Sesaat kepergian Rafan, Erli siuman dan menanyakan keberadaan suaminya kepada suster yang memeriksa keadaan terakhirnya. Setelah kepergian perawat, Erli berdiam diri di dalam bilik dengan kebosanan melanda. Selang beberapa menit Rafan datang dengan sekantong plastik obat-obatan.
“Kamu dari mana saja, Mas?” tanya Erli lembut.
Rafan meletakkan semua obat dan susu yang ia beli tadi.
“Habis menebus obat dan beli susu buat kamu. Ni, cepat diminum!” Rafan menyodorkan susu kemasan yang telah dia buka.
Perlahan Erli mengangkat kepalanya dan menyeruput susu stroberi.
“Ehm ... kok enak sekali!” ujar Erli seraya menatap kemasan susu yang ada ditangannya.
Rafan tersenyum lebar dan pria itu mengelus lembut kepala Erli.
“Ke mana perginya beruang hutan itu, Mas?” Erli kembali menyesap susu sembari melirik ke arah sudut kamar.
“Siapa?” Rafan menuang sup ke mangkok yang disediakan oleh perawat rumah sakit.
“Teman perempuanmu yang selalu menempel bagai permen karet!” tutur Erli sembari menahan tawa.
Belum sempat Rafan menjawab ucapan Erli, tiba-tiba Marlita muncul dengan wajah yang sumringah.
“Nah udah datang aja orangnya!” seru Erli lirih.
Gadis itu menatap Rafan dan Erli secara bergantian, dengan sengajanya Marlita mendekatkan diri diantara sepasang suami istri tersebut.
“Dari mana aja lo?" Rafan bergeser tubuhnya mendekat dengan Erli.
Marlita tersenyum dan berkata, “Kamu kangen sama aku?”
“Enggak jelas. Orang nanyak apa dia jawab apa!” gerutu Erli dengan mata yang melirik tajam ke arah Marlita.
“Jangan cemburu Mbak! Aku hanya bercanda,” cakap Marlita sembari tertawa kecil.
Netra Erli bergolak malas mendengar ucapan Marlita yang terkesan sengaja, wanita yang telah berteman hampir dua belas tahun itu selalu mengganggu kedekatan Erli dan Rafan. Memang misinya untuk memisahkan sepasang suami istri ini dan dia mengesampingkan rasa malunya demi menuju puncak keberhasilan.
Rafan membantu Erli makan sup yang telah dia tuang barusan, kedua tangan Marlita mengepal dan dia tidak dapat menerima kedekatan Rafan dengan Erli—wanita sah Rafan. Saat masih menikmati makanan seorang perawat masuk dan memberitahu mereka bahwa Erli dapat pulang saat ini juga karena kondisinya dalam keadaan stabil.
Begitu perawat itu keluar Erli mengusap wajahnya dengan tisu, setelah itu dia berdiri dan merapikan penampilannya. Istri Rafan itu merasakan ngilu di bekas jarum infus yang baru saja dilepaskan oleh perawat tadi, melihat istrinya meringis kesakitan Rafan mendekat.
“Kamu masih merasa pusing?” tanya Rafan dengan tangan yang melingkar di pinggul Erli.
“Ini loh, kok sakit sekali rasanya.” Erli memperlihatkan tangannya.
“Nanti kita kompres,” kata Rafan lembut.
Kenapa sih kalian selalu mesra? Aku masih di sini! ucap Marlita dalam batinnya.
“Mau aku antar pulang tidak, Fan?”
Rafan menatap sang istri dan menjawab ucapan Marlita. “Tidak perlu. Lo balik aja! Lagi pula gue mau mampir dulu ke suatu tempat,” tutur Rafan kalem seraya mengangkat tas jinjing Erli.
Mendengar penolakan Rafan, gadis bermata sipit itu pergi terlebih dulu dengan mulut yang selalu mengucapkan sumpah serapah untuk Erli.
✨
Baru saja membuka pintu, Rafan dan Erli disambut meriah oleh semua orang dan Galang menggunakan party poppe untuk menambah kemeriahan penyambutan tersebut.
Calon ibu itu tersenyum lebar melihat kekompakan keluarga suaminya yang kini menyambutnya datang, Erli tertegun sejenak melihat seorang pria paru baya yang duduk terdiam di sofa. Saat dia masih memperhatikan pria itu Rania memberi bingkisan kado berwarna merah muda.
“Terima kasih,” ucap Erli dan dia mendaratkan kecupan di pipi kiri adik iparnya tersebut.
“Aku juga mau dapat cipika-cipiki darimu, Nak.” Pria paru baya itu beranjak dan mendekati Rafan, tetapi tatapannya terus tertuju kepada Erli yang masih memeluk Rania.
Rafan meraih tangan pria tersebut dan mencium punggung tangannya.
“Ini suami Tante Dewi,” kata Zulaika sembari menyuguhkan senyuman.
Erli mengangguk dan meraih tangan Handoko, melihat keramahan istri keponakannya Handoko mengelus punggung Erli dengan sangat lembut. Hal itu membuat Erli risi plus tidak nyaman dengan sikap om suaminya itu, tetapi dia mencoba untuk tidak memperlihatkan ketidak kesukaannya terhadap sikap Handoko yang terbilang lancang.
“Kalian bawa oleh-oleh apa saja?” tanya Dewi dengan wajah yang berseri-seri.
“Banyak Tan, kita bongkar koper ini!” tutur Erli dengan tangan yang menepuk koper berwarna coklat muda.
“Aku dapat bagian tidak?” tanya Galang dengan mata yang menyipit.
“Tentunya Mas!” Erli mengangkat kedua alisnya.
Rania, Dewi dan Galang mengikuti langkah Erli yang menuju ruang tengah. Di sana semua orang duduk melingkari Erli yang sibuk mengeluarkan kue dan sejumlah sendal, tak lupa juga dia mengeluarkan beberapa baju untuk semua orang dan Mbok Sami beserta Pak Warno (tukang kebun dan pembantu rumah Zulaika).
“Mana punyaku, Erli?” tegur Galang.
“Ini, Erli belikan kaos dan sendal buat Mas Galang. Ini buat Ibu dan Tante Dewi dan ini ... buat Rania adik kesayangan Mbak!” timbal Erli, “hampir lupa, ini buat Mbok Sami sama Pak Warno.” Erli membungkus daster dan sendal buat dua orang yang berjasa di rumah ini.
“Aku tidak dapat jatah, ya?” celetuk Handoko yang saat ini sedang menikmati cerutu.
Erli menatap Rafan yang duduk bersama sang ibu mertua.
Buru-buru Rafan menjawab perkataan Handoko, “Maaf Om, kami tidak tahu kalau Om akan pulang ke sini. Dan tidak ada yang memberitahu kami!”
“No problem, someday you can still buy me something very valuable. Tidak masalah, suatu saat kalian masih bisa membelikanku sesuatu yang sangat berharga." Lagi-lagi Handoko menatap Erli dengan tatapan penuh gairah.
“Insya Allah Om. Jika kami jalan-jalan lagi, akan kami belikan sesuatu yang Om suka,” jawab Erli dengan kepala yang menunduk.
“Udah enggak apa-apa! Ngomong-ngomong terima kasih oleh-olehnya, Tante suka sama warna dan model daster ini. Sangat cantik dan pas banget sama warna kulit tante yang estetik ini!” ucap Dewi dengan mata yang berbinar.
“Iya, sama-sama Tante.” Erli membalas senyuman yang dilempar Dewi—sang tante rempongnya itu.
Setelah semua orang bubar dan Erli menuju dapur untuk mengambil gelas. Begitu dia mendapatkan apa yang dia cari, Erli kembali ke ruang tengah menarik koper menuju kamarnya yang terletak di pojok kanan rumah ini.
“Tunggu Erli!” panggil Handoko dengan suara yang lembut.
Erli menoleh ke belakang dengan menyunggingkan senyuman tipis.
“Maafkan aku tidak bisa datang waktu pernikahan kalian, terima hadiah ini sebagai penebus ketidak hadiranku! Aku yakin kau akan terlihat sexy dan menggoda saat mengenakan ini,” ucap Handoko dengan mata yang mengedik dan dengan lancangnya pria itu mengelus lengan Erli.
Segera Erli menepis tangan pria tersebut dan melangkah cepat masuk ke dalam kamar. Wanita berbadan dua ini sangat jijik Kala mengingat wajah Handoko yang mesum, netranya menatap penasaran kado yang Handoko beri, perlahan Erli membuka pita pengait kotak berwarna merah yang ada ditangannya. Kedua belah mata Erli melotot melihat barang yang ada di dalam kotak itu, sedikit tidak percaya dengan hadiah penyambutannya. Namun, isi kado ini sangat nyata adanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
ℛℚ
apa isi kado itu
2022-11-07
1
Sakura_Merah
apaan tuh..
2022-10-18
0
Sakura_Merah
apaan tuh..
2022-10-18
0