Sontak Erli terkejut melihat perilaku Rafan, selama empat bulan menjadi istri sah Rafan. Belum pernah sekalipun Rafan berkata kasar, entah kenapa malam ini dia begitu sangat marah.
Dengan Isak tangis Erli bertanya, “A-apa karena aku telah mengandung anak orang lain? Sehingga engkau tidak mau menyentuhku.”
“Tidak,” sahut Rafan cepat.
Erli mengusap kasar wajahnya yang basah dan kembali bertanya, “Lantas, apa alasan mu?” lanjut Erli sesenggukan, “jawab Mas, jangan diam saja!”
Bukannya menjawab, Rafan malah meninggalkan Erli ke ruang ganti, Erli mengikuti langkah Rafan dengan cepat.
“Kenapa kamu diam saja, Mas? Jawab pertanyaan ku barusan! Aku tidak mau menjadi penghalang kebahagian kamu. Jika kamu ada wanita lain yang kamu cinta, bilang saja!” desak Erli.
“Tidak perlu aku menjawab pertanyaan konyol kamu itu,” ucap Rafan dengan santainya.
“Konyol?” Erli mengulang perkataan suaminya, “ini bukan pertanyaan konyol! Aku mau kamu jujur. Jika kamu sudah tidak tertarik padaku, lepaskan aku dan biarkan aku hidup sendiri jauh dari pandanganmu,” pinta Erli cukup tegas.
Netra Rafan melotot saat menatap istrinya, tampak kemarahan di wajah Rafan. Namun, pria itu tidak menjawab perkataan Erli dan lagi-lagi Rafan menghindar dari sang istri. Perilaku suaminya semakin membuat Erli geram, dengan amarah yang menggebu-gebu Erli membanting vas bunga yang ada di nakas.
Suara pecahan vas menggema di ruangan dan kesabaran Rafan semakin terkikis melihat sikap arogan Erli.
“Erli ...!” pekik Rafan dengan mata yang melotot.
“Apa? Mau memukulku? silakan!” tantang Erli dengan mencondongkan tubuhnya ke depan.
“Sudah cukup! Jangan membuat kesabaranku habis.”
Ruangan yang telah tertata rapi kini terlihat layaknya kapal pecah. Suasana terasa mencekam, Erli yang sudah tidak tahan dengan sikap dingin Rafan beberapa hari ini memutuskan untuk pergi dari kediaman Zulaika.
Wanita hamil itu berbalik masuk ke dalam ruang ganti dan sangat cekatan tangan Erli mengeluarkan semua pakaiannya dan memasukkan ke dalam koper. Di luar sana Rafan memadamkan semua lilin dan membersihkan semua bunga yang bertaburan di atas ranjang, ketika Rafan menuangkan semua bunga di tong sampah dia melihat sang istri sudah menggunakan pakaian lengkap dan membawa koper besar.
“Mau ke mana kau malam-malam begini?” tanya Rafan dengan mata yang menyipit.
“Pulang,” sahut Erli singkat.
Rafan merebut koper Erli dengan kasar dan didorong koper tersebut ke sembarang arah.
“Aku haramkan kakimu keluar dari kamar ini!” ujar Rafan penuh penekanan.
“Untuk apa kamu melarang ku? Jangan menggantung aku seperti ini!” Erli memalingkan pandangannya.
“Ini semua untuk kebaikan kita.” Ucapannya melembut.
Erli melangkah maju meraih kopernya yang tergeletak di sebelah meja rias.
"Kebaikan apa? Oh, mungkin yang kamu maksud janin yang ada di perutku ini. Aku tidak pernah memaksa kamu untuk menikah denganku dan mengakui anak ini sebagai anakmu." Erli menarik kopernya, tangan kanan Rafan terangkat seakan bersiap memukul istrinya. Erli terkesiap melihat aksi suaminya.
“Letakan kembali koper itu!” Menghembuskan napas berat setelah berucap.
“Biarkan aku pergi! Aku tidak mau menjadi beban hidupmu, sudah cukup aku menjadi benalu di rumah ini,” kata Erli terisak.
“Aku tidak merasa terbebani, tolong dengarkan penjelasan ku!” rayu Rafan dengan lembut.
Kepala Erli menggeleng cepat dan dia juga masih sibuk mengemas sebagian barang-barangnya yang ada di meja rias.
“Erli dengarkan aku dulu!” Suara bentakan Rafan menggema dan hal tersebut membuat semua orang terbangun.
Bagaimana mereka tidak terkejut dengan suara Rafan yang menggelegar di ruangan itu, pasalnya sekarang telah lewat tengah malam. Segera Zulaika keluar dari kamar dan bergegas menuju kamar anak laki-laki kesayangannya. Di sisi anak tangga terlihat Galang yang tengah duduk menyandarkan tubuhnya, perlahan wanita paru baya itu mengetuk pintu kamar Rafan tanpa bertanya kepada anak tertuanya.
“Nak, buka pintunya!” pinta Zulaika yang masih mengetuk pintu kamar.
Rafan berjalan menghampiri ibunya yang masih berdiri di depan pintu, “Silakan Ibu tidur lagi, tolong maafkan Rafan telah membuat keributan!”
Zulaika menatap penuh heran anak lelakinya tersebut, “Erli baik-baik saja bukan?” Zulaika mencoba mengintip di sela pertanyaannya.
“Iya, dia dalam keadaan baik-baik saja, Bu!” kata Rafan meyakinkan ibunya.
“Lalu kenapa kamu teriak-teriak tengah malam begini?” kening Zulaika mengerut.
“Tolong jangan ikut campur, Bu! Biarkan kami menangani ini tanpa ada ikut campur siapa pun,” pinta Rafan seraya menutup pintu.
Zulaika merasa heran dengan sikap anaknya, selama ini anak keduanya tersebut belum pernah mengabaikan pertanyaan apa pun yang terlontar dari bibirnya.
Ya Allah, kenapa dengan anakku itu? Berilah mereka jalan keluar yang terbaik Ya Allah. Doa Zulaika dalam hatinya.
Rania yang tiba-tiba muncul langsung melontarkan pertanyaan, “Mas sama Mbak kenapa Bu?”
“Biarkan mereka berbicara. Sebaiknya kita tidak ikut campur,” Zulaika menuntun anak gadisnya menuju kamarnya.
“T-tapi Bu, itu kelihatannya mereka bertengkar.” Jari telunjuk Rania mengarah ke arah kamar Rafan dan Erli.
Zulaika menatap sayu anak perempuannya tanpa berkata-kata, Rania yang masih cemas hanya bisa mengikuti ibunya yang melarangnya ikut campur masalah keluarga kakaknya.
“Cepat tidur! Dan jangan berbuat apa pun yang memancing amarahku!” ancam Rafan dengan suara dalam.
“Hanya aku yang harus mengikuti perintah dan permintaanmu. Kamu bagaimana sebagai seorang suami, adakah kamu memikirkan keinginanku?” kata Erli dengan kontak mata yang terus terfokus ke arah suaminya.
“Teruslah mengoceh sampai mulutmu berbuih,”
“Rania, Ibu tolong Erli! Mas Galang bukakan pintu ini! Erli mau keluar, sudah terlalu pengap di sini dan Erli susah untuk bernapas.” Wanita itu masih sibuk menggedor-gedor pintu kamar, sesekali dia melirik suaminya yang masih duduk memperhatikannya dengan sorot mata yang sangat tajam.
Di luar sana Galang masih duduk menatap pintu kamar adiknya, tetapi dia tidak melakukan apa pun. Bukan karna takut hanya saja dia menjaga privasi dari semua anggota keluarga yang tinggal di rumah ini, Galang anak tertua Zulaika selalu menjadi panutan dari kedua adiknya terlepas dari sikapnya yang suka bergonta-ganti pacar.
Kedua adiknya dan Zulaika pun menganggap itu menjadi perilaku Galang yang biasa-biasa saja, Zulaika adalah sosok ibu yang tegas. Namun, jika salah satu anaknya tidak bisa ia nasehati sekali tiga kali, dia akan membiarkan anaknya berkembang sendiri dan akan melepas tanggung jawabnya.
Bukan takut kepada sang anak, hanya saja Zulaika lebih mengamati perilaku dan tingkah anak-anaknya dari kejauhan. Dari tiga anaknya itu, cuma Galang yang susah di atur.
Galang mendekat di pintu dan dia mengetuk pintu itu dengan tiga kali ketukan dan nada ketukan itu berbeda-beda, hal tersebut membuat Erli bingung sesekali dia menatap Rafan.
"Aku yakin itu kamu, Mas. Tolong bantu Erli keluar dari kamar ini!" pekik Erli sekuat tenaga.
“Kau memang istri yang susah diatur.” Rafan menarik tangan istrinya dengan pelannya dia mendorong tubuh Erli ke ranjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
ℛℚ
seharusny Erli mendengar terlebih dahulu penjelasanny
2022-11-07
1
it's me oca -off
erli kok gitu si
2022-11-06
0
👑Meylani Putri Putti
ih kesel bgt lihat km erli
2022-08-13
0