" Arthur turun ke lubang jebakan itu yang memiliki kedalaman 5 meter
"Cih! Kau bodoh sekali Aosora!" Tegas Archie yang tak percaya dengan tindakan bodoh yang dilakukan oleh Arthur.
"Terima kasih untuk permennya" Arthur menerima permen itu dan duduk ditanah yang lembab.
"Kenapa... Kau... Kenapa Kau turun juga?! Bagaimana cara kita untuk selamat dari sini?!!!! Tolong!!!!!" Remaja itu panik.
Arthur membuka permen itu dengan antusias.
"Hah.... cokelat..... Ah.... sudah berapa lama Aku tidak memakan ini... Hmmm..." Arthur menikmati permen itu.
"Rasanya.... ngangenin banget...." Arthur tersenyum sambil memakannya.
"Aosora ! pikirkan caranya keluar dari sini. Bocah itu berisik sekali!" Tegas Archie.
"Tunggwulwah swebwentar...." Arthur benar benar senang menerima hadiah kecil itu.
Tak lama kemudian, permen cokelat itu habis.
Arthur melihat kaki remaja di depannya itu yang membiru.
"Kakimu.... Apa sakit?" Tanya Arthur sambil menyentuhnya.
"Akh!" Dia terkejut karena tangan Arthur sangat dingin.
Kemudian, Ia langsung menutupi Kakinya dengan kedua telapak tangannya.
"Tidak. ini hanya sedikit keseleo. Kita harus keluar dari jebakan ini terlebih dulu"
Arthur berdiri dan melihatnya.
"Aku akan mengeluarkanmu dari sini. Syaratnya, beritahu Aku jalan keluar dari hutan ini" Tawar Arthur.
"Bagaimana cara keluarnya? Tinggi lubang ini 5 meter. Tinggiku 169 dan tinggimu terlihat seperti 170an kalau di jumlah berarti sekitar 339 cm ditambah dengan panjang telapak tanganku sampai disiku kurang lebih 3.8 meter berarti sisa jarak bibir lubang dengan telapak tangan adalah 1.2 Meter. Jarak itu terlalu jauh kita tidak bisa meraihnya"
Arthur mengerutkan alisnya.
"Dia.... mengatakan sesuatu yang membuatku berfikir..." Ucap Archie.
Archie suka memperkirakan sesuatu. Tapi, pemikiran Archie simpel dan tidak sesulit cara pikir Tsuki yang butuh perhitungan.
"Daripada berfikir dengan Matematika. Kenapa tidak teleport saja. Itu lebih simple dan mudah" Cara berfikir Arthur sama dengan Archie.
Archie, bangga kepada Arthur karena Dia tidak sebodoh yang Ia pikirkan.
"Hah?! Teleport disini? Itu tidak mung....tep, Wosh !!!"
Arthur memegang kera baju remaja itu dan langsung berpindah keatas.
"Eh?!" Remaja itu mengangakan mulutnya.
"Masalah telah terselesaikan. Sekarang, beritahu Aku dimana jalan keluarnya?" Tanya Arthur.
"Aosora..... Kau bisa teleport. Kenapa Kau tidak keluar dengan sihir teleportmu itu saja!!!!!"
Rasa bangga Archie, seketika lenyap karena Kebodohan Arthur. LAGI.
"Aku tak bisa. Karena... Aku belum pernah keluar dari istana. Setidaknya, Aku tau tujuanku berteleport" gumam Arthur sambil membungkan mulutnya.
"Kau.... KAU BISA SIHIR TELEPORT?!!!! DI HUTAN INI?! MENGELUARKAN SIHIR?!!! GILAKKKK!!!!! SIAPA KAU SEBENARNYA?!" Remaja itu tiba tiba antusias begitu saja.
"Akh.... Apa itu aneh????" Batin Arthur
"Bukan aneh lagi. Tapi, memang tak ada orang yang bisa menggunakan sihirnya dihutan ini termasuk Aku yang se pangkat Raja. Kau itu terlalu ceroboh Aosora. Hanya demi permen... Cih! Kau benar benar seperti anak kecil!" Tegas Archie.
"Dia memang. AKH!!!! TAK DIRAGUKAN LAGI! DIA BENAR-BENAR LEBIH KONYOL DARI ALEX!!!!!"
"Hmph!!! Apa salahnya?! Aku ingin sebutir makanan yang dilarang untuk ku makan. Larangan itu untuk dilanggar!" Tegas Arthur pada Archie.
Andai Archie bisa mengendalikan Arthur didalam hutan, Ia ingin sekali memukul kepala Arthur.
Remaja di depan Arthur memberi ekspresi heran karena jawaban yang ia dengar tak masuk akal dengan pertanyaan yang Ia berikan.
"Ah?!" Arthur tersadar setelah melihat ekspresi remaja didepannya yang heran.
"Ah maksudku. Aku memiliki kelebihan karena Aku berada di hutan ini cukup lama. Aku terjebak disini sudah berbulan bulan" Arthur membual dan tersenyum untuk meyakinkan remaja didepannya itu.
"Terjebak? berbulan bulan?" Tanya remaja itu sambil melihat tubuh Arthur yang kotor dan kurus.
"Dimana keluargamu?" Tanyanya dengan nada yang halus.
Ia mulai kasihan pada Arthur
"Ah, keluargaku meninggal secara bersamaan dan Aku diusir dari tempat tinggalku. Kemudian, Aku tak sengaja berlari sampai masuk kedalam sini"
"Ya~ Dia ahlinya membual... Sama seperti Alex"
"Ah maafkan Aku karena telah meninggalkanmu tadi. Apa Kau bisa memaafkanku? Namaku, Tsuki dan Kau?" Tanyanya sambil mengulurkan tangannya pada Arthur.
"Ar...."
"Bodoh!!! Kau itu buronan!!! Jangan nyebutin namamu!!!" Tegas Archie dengan mempercepat ucapannya.
"Ar.... Alex!" Nama itu tersebut begitu saja dari mulut Arthur.
"Kau.... menggunakan nama Kakek buyutmu?" Tanya Archie.
Arthur tak sengaja menggunakan nama itu.
"Cih! Apa salahnya?"
Wajah Arthur memerah karena hal itu.
"Alex, Aku sangat berterima kasih padamu. Kau telah membantuku dua kali. Kalau Kau keluar dari hutan ini, Kau mau kemana?" Tanyanya.
"Entahlah. mungkin Aku akan mencari pekerjaan dulu" Jawab Arthur.
"Berapa usiamu?" Tanya Tsuki sambil mengambil keranjang penuh bunga sihir itu.
"16 tahun"
"Kita seumuran. Di Shinrin tidak akan ada yang berani memperkerjakan seorang remaja berusia 16 tahun. minimal, mereka harus berusia 17 kecuali mereka yang berbakat dan telah mendapatkan izin dari guild-guild di Shinrin agar bisa diperkerjakan" Jelas Tsuki.
Arthur tidak tau akan ketentuan hal tersebut.
"Kalau mau, Aku akan meminta izin pada guruku agar Kau dapat sekolah di Akademi tempatku (ASJ) dan kakakku menempuh ilmu serta tempat tinggal disana. Disana banyak sekali orang seperti kita. Aku akan memintanya pada Guruku. Dia orang yang baik walau punya tampang yang cukup menakutkan" Tawar Tsuki.
ASJ adalah singkatan dari Akademi Sihir Jelata
"Kau bodoh kalau tidak menerimanya!" Tegas Archie.
"Apa itu tidak merepotkanmu?" Tanya Arthur sekali lagi untuk meyakinkannya.
"Aku akan meminta izinnya dulu. Entah diterima atau tidak itu keputusannya nanti. Yang penting sekarang! Kita harus meminta izin dulu. Benarkan?" Tanya Tsuki sambil memberikan senyuman pada Arthur.
"Baiklah. Mohon bantuannya" Ucap Arthur.
"Eh?! Tapi.... Bagaimana dengan mataku?" Tanya Arthur yang sempat melihat warna matanya menjadi merah.
"Kenapa dengan matamu? Apa Kau penderita buta warna?" Tanya Tsuki.
"Dari pada menyebutnya buta warna, Aosora Arthur itu buta arah" Sela Archie.
"Tidak bukan begitu! Apa mataku tak ada yang aneh?" tanya Arthur.
"Matamu tidak apa apa. Warnanya biru. Kau keturunan Bangsa Malaikat kan?" Tanya Tsuki sambil menaruh tangan kanannya di dagunya dan mulai berjalan.
Tsuki merasakan sakit pada kakinya yang keseleo
"Matamu masih warna biru Aosora. Matamu akan merah hanya saat energiku meluap. Jadi bersantailah" Jelas Archie.
"Oh.... begitu rupanya. Ngomong-ngomong.... bunga itu banyak sekali mau digunakan untuk apa?" Tanya Arthur sambil mengikuti Tsuki dari belakang.
"Ah, bunga sihir ini? Ini untuk persediaan obat UKS ASJ yang hampir habis. Aku ditugaskan untuk mencarinya. Yaaa, ini juga sebagai hukumanku karena membolos kemarin" Jawab Tsuki yang fokus pada jalan.
"Lain kali, Mencarinya jangan sendirian. Kita tidak akan tau ada bahaya yang selalu mengincar" lirih Arthur.
Arthur mulai melihat pagar pembatas di depannya.
Hati Arthur terasa sangat berbunga. Ia sangat tidak menyangka bisa memiliki kesempatan untuk bersekolah disebuah akademi sihir.
Tsuki berjalan didepan Arthur dengan menundukkan pandangannya.
Hati kecil Tsuki, merasa seperti ada yang menganjal.
Ia ingin memastikan rasa yang ganjalnya itu.
Tsuki tiba tiba berhenti ditengah jalan, Ia melirik ke Arthur yang ada dibelakangnya.
"Alex... Apa Kau keberatan bila ku tanya sesuatu?"
Tsuki, menyingkirkan rasa sungkannya pada Arthur untuk menghilangkan rasa kecurigaaannya.
Arthur tidak merasa curiga apapun pada Tsuki. "Tentu. Apa yang ingin Kau tanyakan?"
Senyum riang, terpampang diraut wajah Arthur.
Melihat hal itu, rasa sungkan yang telah dibuang jauh-jauh oleh Tsuki, kini kembali.
"Ah.... Apa... Kau dari.... Aosora?" Tsuki, tak berani menanyakan hal yang sebenarnya yang Ia ingin katakan pada Arthur.
DEGH!
Arthur, langsung membelalakan matanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
hyunka
untung kata awalnya bukan R
2022-10-14
1
hyunka
hmm hmmm pake nama kakek buyutnya ya
2022-10-14
2