“Erli bangun!” Rafan mengguncang pelan tubuh istrinya.
Erli yang terbangun dari tidurnya langsung memeluk Rafan dengan erat.
“Ada apa?” tanya Rafan panik.
“Xavier, dia mau membunuh saya. Dan ... Anda tidak membantu saya! Bahkan Anda pergi dari tempat itu, meninggalkan saya yang hampir mati.” Erli menjelaskan kejadian yang dia alami dalam mimpinya tadi.
“Istighfar Erli! Itu semua hanya mimpi bukan kenyataan,” ucap Rafan sembari menyodorkan segelas susu yang terletak di atas nakas.
Erli meminum susu yang diberikan suaminya dan sedetik kemudian dia kembali berbicara.
"Tapi, mimpi itu terasa nyata. Bahkan jantung saya saat ini masih berdegup!” tuturnya dengan tangan yang memegang dada.
“Kamu hanya kecapekan. Sana ganti baju dan tidur lagi!” titah Rafan dan tangan pria itu mengelus kepala Erli.
Setelah perdebatan tentang perceraiannya bersama Rafan, Erli menangis sampai tertidur.
“Anda tidur di sini saja, ya. Saya takut!” ujar Erli, wajah gadis itu terlihat pucat.
Rafan mengangguk pelan dan dituntunnya Erli masuk ke dalam ruang ganti. Setelah mengenakan piyama berwarna biru, Erli kembali ke dalam kamar dan membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
Sepasang bola mata berwarna coklat menatap serius wajah Rafan tanpa mengedipkan kelopak matanya.
“Terima kasih ya Allah, Engkau telah mengirim pria baik ini untukku!” gumam Erli lirih.
Namun, gumaman lirih Erli itu didengar jelas oleh sang suami, betapa terkejutnya dia melihat sosok pria yang dia kagumi menatapnya balik.
Suaminya tersebut duduk dan berdecak, “Erli ... Erli, mau sampai kapan kamu terjaga seperti itu? Cepat tidur!"
“Ah ... Maafkan saya!” sahut Erli gugup, bergegas dia memalingkan pandangan dan memejamkan kedua kelopak matanya.
Sejak pertemuan pertama mereka, Erli selalu menghormati Rafan dan tak pernah sekalipun dia memanggil nama Rafan.
***
Suara jarum jam yang terus berdetak membangunkan Rafan dari tidurnya yang lelap, mata pemuda itu melirik jam yang tergantung di dinding.
“Ya Allah, sudah jam lima. Kenapa tidak ada seorang pun yang membangunkan aku?” ucapnya pelan dan bergegas dia beranjak ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi, Rafan membangunkan Erli yang masih terlelap.
“Erli bangun! Ayo, kita salat berjamaah,” tutur Rafan lirih sembari mengguncang tubuh Erli menggunakan bantal guling.
Alih-alih bangun Erli malah bergeser tanpa membuka kelopak matanya dan tangan gadis itu menepuk kasur seakan menyuruh Rafan untuk tidur disebelahnya.
“Astagfirullah gadis ini!” decak Rafan pelan.
Kedua matanya melirik ke sana kemari mencari sesuatu yang bisa membangunkan istrinya tersebut.
“Sepertinya benda itu bisa membangunkan si kebo ini,” Rafan meraih kemoceng yang terletak di atas lemari dan di oleskan bulu ayam tersebut di hidung Erli.
Gadis itu hanya mengusap hidungnya yang terasa gatal bercampur geli, Rafan pikir istrinya akan bangun. Namun, Erli masih tertidur dan hal itu membuat Rafan jengkel bercampur kesal.
“Sungguh cobaan berat membangunkan wanita ini,” ucap Rafan bersungut-sungut.
Rafan bergegas salat dan membiarkan istrinya tertidur. Sesudah dia melakukan kewajibannya Rafan melirik Erli yang masih terbaring di atas ranjang, “Dasar kebo. Sudah siang bolong belum bangun juga, apa di rumahnya dia selalu begitu?” gerutu Rafan lirih.
Suara merdu Rafan membangunkan Erli dari tidurnya yang lelap, netra gadis itu terbuka lebar menatap pria halalnya sedang mengaji disebelah meja rias.
Pantas saja wanita itu sangat menyukainya. Sikapnya yang sopan dan pandai mengaji ini yang memikat, wanita mana yang tidak akan terpesona olehnya? ujarnya pelan, betapa terpesonanya Erli mendengar lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang di baca oleh sang suami.
Rafan menghentikan aktivitasnya dan dia melirik ke arah Erli, “Kenapa tidak bergegas ke kamar mandi? Kamu tidak lihat matahari akan menampakkan dirinya. Cepat mandi dan laksanakan salat!” Rafan mencibir sikap Erli yang lalai akan kewajibannya sebagai Muslimah.
Erli terkejut mendengar perkataan Rafan, gadis itu bergerak cepat menuju kamar mandi tanpa membantah sedikitpun. Sekian menit telah berlalu pengantin baru itu keluar kamar dan berjalan beriringan menuju ruang tengah, di sana sudah banyak orang yang berkumpul.
“Cie ... pengantin baru sudah keluar dari singgasananya,” ledek Rania disela tawa kecilnya.
Semua pandangan tertuju kedua insan yang kini duduk lesehan, Erli memalingkan pandangannya ke arah lain. Tampak jelas pipi gadis itu memerah karna malu, sedangkan Rafan memasang wajah datar seperti biasa.
Pemuda itu bersikap biasa saja seakan-akan tidak terjadi apa-apa dalam hidupnya, lain dengan Dewi—tante Rafan. Adik ipar ibu Rafan itu menatap Erli dengan padangan mata yang aneh.
“Eh, pengantin baru ini rambutnya kok kering. Apa kalian tidak bertempur tadi malam?” tanya Dewi dengan mata yang menyipit.
Netra Erli terbelalak menatap sang suami, gadis itu bergerak gelisah. Erli tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu dan dia tidak dapat menjawab pertanyaan aneh dari sang tante.
“Jangan bertanya seperti itu, Tante! Hal yang Tante tanyakan itu terlalu sensitif dan tidak baik jika kami jawab,” sahut Rafan dengan santainya.
Mendengar jawaban Rafan, Erli menghembuskan napas berat. Betapa bersyukurnya dia melihat sang suami dapat menjawab pertanyaan julid sang tante, tanpa menimbulkan perselisihan di antara mereka.
“Sudah jangan berbicara hal yang tidak masuk akal. Ayo, kita sarapan!” ajak Zulaika sembari menggandeng tangan Erli.
Menantu pertama Zulaika tersebut menyuguhkan senyuman manis. Baru saja melangkahkan kaki, terdengar suara deruman mesin mobil yang berhenti di depan rumah. Tak lama kemudian mereka mendengar salam dari balik pintu utama, suara yang sangat familier sekali di telinga mereka.
Namun, tidak untuk Erli. Ya, hanya Erli yang tidak mengenali suara tersebut, begitu penasarannya Erli sampai-sampai dia rela memiringkan kepalanya demi melihat wajah orang yang sedang mengobrol dengan Rania—adik Rafan.
“Siapa yang datang, Nia?” pekik Dewi sembari melangkahkan kakinya menghampiri Rania yang masih berbincang asyik.
Wajah adik ipar Zulaika terlihat sangat bahagia setelah melihat tamu yang datang.
“Oalah ... cah ayu toh. Mari masuk, Nak!” sapa Dewi antusias.
Siapa sih yang datang? Mereka kok terlihat sangat bahagia begitu, gumam Erli dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
auliasiamatir
penganten barunya belum sempat tempur kok tante 🤭
2023-01-26
0
🏁BLU⭕
Suaminya rajin, tapi mengapa istrinya begitu rupa 🤔🤔
2022-12-24
0
🏁BLU⭕
kebo 🤔🤔🤔
2022-12-24
0