"Penjaga? Apa itu seperti seorang bodyguard?" Aishia memiringkan kepalanya, merasa bingung dengan makna penjaga yang Alba maksud.
"Bukan. Hanya seperti pengawas, tapi harus bisa beladiri juga kalau dibutuhkan. Malah kelihatan seperti baby sitter sih..."
"Pelayan maksudmu?"
"Bahasa kasarnya begitu."
"Pekerjaan itu, apa saja yang perlu kulakukan?"
"Hanya mengawasi dan menjaga adikku, Kei namanya. Mengantar jemput dia ke sekolahnya dan memastikan dia tidak masuk BK lagi, soalnya dia sangat bar - bar. Semua hal yang dibutuhkannya, kau harus bicara padaku dulu untuk melakukannya. Pokoknya, sepanjang hari kau perlu mengawasi dan mengurusnya. Sisanya kau bisa tanyakan pada Nichol." Papar Alba.
Aishia mengangguk saja. Meski dia tidak tahu siapa itu Nichol. Nichol mungkin adalah salah satu anggota keluarga dari pria di depannya ini. Dari cara Alba mengucapkannya, mungkin dia adiknya.
"Apa ada yang ingin kau tanyakan lagi?"
"Siapa namamu?"
Hening.
Alba tertawa keras, sementara Aishia malah semakin dibingungkan. Ayolah, dia sudah memberitahukan namanya, namun pria itu tak memperkenalkan diri sama sekali dan hanya menawarkan dia pekerjaan serta garis besarnya. Aishia menjadi bingung mau memanggilnya apa.
"Maaf, maaf. Namaku Alba Shceneider. Anak tertua sekaligus kepala keluarga Shceneider." Alba tertawa geli sambil mengusap sudut matanya yang berair.
"Shceneider? Bukankah beberapa barang dengan teknologi tinggi diproduksi oleh mereka?"
"Ah ya, itu benar."
"Itu keren! Kenapa tidak mengawasi Kei dengan robot buatan kalian saja?"
"Dia akan sadar dan memilih membuangnya tanpa merasa sayang. Jadi lebih baik aku mencarikannya pegawai manusia asli, walaupun kelakuannya tidak terlalu berbeda sih." Alba menggaruk tengkuknya.
"Maksudnya?"
"Kau akan tahu setelah mulai bekerja."
"Bolehkah aku mencoba - coba dulu?"
"Semua orang yang bekerja pada kami juga seperti itu kok tanpa diminta. Soalnya Kei agak liar dengan orang baru. Saudaranya saja, aku selalu kena cakar, apalagi kau." Alba terkekeh mendengar permintaan Aishia yang lucu baginya.
Mendengar pemaparan Alba, Aishia bergidik ngeri. Rasanya adik Alba yang namanya Kei ini agak istimewa dari segi sikap dan kepribadian. Namun Aishia tidak mau menjadi pengangguran lebih lama, jadi dia coba menerimanya saja dulu. Masalah betah atau tidak lihat saja nanti. Dia belum tahu seluar biasa apa Kei ini.
"Kalau begitu baiklah."
Alba menjulurkan tangannya dan menjabat tangan Aishia. Dia memang tidak terbiasa melakukan kontrak pekerjaan sebagai penjaga Kei menggunakan surat, karena belum tentu orang itu akan betah bekerja di tempatnya.
"Kak Alba, kapan aku bisa mulai bekerja?"
"Saat tubuhmu mulai membaik. Jangan sampai kau menjaga Kei saat dirimu sendiri sakit. Kei itu cukup kejam dan tidak melihat gender dan usia seseorang. Kau tidak akan luput dari perbuatan nakalnya."
"Dia sebar - bar itukah?"
Alba mengangguk.
Aishia harus mempersiapkan mentalnya dari sekarang. Mendengar penjelasan singkat Alba, dia langsung tahu betapa susahnya menjadi pengurus Kei Shceneider.
"Reputasi Kei di kalangan orang - orang besar juga tidak cukup bagus. Mereka selalu menghindari berkontak langsung dengan Kei. Karena itulah dia menjadi pribadi penyendiri." Jelas Alba lagi.
Sebenarnya agak cukup miris baginya kalau harus menceritakan bagaimana asal Kei bisa berubah sedrastis itu. Dahulu saat dia dijaga Paman Mo, Kei adalah anak yang patuh dan mau mendengarkan nasihat. Namun semenjak kepergian Paman Mo yang entah ke mana, Kei jadi preman dadakan. Semua saudaranya hanya bisa elus dada akan kelakuannya. Hanya Nichol yang berani menegurnya sejauh ini.
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Alba berniat mengundurkan diri, dia harus mempersiapkan pesta penyambutan untuk Elvan yang baru akan pulang sore ini dari konser tur.
...****...
"Nichol, apa yang kau lakukan?"
Arsene bertanya pada Nichol, namun tatapannya tertuju pada kue pesanan Louis yang jatuh berantakan. Kue itu baru datang tadi, Nichol yang membawanya malah ceroboh dan menjatuhkan kuenya ke lantai.
Wajah Arsene menggelap, dia tidak tahu apa yang harus mereka lakukan sekarang. Membeli kue baru secepatnya adalah satu - satunya jalan ke luar yang terpikirkan oleh Arsene. Namun kalau dia meninggalkan Nichol sendiri di rumah, hal yang tidak bagus untuk dilakukan. Arsene menoleh pada Nichol yang malah cengengesan tanpa ekspresi bersalah sedikit pun.
"Kau, belilah kue baru dan pastikan itu sama persis dengan yang dipesan Kak Louis. Kalau tidak...!" Ancam Arsene.
Nichol langsung hormat pada Arsene dan bergegas meninggalkan mansion untuk membeli kue baru. Karena dia punya ingatan yang bagus, tidak sulit untuk meminta toko kue menghias kue pesanannya sama persis seperti yang barusan jatuh.
Dia juga enggan untuk berlama - lama membiarkan Arsene menahan kekesalannya. Karena sekalinya Arsene meledak, tidak akan ada siapa pun yang berani berkutik untuk melawannya. Mereka paling menghindari Arsene yang jarang marah meledak daripada Nichol yang kerap mengomeli Kei setiap harinya.
Nichol menaiki mobilnya dan langsung tancap gas. Tatapan horor Arsene meski dari jauh tetap membuat bulu kuduknya merinding.
"Hah... benar - benar menyeramkan!"
Toko kue yang ia sambangi berada tidak terlalu jauh dari sebuah tempat pemakaman. Walaupun terkesan horor, namun jangan salah. Toko ini tidak pernah sepi pengunjung karena rasanya tak pernah mengecewakan.
Nichol menuruni mobilnya dan masuk ke dalam toko. Di sana ada beberapa anak muda yang baru pulang sekolah dan sepasang kekasih yang tengah kencan. Nichol menghampiri kasir toko dan memesan kue dengan hiasan yang sebagian besar dia ingat.
Setelah selesai dihias, Nichol berdecak kagum dan membanggakan ingatannya sendiri. Kue yang ada di hadapannya ini tidak jauh berbeda dengan yang ia jatuhkan. Dia bisa pamer kepada Arsene nantinya.
Selesai mengurus pembayaran dan dikemas. Nichol ke luar dari toko dengan suasana hati bahagia. Kalau semirip ini, Arsene tidak akan protes padanya. Mana tahu dia akan dapat uang saku tambahan dari kakaknya yang paling membosankan itu.
"Hm? Kak Louis?"
Langkah Nichol terhenti ketika pandangannya menangkap sosok pria yang sangat dikenalnya. Dia adalah Louis, kakak keduanya yang paling jarang berada di rumah. Mendapati Louis tengah berdiri di samping sebuah makam, membuat Nichol agak terkejut.
"Jadi sekarang sudah tanggal 18, yah?"
Nichol menggelengkan kepalanya, bukan urusannya juga Louis berada di sana. Tentu saja Louis tengah mendatangi seseorang, dan Nichol tahu betul siapa orang itu. Mantan kekasih Louis yang gagal menjadi pengantinnya.
"Malam penuh kebahagiaan itu seketika berubah menjadi suasana duka. Kak Louis masih tetap berkabung meski sudah lewat bertahun - tahun."
...****...
"Apakah aku telat? Apa Elvan sudah datang?"
Louis dengan napas terengah - engah melangkah menghampiri saudara - saudaranya yang tengah berkumpul di ruang tamu dengan segala macam makanan manis dan kue besar penuh taburan berry.
"Tenang saja Kak Louis, Elvan belum datang." Nichol memberikan jempolnya.
"Syukurlah, masih sempat."
"Kupikir Kakak akan datang lebih cepat dariku." Ujar Rio.
"Yah, cukup lama aku mengunjunginya."
Nichol memandang Louis agak lama sebelum matanya menangkap Arsene yang sedang duduk berseberangan dengan Alba. Tak ada Kei di sini.
"Di mana Kei?" Tanya Nichol.
"Kurasa dia belum kembali. Padahal sudah kubilang kalau harus segera pulang setelah periode kelima selesai." Alba menggaruk pipinya pelan.
"Huh? Hari ini dia hanya punya lima periode?" Potong Nichol, dan dibalas anggukan oleh Alba.
"Aku pulang."
Semua orang kecuali Arsene menatap pintu utama, di sana berdiri seorang pria muda dengan seragam sekolahnya. Itu adalah Kei. Namun, yang membuat mereka semua terkejut adalah seseorang yang ada di belakang Kei. Saat Kei menyingkir, orang itu melambaikan tangan pada penghuni rumah.
"Aku kembali semuanya."
"ELVAN?!"
Elvan tersenyum lebar sampai memperlihatkan deretan gigi putihnya. Louis dan Rio langsung menghampiri mereka dengan raut wajah penuh kegembiraan, Alba pun melangkah perlahan menuju Elvan.
Berbeda dari saudara - saudaranya yang lain, Nichol malah berjalan menuju Kei yang tampak langsung menghempaskan dirinya ke sofa di depan Arsene.
"Kau bertemu dengannya tapi tak memberi kabar apa pun kepada kami?" Cecar Nichol.
Sementara Kei hanya merotasikan bola matanya dengan malas menghadapi sikap Nichol yang agak tidak adil kepadanya. Karena Kei selalu mendapat semburan dari Nichol, sedangkan Elvan yang notabene lebih tua darinya malah saudara kesayangan di keluarga Shceneider ini.
"Apakah itu perlu? Yang penting adalah kami pulang dengan selamat."
"Itu memang benar, tetapi-"
"Dasar pilih kasih!"
"Kau...!"
"Hentikan perdebatan kalian, Elvan baru pulang dan kalian berdua malah memulai pertengkaran? Berhenti bersikap kekanakan, usia kalian sudah bukan anak - anak lagi."
Arsene segera memotong perdebatan mereka sebelum menjadi lebih besar. Hal itu sontak membuat Nichol dan Kei saling membuang pandangan ke arah berlawanan. Bagaimanapun, Elvan memang saudara paling disayangi oleh mereka semua. Bahkan oleh Kei yang kerap kali memberontak di masa remajanya ini.
"Woah! Kue kesukaanku!"
Arsene, Nichol dan Kei memusatkan perhatian pada Elvan yang sudah mendekati meja sambil mempertahankan ekspresi gembiranya. Melihat betapa kerasnya usaha keenam saudaranya untuk membuat pesta menyambut kepulangan dirinya.
"Kau bisa memakan semuanya." Ujar Louis.
"Eh? Itu tidak adil. Aku akan membagikannya pada kalian juga. Yang pertama tentu untuk adik kesayanganku."
Kei tertegun mendengar pernyataan Elvan. Sebagai satu - satunya adik yang Elvan miliki, dia selalu mendapatkan perhatian dari kakaknya itu. Elvan 'lah yang paling sering bersamanya dibanding kelima kakaknya yang lain.
Entahlah. Terselip rasa haru dan bahagia saat mendengar Elvan mengatakannya. Pria itu juga memberikan potongan kue pertamanya pada Kei.
"Ini bukan acara ulang tahun." Kei berkomentar agak ketus, tapi dia terlihat menikmati suasana hangat ini.
"Sebentar lagi juga aku ulang tahun." Sela Nichol.
"Kalau itu kau, aku takkan peduli." Ketus Kei.
Sambil membawa potongan kue penuh berry di tangannya, Kei bergegas ke ruang menonton dan memakan kuenya di sana. Meninggalkan Nichol dengan wajah masamnya.
"Kak Al sudah mengunjungi gadis itu?"
Pertanyaan Nichol sukses membuat setiap anggota Shceneider bersaudara memandang Alba dengan terkejut sekaligus penasaran. Hal luar biasa saat Nichol mengatakan bahwa itu gadis di saat mereka semua tahu Alba baru saja putus dari kekasihnya.
"Kak Al..." Louis menatap Alba penuh tanya.
Alba nampak berkedut kesal, seharusnya Nichol tidak menanyakan hal itu.
"Kakak sudah move on dari Anya?" Tanya Elvan.
Ekspresi Alba berubah gelap. Elvan langsung membungkam mulutnya, merasa menyesal atas apa yang baru saja diucapkannya. Tentu saja persoalan mantan pacar ini sangat mengusik Alba luar dalam.
Arsene menghela napas berat, "Mana kueku? Aku menunggu bagianku sejak tadi?"
Arsene mengulurkan tangannya. Dia berencana menetralkan suasana yang agak suram barusan. Mereka sama sekali tidak boleh mengingatkan Alba terhadap mantan pacarnya, atau Alba akan berubah menjadi garang dalam beberapa detik.
Elvan yang paham tujuan Arsene segera memotong kue untuknya. Dan suasana pesta kembali mencair dengan candaan Elvan serta Louis. Sedangkan Alba tidak berkomentar sedikit pun hingga pesta penyambutan selesai.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments