Baikkan

Semalaman memikirkan siapa yang menyuntikkan sesuatu ke Rara ternyata membuat mereka lelah hingga terlelap di kamar anak mereka, Rara.

Pagi hari ketika asisten rumah tangga dan satpam datang, Rida langsung menginterogasi mereka di ruang tamu.

"Pak Dadang dan Bi Iyem saya tunggu di ruang tamu, segera." meninggalkan Bi Iyem dan Pak Dadang tanda tanya, mengapa mereka dipanggil? Daripada mendapat ceramah yang jarang didapat namun menyakitkan jika diberi, mereka menuruti permintaan nyonya rumah tempat mereka bekerja itu.

Sampai di ruang tamu Rida langsung mempersilakan mereka untuk duduk.

"Silakan duduk Bi, Pak," ujarnya agar keadaan tidak terlalu kaku, mereka langsung duduk sesuai intruksi dari sang nyonya.

"Kemarin ada seorang penyusup masuk kerumah, dan menyuntikkan sesuatu ke Rara. Kenapa bisa ada penyusup? Sedangkan kalian tau sendiri sistem keamanan rumah di perketat setelah Rara lahir," tanya Rida berusaha setenang mungkin, agar emosinya tidak meledak.

"Kemarin saya izin pulang, Nya. Karena anak sakit. Sebelum pulang saya sudah memastikan kalau hanya orang yang Nyonya dan Tuan izinkan yang mengetahui password gerbang dan pintu rumah utama," jelas Pak Dadang, jika malam Bi Iyem pulang karena anaknya dititipkan ke tetangganya, jadi ia tidak perlu menjelaskan apapun.

"Aneh, saya yakin password tidak sembarang orang tau bahkan bisa dihitung pakai jari siapa saja yang mengetahui password rumah ini," heran. Tentu saja, rumahnya memiliki sandi jika ingin masuk, berjaga-jaga jika Pak Dadang sedang ada keperluan dan izin.

"Nyonya sudah bertanya ke Tuan siapa saja yang tau password-nya?" tanya Bi Iyem.

"Belum, nanti akan saya tanyakan,"

"Maaf mengganggu waktu Bi Iyem dan Pak Dadang, saya mau ke kamar dulu." seraya pergi meninggalkan ruang tamu.

... ***...

Sampai depan pintu Rida langsung masuk, tidak sabar untuk bertanya kepada suaminya. Melihat sang suami terlelap tidak membuat keingintahuannya pudar.

"Mas, bangun," ucapnya dengan lembut, mereka sudah berjanji semalam untuk tidak membahas masalah ini lebih lama. Dengan syarat Bara tidak akan mengulanginya kembali.

Bara menguap dan menggeliat ketika suara lembut istrinya menyapa indra pendengarannya.

"Ada apa, Dek?" tanyanya ketika melihat sang istri memperhatikannya.

"Aku mau nanya sama Mas," ujar Rida

"Tanya aja, biasanya juga langsung nanya kan?"

"Mas pernah ngasih password rumah ke orang lain?" tanya Rida sembari memperhatikan suaminya. Membatu, itu yang dilakukan Bara. Jujur itu membuat Rida aneh dengan Bara.

"Ng ... gak kok Dek. Ke siapa coba mas kasih password rumah kita?" Jawaban yang meragukan, tapi karena waktu pemotretan sebentar lagi jadi Rida memutuskan untuk berhenti menanyakan hal itu ke Bara. Ya, Rida adalah seorang model dan tentu saja ibu yang baik.

"Ya sudah, aku mau berangkat pemotretan dulu," pamitnya sambil mencium tangan sang suami.

"Hati-hati bawa mobilnya Dek," teriaknya karena Rida sudah keluar kamar.

Setelah kepergian istrinya Bara langsung mengambil handphone nya dan mengetik kan pesan untuk seseorang,

ke kolega bisnis 1:

"Ayo ketemu, aku tunggu di tempat biasa." Sudah terkirim pesannya, Bara segera bergegas untuk membersihkan diri dan bersiap untuk menemui sang penerima pesan.

Selesai mandi ia langsung membuka notifikasi pesan dari handphonenya,

dari kolega bisnis 1:

"Baik, usahakan tidak telat. kamu tau aku nggak suka menunggu." menutup handphone dan segera bersiap untuk pergi sesudah melihat balasan pesannya.

Sampai lantai bawah ia langsung bergegas ke dapur untuk memberitahu kepergiannya kepada Bi Iyem, agar Rida tidak perlu mencarinya ketika tak melihat dirinya.

Berjalan menuju bagasi dan mengendarai mobil avando miliknya, dengan kecepatan lebih dari biasanya. Ia tidak ingin membuat penerima pesan tersebut kesal.

...***...

Sampai di kafe tempat biasa mereka bertemu, Bara langsung masuk dan berjalan menuju tempat biasa mereka berdua duduk jika ke kafe itu.

"Sayang," sapa wanita yang ia kirim pesan tadi.

"Baiklah Nadia, aku sedang tidak ingin berbasa-basi. Apa kamu yang tadi malam masuk ke dalam rumahku?" tanyanya dengan datar, suasana kian berubah canggung. Bara tidak pernah mengeluarkan nada datar tersebut sebelumnya jika sedang bersama Nadia. Ya, Nadia lah penerima pesan darinya.

"Niatnya aku mau sapa-sapa an dengan Rida, sudah kupencet bel dan menelpon ke handphone miliknya. Namun, tidak ada sahutan sama sekali jadi aku langsung masuk saja," jawab Nadia dengan sedikit menunduk.

"Apa kamu juga yang menyuntikkan sesuatu ke Rara?" Bara berharap itu bukan Nadia, tapi apa boleh buat. Nadia menganggukkan kepalanya.

Brakk ....

Gebrakan meja tentu saja membuat Nadia terkejut.

"Kamu tau tidak kalau Rara itu masih kecil!?" bentak Bara dengan mencengkram pinggiran meja, hingga membuat buku-buku jarinya memutih.

"Sabar dulu Bara, aku belum menjelaskan alasan aku menyuntik Rara. Dengar dulu penjelasanku, malu juga dilihatin orang-orang," ujarnya menenangkan membuat bara duduk kembali.

"Jelaskan alasan kamu sekarang!" desak bara sambil memaksa.

"Baik, tapi tolong jangan naikkan intonasi suaramu, kamu tau aku paling tidak suka intonasi tinggi dan membentak." Bara mengangguk sebagai jawaban.

"Setelah masuk ke dalam rumahmu, aku langsung mendengar kalian sedang bertengkar dari arah dapur, aku langsung bergegas ke dapur rumahmu. Tapi, yang aku lihat terlebih dahulu justru Rara dengan badan gemetar, aku yakin dia mendengarkan pertengkaran kalian. Jadi aku langsung bergegas menuju meja berlaci yang ada suntikan dan obat bius padahal aku hanya sedikit menyuntikkan obatnya, mungkin karena Rara masih kecil jadi itu berpengaruh besar untuknya. Bodoh sekali kalian bertengkar di depan anak kecil," jelas Nadia yang diakhiri dengan lirikan tajam kepada Bara.

"Rara melihat kami bertengkar? mana mungkin, aku sendiri yang menidurkan Rara," elak Bara.

"Sangking asiknya dengan pertengkaran kalian hingga kalian sendiri tidak sadar jika anak kalian memperhatikan dari pintu dapur. Jadi aku memutuskan untuk membiusnya, aku juga terpaksa. Aku yakin dia tidak akan terlalu ingat pertengkaran kalian kemarin, karena dia masih terlalu kecil untuk menyaksikan pertengkaran kedua orang tua nya," lanjut Nadia.

"Sayang sekali kamu kepada Rara, sayangku. kalau begitu terimakasih," puji Bara sembari berjalan ke tempat duduk Nadia dan memeluknya. Mereka berpelukan agak lama, sampai Nadia menyudahi pelukan itu.

"Aku lapar, Mas. Ayo kita makan dahulu," rengeknya setelah melepaskan pelukan mereka.

"Ya sudah, ayo pesan." Segeralah Nadia mengambil buku pesanan dan memilih makanan dan minuman untuk dirinya dan juga Bara kekasihnya. Suami dari sahabatnya.

"Mbak!" teriak Nadia memanggil seorang pelayan.

"Ada yang bisa saya bantu, Mbak?" tanya pelayan itu dengan ramah.

"Saya pesan ini semua ya," katanya seraya menujukan menu pilihannya. "semua dijadikan dua porsi."

"Bara, Nadia!?" teriak seseorang yang membuat Nadia tersedak makanan miliknya.

...$$$...

Who is that? sampai membuat Nadia tersedak seperti itu.

saksikan kelanjutan ceritanya nanti yaa 💞

hope you like my story 📝

see you in the next chapter 🎉

Terpopuler

Comments

🅰🅽🅰 Ig: meqou.te

🅰🅽🅰 Ig: meqou.te

suami istri sibuk dgn dunia masing-masing sehingga anaklah yg terbengkalai.

2021-01-28

0

ARSY ALFAZZA

ARSY ALFAZZA

like

2020-11-24

0

ila❤

ila❤

lanjut lagi disini

2020-06-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!