17.LARA

......

Sepulang sekolah Rain menyempatkan diri untuk melihat Bella yang kabarnya sudah pulih. Rain hanya bisa mengawasi dari jauh ketika melihat Bella yang sudah di izinkan pulang. Ia tetap mengawasi Bella dan berharap dapat melihat senyum Bella sedikit saja meskipun dari kejauhan. Namun hasilnya nihil, entah apa yang ada di fikiran gadis itu.

Ia melihat ayah Bella yang menuntun putrinya memasuki rumah, ia tersenyum miris, ia tak bisa se bebas dulu memeluk Bella, melihat semburat merah di pipi Bella, melihat tingkah menggemaskan nya. Yang bisa ia lihat saat ini hanyalah tatapan terluka dari Bella. Meskipun begitu ia senang bisa melihat Bella dalam keadaan baik baik saja.

Rain mengendarai mobilnya meninggalkan perkarangan rumah Bella.

🌼🌼🌼

Bella sudah bisa pulang hari ini, ia merasa biasa saja, tak ada kebahagiaan yang terpancar di matanya. Dokter juga mengatakan bahwa Bella harus rutin melakukan cognitive behavior therapy, yakni terapi yang bertujuan untuk membantu pengidap melepaskan pikiran dan perasaan negatif serta mengganti nya dengan perasaan positif.

Ia melihat ayah dan ibu tirinya yang menjemput nya. Meski terasa asing, Pelan pelan ia sudah bisa menerima kehadiran mereka.

Bella menginjak kan kaki di rumah yang biasa ia tempati seorang diri, Mungkin mulai hari ini rumah akan terasa lebih ramai dari sebelumnya.

Ia melihat seorang anak kecil yang kira kira berumur dua tahun berlari ke arah Tante Nita.

"Sayang, kenalin dia adik kamu, namanya ziu Anggara Gultom". Senyum Nita kepada Bella.

Bella hanya menampakkan senyum tipisnya. Rasanya lelah untuk berbasa basi. Ziu melihat ke arah Bella yang terlihat asing di matanya, Ia pun menyembunyikan dirinya di belakang Nita, Hal itu membuat Nita tersenyum gemas.

"Bella ke kamar dulu ya ayah, Tante". Pamit Bella yang di angguki oleh mereka.

Bella berdiri di balkon kamarnya dengan perasaan yang bercampur aduk. Di satu sisi ia merasa sedikit terhibur melihat keadaan rumahnya yang tidak terlalu sepi seperti biasanya, namun di sisi lain hatinyalah yang menjadi sepi. Ia mengingat lagi perkataan Rain yang mengatakan bahwa ia terpaksa menjalin hubungan Dengan Bella.

Kalau di fikir fikir memanglah benar jika dari dulu Bella tak pernah lelah mengejar Rain. Namun ia tak pernah ingin jika Rain menerima kehadiran nya dengan paksaan apalagi sebuah taruhan. Rasanya berbeda, ia merasa seperti di olok olok, ia merasa seperti di permainkan.

"Lalu apa artinya ucapan ucapan Rain yang mengatakan bahwa ia tak kan meninggal kan ku? Lelucon nya bagus sekali". Tawa Bella miris

"Apa ia juga menertawai kebodohan ku ketika aku mengatakan bahwa dia adalah alasan ku bertahan di Dunia ini?"

Bella menangis memeluk lututnya. Hatinya mencelos mengingat kejadian kejadian yang menghancurkan batin nya.

Aku membenci mu Rain!! Aku benar benar membenci mu!! Tangis Bella pilu.

🌼🌼🌼

Pagi ini Bella sudah bisa bersekolah seperti biasanya, ia sudah terlalu banyak ketinggalan mata pelajaran. Tak terasa 2 Minggu lagi ia akan mengikuti Ujian Nasional.

Jika orang lain mengatakan bahwa masa SMA adalah masa masa paling indah, maka berbeda dengan Bella yang merasa masa SMA adalah masa terburuk nya.

Jika biasanya Bella sarapan seorang diri, maka saat ini ia sarapan bersama keluarga nya. Terlihat ziu yang menatap aneh ke arah bella.

Bella menunduk kan kepalanya menatap ziu. "Ada apa hm?" Senyum bella.

"Cantik". Ujar ziu yang membuat Bella sedikit terkekeh, hal itu juga membuat Gultom dan Nita tersenyum senang, akhirnya Bella kembali tersenyum. Hari ini tidak begitu buruk batin Bella.

Dengan perban yang masih melekat di kepalanya, Bella berjalan di koridor sekolah. Ia berpapasan dengan Rain dan kawan kawan, Tak ada satupun yang membuka suara.

Bella terus berjalan dengan tatapan kosong. Ia bertingkah seolah tak pernah mengenal mereka.

Sementara Rain menegang melihat Bella, setelah sekian lama ia melihat Bella kembali. Ada rasa bahagia namun rasa sedih lebih mendominasi ketika melihat Bella yang sama sekali tak menganggap bahwa dirinya ada.

"Bel".. lirih Rain

Tak di sangka dan tak di duga Bella berhenti dan menghadap ke arah Rain.

'Lo manggil gue?" Tanya Bella datar.

Rain mengangguk kan kepalanya serta tersenyum. Jika dulu senyuman rain merupakan kebahagiaan untuk bella, maka berbeda dengan saat ini, senyum itu tak berarti apa apa.

"Apa kabar?" Tanya Rain tersenyum. Ia tak biasa dengan sikap Bella yang dingin seperti ini, ia ingin melihat Bella nya ceria, Bella nya yang selalu menempel di lengan nya dan Bella nya yang lucu.

"Lo manggil gue cuma mau nanya kabar gue? Buang buang waktu gue Lo!" Marah Bella.

Darren dan yang lain nya heran dengan sikap Bella yang begitu dingin.

Sementara Rain berusaha tersenyum untuk menutupi lukanya.

"Iya gue pengen tau keadaan Lo bel". Sedih Rain

"Buruk". Ucap Bella penuh penekanan, rasanya sesak melihat Rain yang seperti itu. Bukan nya seharusnya Rain senang karena terbebas dari Bella? Mengapa ia pura pura terluka. Batin Bella sakit

Rain hanya bisa melihat punggung Bella yang menjauh.

Bel, gak ada hukuman terberat dalam hidup gue selain melihat tatapan kebencian di mata Lo mengarah ke gue.

Serakah gak sih gue ketika berharap lo kembali ke gue di saat gue udah menorehkan luka di hati lo?

Serakah gak sih gue ketika berharap bahwa hati Lo masih buat gue? Batin rain sesak

Darren dan yang lain nya menepuk bahu Rain. "Gue yakin kalo Bella pasti masih sayang sama Lo Rain, cuma saat ini api kemarahan sedang membakar habis cintanya. Lo hanya perlu membuktikan kalo Lo benar benar tulus sama dia". Ucap Darren.

Rain hanya tersenyum masam, semua ini kebodohan gue. Ucap nya miris.

Jam pelajaran ke dua selesai, para murid di berikan istirahat 30 menit.

"Bel, ayok ke kantin, Lo harus banyak makan biar cepet sembuh". Nasehat Shireen.

Jika di fikir fikir, Bella masih punya Shireen yang sangat setia menjadi sahabat nya.

Bella menatap Shireen dengan pandangan yang tak terbaca.

'Lo kenapa bel?"

Bella memeluk Shireen sambil menagis pilu.

"Kenapa tuhan gak biarin gue mati aja ren, gua di dunia ini bener bener ngerasa sendiri. Semua orang terlihat asing, gue ngerasa gak ada satupun orang yang bener bener tulus sama gue, Gue terlalu takut untuk mempercayai sesuatu. Gue takut ren hiks.. gue harus gimana ren, gue harus hiks gimana?" Tangis Bella di pelukan Shireen.

Shireen meneteskan air mata melihat Bella nya yang galak, yang ceria berubah menjadi sosok gadis yang rapuh. "Lo masih punya gue bel, Lo harus bertahan setidaknya demi gue".

"Lo inget dulu gue cuma orang yang di bully karena ayah gue seorang koruptor? Tapi Lo Dateng sebagai pelindung gue. Lo bakal nyakitin gue kalo Lo nyerah sama keadaan bel". Sedih Shireen

Bella mengusap air matanya dan tersenyum ke arah Shireen. "Makasih karena Lo tetep ada di masa masa tersulit gue". Senyum Bella

"Ck, udah nangis nangisnya. Gue laper tauk!" Kesal Shireen menyembunyikan air matanya.

Bella tersenyum melihat sahabatnya.

"Ayo ke kantin". Ajak Bella.

Bella dan Shireen makan dengan tenang, Namun tiba tiba tiba muncul lah Darren, Gio, Bara dan laskar duduk di meja yang sama. Bella yang terlihat kesal di tenangkan oleh Shireen.

"Bel, gue belom cerita ya sama Lo kalo gue sama laskar udah jadian?" Bella menatap bingung ke arah Shireen, namun ia memilih tak bertanya lebih lanjut.

Tak lama kemudian Rain datang, ia ragu untuk duduk di meja yang sama dengan Bella. Benar saja, ketika Rain duduk Bella langsung berdiri dan ingin pergi. Hal itu membuat Rain kembali berdiri dan berujar

"Bel, Lo duduk aja biar gue yang pindah". Ucap Rain yang langsung memisahkan diri dan duduk sendiri di sebrang meja Bella.

Menyakiti Rain rasanya seperti melukai dirinya sendiri. Namun ia menepis perasaan tersebut, jika Rain sanggup melukai hatinya, mengapa tidak dengan Bella?

Bella kembali ke kelasnya dengan perasaan yang bercampur aduk. Tanpa sadar seseorang menabrak nya dari belakang.

Hal itu membuat bella terjatuh, ia mendongak ke atas untuk melihat siapa pelakunya, ternyata Naina yang melakukan nya. ia melihat ke arah naina yang merasa tak bersalah sama sekali.

Bella rasanya terlalu malas berdebat.

"Gimana Bel rasanya di campak kan?" Tanya Naina tertawa sinis

"Berani Lo ya sama gue!! Bella mencengkram rahang Naina dan sedikit mendorong nya, namun Naina jatuh tersungkur.

Bella terkejut melihat Naina yang menangis, padahal dorongan nya tak terlalu kuat. namun semua pertanyaan nya terjawab ketika melihat Rain di belakang nya.

"Licik". Batin bella.

Bella tak perduli jika Rain akan salah faham, ia memilih pergi dari tempat tersebut.

Namun sebuah genggaman pada tangannya membuat Bella menghentikan langkahnya.

"Kamu gak papa kan?" Tanya Rain yang membuat Bella mengerinyit bingung.

"Gak usah sok peduli lo! Ngapain Lo peduli sama cewek childish yang gak bisa kayak Naina?" Senyum Bella sinis.

"Lo harusnya tolongin Naina kebanggaan Lo yang udah gue siksa barusan". Ucap Bella meninggal kan Rain yang tertunduk sedih.

Rain teringat saat dimana Rain membandingkan Bella dengan Naina.

Rain pergi ke kelasnya tanpa memperdulikan Naina yang terjatuh. Hal itu membuat Naina kesal.

🌼🌼🌼

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!