Episode 9

Selepas mematahkan prasangka Erli, Rafan berlalu pergi meninggalkan istrinya yang masih terpaku disisi ruangan. Erli merasa sangat bersalah terhadap suaminya dan saat sepasang mata mereka bertemu rasa canggung itu sangat menyiksa, Erli tidak bisa mengucapkan sepatah kata apapun begitu pula dengan Rafan.

Di saat yang bersamaan mereka mengucapkan kata maaf, tetapi kata-kata itu tidak terdengar jelas oleh mereka. Sehingga mereka sepakat akan berbicara secara bergantian dan Erli meminta suaminya untuk mengutarakan isi hatinya terlebih dahulu.

Bukan Erli saja yang merasa sikapnya tadi siang tidak pantas untuk dia lakukan, Rafan pun merasakan demikian.

“Maafkan aku! Bukan maksudku melakukan hal tersebut dan ucapanku juga terlalu kasar,” tuturnya lirih.

Erli menundukkan kepalanya dan menjawab ucapan suaminya, “Saya juga minta maaf atas semua perilaku saya. Saya ... masih belum siap melakukan hal itu. Jadi maafkanlah saya, Mas!” ucapnya dengan tangan yang terus-terusan memelintirkan seprai.

Sontak Rafan menatap istri cantik nan imut, “Tadi kamu panggil aku apa?” Rafan mendekatkan telinganya.

“Maaf jika ucapan saya membuat Anda tidak nyaman," Erli menghindari kontak mata dengan Rafan.

“Sudah jangan terlalu formal denganku! Aku ini suamimu, cepat ulangi ucapanmu tadi!” perintah Rafan dengan kontak mata yang terfokus dan tidak mengerjap.

Erli mengelus tengkuknya seraya menatap sekilas wajah sang suami.

“Ayo, cepat katakan lagi!” desak Rafan.

Erli menghela napas panjang dan bersiap berbicara, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

“Servis room ....” Teriakan staf villa di luar sana.

“Astagfirullah ... mengganggu saja! Setelah ini kamu harus mengucapkannya berulang kali, oke!” tegas Rafan sembari beranjak dari tempatnya.

Erli mengangguk cepat, gadis itu tidak pernah melihat sikap suaminya yang lembut. Setiap hari dia melihat pria itu dengan wajah datar dan selalu serius, sampai-sampai dia mengira pria itu tidak memiliki perasaan ataupun hati. Namun, nyatanya Rafan memiliki sisi lain yang tidak pernah dia ketahui selama ini.

"Aku pikir kamu keras hati, Mas. Maafkan aku yang telah berburuk sangka." Erli Membaringkan tubuhnya di atas ranjang.

Di luar sana Rafan sedang berbincang dengan staf Villa yang sedang menyediakan makan malam, setelah selesai Rafan memberi tips untuk staf itu. Bergegas dia berlari menghampiri Erli, sesampainya di kamar Rafan melihat istrinya telah tertidur dan hal itu membuatnya jengkel bukan main.

“Ya Allah, istriku yang cantik ... kenapa kamu tidur diwaktu yang tidak tepat, hah?” gerutu Rafan penuh kekesalan.

Berulang kali dia menatap wajah istrinya yang natural tanpa make up, paras yang sangat menawan. Rafan sangat mengagumi wajah istrinya bagai rembulan malam. Hidung, bibir, mata dan juga alis semua tampak sempurna di mata Rafan, tidak ada cela di diri Erli semua terlihat indah dan menawan.

“Beruntungnya aku memilikimu. Tetaplah menjadi wanita yang baik, Say—” Ucapan Rafan terhenti saat melihat kelopak mata Erli terbuka.

“Apa yang Anda lakukan?" tanya Erli dengan mata yang membulat.

Rafan celingukan menghindari tatapan tajam Erli dan dengan ragunya dia menjawab pertanyaan sang istri.

"Itu, aku ...."

Kening Erli mengerut dan dia mengulangi pertanyaannya. Namun, kali ini Erli sedikit meninggikan nada suaranya.

"Apa yang Anda lakukan?"

“A-aku cuma mau bilang kalau makan malam telah siap,” ujar Rafan gugup.

"Lantas, kenapa Anda berada dekat dengan saya?"

"Kamu jangan berpikir yang macam-macam! Aku melihat ada nyamuk di pipi dan lenganmu," kata Rafan menutupi kebenaran.

"Oh, Anda duluan saja! Saya mau cuci muka dulu." Erli berjalan pelan menuju kamar mandi.

Melihat istrinya pergi, buru-buru Rafan menggenggam pergelangan tangan Erli. Sontak Erli terkejut dan dia menatap Rafan penuh penasaran.

“Ada apa?” tanya Erli lirih.

“Eh ... aku mau, kamu mengulangi ucapan yang aku minta tadi!” kata Rafan kalem.

“Yang mana?” Erli melirik ke segala arah.

Rafan melepas tangan Erli dan dia pergi meninggalkan istrinya yang terbengong.

“Belum juga satu jam, dia sudah lupa. Begitu lemah 'kah daya ingatnya itu? Sulit dipercaya," gerutu Rafan bersungut-sungut.

Ucapan Rafan didengar jelas oleh Erli yang berdiri tepat di belakangnya.

Maaf 'kan aku, Mas! Bukannya aku tidak ingat. Hanya saja ... Aku merasa malu mengulang kata-kata itu, gumam Erli dalam hatinya.

***

Di tempat lain dan di waktu yang lain pula. Marlita sedang duduk gelisah menunggu saudari angkatnya di bandara Sukarno Hatta.

"Lo di mana? Gue sudah bosan nungguin di lo sini!" protes Marlita dengan mata yang terus menelisik wajah penumpang yang keluar dari bandara.

Selama ini kedatangan Marlita 'lah yang selalu ditunggu dan dia tidak pernah menunggu siapapun.

"Sebentar lagi gua sampai. Tunggu dengan tenang, oke!" sahut Vina di seberang telepon.

"Lima belas menit. Jika dalam waktu lima belas menit lo enggak dateng, jangan harap gue mau memaafin lo!" ancam Marlita dengan suara yang berkobar-kobar.

"Iya ... Eh, ini gue sudah bisa lihat lo. Coba lo berbalik arah jarum jam sembilan!" perintah Vina, gadis itu melambaikan tangannya.

Marlita memasukkan ponselnya dan berlari menghampiri saudari angkatnya tersebut.

“Capek banget gue nunggin lo,” keluh Marlita dengan tangan yang menepuk bahu kiri Vina.

Gadis itu mengelus bahunya yang terasa panas nan gatal.

“Sakit, ya?” Marlita menatap wajah Vina dengan tatapan penuh.

"Iyalah, lo pikir?" ucap Vina dengan hidung yang mengerut.

"Gue lapar, traktir gua dong ...." Vina mengangkat kedua alisnya.

"Dari dulu sampai sekarang, hobi lo masih sama," hardik Marlita dengan suara ciri khasnya.

Vina tertawa sembari memeluk lengan Marlita, obrolan mereka berlangsung seraya berjalan menuju mobil Marlita. Gadis itu tidak membawa Vina ke rumahnya, melainkan dia membawa saudari angkatnya ke apartemen yang lama tidak dia tempati.

“Kediaman seperti ini tidak digunakan? Sungguh menyakitkan sekali,” sindir Vina dengan mata yang melirik Marlita.

“Apa lo? Jangan mengompor-ngompori gue! Lo 'kan tahu, kalau gue enggak bisa tidur saat sendirian.” Marlita membela diri.

Vina memeluk mesra saudari angkatnya tersebut dan dikecupnya pipi Marlita penuh kasih sayang.

"Jika lo tidak mau, kasih aja ke gue! Gue jamin apartemen ini akan bersih terawat," ujar Vina meyakinkan Marlita.

Dua gadis itu berbincang sampai mereka berdua tertidur lelap, jarum jam terus berputar dan Menunjukkan tepat pukul empat.

Alarm jam dinding berdering sangat nyaring hingga membangunkan Vina.

“Astaga ... sudah sore,” ujar Vina.

Gadis berusia 25 tahun tersebut berjalan menuju dapur, Vina membuka lemari es dan tangan kirinya meraih apel dan beberapa stroberi. Suaranya yang merdu memenuhi ruangan dapur, Vina selalu bernyanyi kala melakukan aktivitasnya. Setelah selesai membuat kopi dan teh dia kembali masuk ke kamar diguncangnya tubuh Marlita.

Melihat usahanya tidak membuahkan hasil, Vina duduk di bibir ranjang dan didekatkan bibirnya di telinga Marlita.

“Ta ... Rafan datang kemari," bisik Vina.

Segera saudarinya bangun dan menatap sekeliling, “ Mana dia?” tanya Marlita dengan suara yang tidak jelas.

“Masih di jalan!” kata Vina menutupi kebohongannya.

Vina menyodorkan teh hangat yang dia buat tadi. Gadis itu menelisik Marlita dari ujung kaki sampai ujung kepala, terlihat wajah Marlita yang panik.

"Tapi, dari mana Rafan tahu apartemen gue?" Menatap Vina dengan kening yang mengerut.

Vina tersenyum masam dan dia memalingkan wajahnya.

"Bisa tidak, Lo jangan ganggu gue?"

"Kagak bisa," sahut Vina, "dari pada lo marah-marah kaya gitu, lebih baik lo cerita kronologi perpisahan lo dengan Rafan!"

Marlita menatap Vina dengan sorot mata yang tajam.

“Kenapa lo? Mau bunuh gue?” kata Vina berkacak pinggang.

Marlita menyodorkan ponselnya dan dia berpesan agar tidak melihat yang lain. Mata Vina melebar dan mulutnya ternganga saat melihat foto pernikahan Rafan bersama Erli.

"Wajah ini ... sangat familiar sekali," ujar Vina kalem.

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

lanjut... tambah keren

2023-02-08

0

auliasiamatir

auliasiamatir

tuh kan, jangan bilang gak berhasrat yah fan.

2023-02-08

0

🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞

🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞

Wajah sapa... mungkin kak elin sahat Merlin... atau.. sauudara y🤔🤔

2022-11-19

1

lihat semua
Episodes
1 Perngorbanan
2 Pernyataan
3 Mimpi
4 Hama Dari Luar Rumah
5 Kekalahan Benih Pelakor
6 Pengakuan
7 _Rasa Yang Membingungkan_ ... 7
8 Bayangan
9 Episode 9
10 Cemburu
11 Kebohongan
12 Tuduhan
13 keberanian
14 Telinga Pelakor Lebih Lebar Dari Telinga Gajah
15 Kepulangan Erli dan Rafan
16 Kecewa
17 Perdebatan
18 Bukan kehendak ku
19 Kejahatan
20 Trik Erli
21 Rahasia
22 Kekecewaan Cinta
23 Tekad
24 Ingatan
25 Senyuman Berharga
26 Keindahan Malam
27 Pria Haramku
28 Berkelit
29 Kesalahan
30 Murka
31 Cemas
32 Niatku
33 Kekaguman Dan Keberanian
34 Cemburu
35 Rasa Yang Bercampur Aduk
36 Berubah Sinis
37 Emosi Yang Memuncak
38 Alasan
39 Sikap Yang Berbeda
40 Petuah Yang Diabaikan
41 Sikap Cuek dan Mobil baru
42 Curhat Yang Tertunda
43 Lanjut Curhatnya
44 Sesuai dengan keadaan
45 Pertemuan Mereka
46 Kejutan Untuk Erli
47 Pertengkaran
48 Tangisan
49 Kondisi Erli
50 Terkaan
51 Siasat Yang Gagal
52 Kemesraan Pascalahiran
53 Entah Siapa
54 Menghilangnya Erli Dan Baby E
55 Pencarian Rafan
56 Tindakan Sang Mantan
57 Pertemuan Terakhir mereka
58 Sisi Lain Penguasa
59 Kembali Ke Rumah sakit
60 Pertemuan Mantan Dan Suamiku
61 Prasangka
62 Rahasia Rafan
63 Kejujuran
64 Terdesak Keadaan
65 Kelicikan Dibalas Kelicikan
66 Makna Nama Bayiku
67 Sorot Mata Erli
68 Tamu Yang Tidak Diharapkan
69 Murka
70 Terungkap
71 Penghinaan
72 Siapa Rafan
73 Untaian Kata
74 Kebahagiaan Bercampur Kesedihan
75 Xavier
76 Kabar
77 Tertipu
78 Pikiran Liar Rafan
79 Pengakuan Xavier
80 Ibu Xavier
81 Manja
82 Godaan
83 Emosi
84 Siapa Kamu
85 Tidak Percaya
86 Kedatangan Zulaika
87 Ujung Kisah
88 Bonus Chapter
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Perngorbanan
2
Pernyataan
3
Mimpi
4
Hama Dari Luar Rumah
5
Kekalahan Benih Pelakor
6
Pengakuan
7
_Rasa Yang Membingungkan_ ... 7
8
Bayangan
9
Episode 9
10
Cemburu
11
Kebohongan
12
Tuduhan
13
keberanian
14
Telinga Pelakor Lebih Lebar Dari Telinga Gajah
15
Kepulangan Erli dan Rafan
16
Kecewa
17
Perdebatan
18
Bukan kehendak ku
19
Kejahatan
20
Trik Erli
21
Rahasia
22
Kekecewaan Cinta
23
Tekad
24
Ingatan
25
Senyuman Berharga
26
Keindahan Malam
27
Pria Haramku
28
Berkelit
29
Kesalahan
30
Murka
31
Cemas
32
Niatku
33
Kekaguman Dan Keberanian
34
Cemburu
35
Rasa Yang Bercampur Aduk
36
Berubah Sinis
37
Emosi Yang Memuncak
38
Alasan
39
Sikap Yang Berbeda
40
Petuah Yang Diabaikan
41
Sikap Cuek dan Mobil baru
42
Curhat Yang Tertunda
43
Lanjut Curhatnya
44
Sesuai dengan keadaan
45
Pertemuan Mereka
46
Kejutan Untuk Erli
47
Pertengkaran
48
Tangisan
49
Kondisi Erli
50
Terkaan
51
Siasat Yang Gagal
52
Kemesraan Pascalahiran
53
Entah Siapa
54
Menghilangnya Erli Dan Baby E
55
Pencarian Rafan
56
Tindakan Sang Mantan
57
Pertemuan Terakhir mereka
58
Sisi Lain Penguasa
59
Kembali Ke Rumah sakit
60
Pertemuan Mantan Dan Suamiku
61
Prasangka
62
Rahasia Rafan
63
Kejujuran
64
Terdesak Keadaan
65
Kelicikan Dibalas Kelicikan
66
Makna Nama Bayiku
67
Sorot Mata Erli
68
Tamu Yang Tidak Diharapkan
69
Murka
70
Terungkap
71
Penghinaan
72
Siapa Rafan
73
Untaian Kata
74
Kebahagiaan Bercampur Kesedihan
75
Xavier
76
Kabar
77
Tertipu
78
Pikiran Liar Rafan
79
Pengakuan Xavier
80
Ibu Xavier
81
Manja
82
Godaan
83
Emosi
84
Siapa Kamu
85
Tidak Percaya
86
Kedatangan Zulaika
87
Ujung Kisah
88
Bonus Chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!