Chapter 01 - Takdir Pertemuan

_*18 April 202**4*_

[Breaking news! Seorang wanita berusia 20 tahun ditemukan tewas di dalam lift pada pukul 04:00 oleh saksi mata. Forensik menyatakan korban meregang nyawa pada pukul 02:00. Saat ini polisi masih menyelidiki kasus ini, sulitnya mengidentifikasi pelaku karena kerusakan CCTV di dalam lift.]

Seorang pria dengan hoodie menatap layar videotron yang menampilkan berita viral terbaru. Pembawa acara itu tampak dengan serius menjabarkan setiap detail yang didapatkannya dari hasil wawancara dengan saksi mata dan juga pihak penyidik.

Senyum kecil tersungging di bibirnya.

"Semakin sedikit yang kau tahu, maka akan semakin baik."

...****...

_*17 April 20**27*_

"Mengundurkan diri? Lagi?"

Seorang pria bersurai hitam memekik tertahan ketika menanyakan kondisi penjaga adik bungsunya. Dia nyaris saja berteriak, sebab ini bukanlah yang pertama kalinya. Adik bungsunya sudah membuat puluhan penjaganya mengundurkan diri mereka sendiri.

Sementara pria dengan surai putih tulang yang memberikan kabar itu kepadanya hanya diam saja. Meskipun dia juga adalah seorang kakak, sebenarnya dia tidak sepeduli itu terhadap setiap kenakalan yang dibuat oleh adik bungsu mereka. Itu adalah tahap yang normal bagi remaja mengalami masa pemberontakan.

Hanya saja yang membuat mereka khawatir adalah sikap berlebihan adik bungsu mereka. Sudah berkali - kali dia dipanggil konselor karena menciptakan kekacauan di sekolahnya.

"Padahal ini sudah yang keempat puluh tujuh..."

"Dia punya situasi terburuk di antara kita." Ujar pria bersurai putih tulang, dia menyandarkan punggungnya pada badan sofa.

"Bagaimana kalau kita buat iklan saja?"

"Bukankah dia akan merasa malu dan semakin tidak mau menerima keberadaan penjaga di sampingnya?"

"Tidak ada yang bisa menggantikan posisi Paman Mo. Haish... aku benar - benar dipusingkan dengan sikapnya. Meskipun aku sudah mencari keberadaan Paman Mo di banyak tempat, nyatanya tidak ada hasil apa pun."

"Kau benar, kita harus membuat iklan."

"....."

"Apa?"

"Kenapa saat aku mengusulkannya kau tidak langsung menyetujuinya saja?!"

...****...

Alba berjalan dengan langkah lunglai di trotoar. Pria bersurai hitam itu masih memikirkan bagaimana caranya agar bisa mendapatkan penjaga yang berkualitas seperti Paman Mo. Tidak hanya kuat secara fisik, namun juga memiliki kesabaran dan hati yang lembut untuk membimbing adik bungsunya perlahan supaya bisa meninggalkan kebiasaan buruknya.

"Aku nyaris saja putus asa..."

Langkah Alba berhenti ketika pandangannya menangkap sekumpulan pria berbadan kekar serta pakaian serba hitam. Mata mereka semua tertutup oleh lensa dari kacamata hitam dan kepala mereka benar - benar bersih dari sehelai rambut.

Apa ini hari kesialanku?

Saat Alba hendak mengambil langkah mundur, orang - orang itu menyadari kehadirannya dan melangkah cepat mengelilingi Alba. Mereka tidak membiarkan Alba untuk melarikan diri.

"Mau kuantar Kak? Ini sudah malam soalnya. Dan aku membaca berita kalau ada preman yang suka memalak pejalan kaki dan pemotor menggunakan senjata tajam di jalan yang biasa kau lewati."

Seketika Alba merasa menyesal dalam hatinya karena tidak menerima tawaran adik ketiganya yang mau mengantarnya. Alba malah menampik fakta kalau ada preman di sini karena biasanya juga dia aman - aman saja saat melewati jalan ini. Sekarang lihatlah? Dia menginjak kulit durian setelah menolak menggunakan sepatu.

"Pakaianmu sepertinya mahal, tuan. Kau pasti mempunyai banyak uang untuk membelinya, bukan?" Tanya salah satu preman.

Dalam hatinya Alba mengumpat kesal dengan imajiner dirinya yang sedang menendang para preman itu sambil tertawa iblis. Dia bukannya tidak mampu melawan bajing*n seperti mereka, hanya saja waktunya sekarang tidak tepat. Alba sangat sulit fokus karena kelakuan adiknya yang membuatnya kembali bertemu ruang konseling.

"Aku membelinya dengan hampir sebagian simpananku agar aku terlihat rapi saat melakukan interview." Alba melemparkan kebohongan pada lima preman dengan pakaian mewah.

Sebenarnya dari penampilannya saja, Alba tidak bisa mengatakan kalau mereka preman. Mereka terlalu rapi dan berkharisma dari segi pakaian. Kalau mereka adalah mafia atau yakuza, barulah Alba akan percaya. Tapi karena dalam berita dikatakan mereka adalah preman, maka apa boleh buat.

Karena ini bukan novel detektif, jadi mereka bukan mata - mata 'kan?

Salah satu preman itu tersenyum miring, "Jangan berbohong! Aku tahu berapa harga jam tanganmu hanya dalam sekali lihat. Kau tidak bisa menipuku New Head Family of Shceneider~"

Alba terperanjat. Dia sadar, wajahnya sebagai kepala keluarga Shceneider pasti sudah banyak terpampang di berbagai situs serta berita di layar kaca. Alba menyesal, seharusnya dia tidak melakukan konferensi pers saat pergantian kepala keluarga.

Yah, konferensi pers itu tidak bisa dihindari mengingat keluarganya yang masih berpengaruh dalam dunia teknologi meskipun orang yang sebenarnya berurusan langsung dengan dunia itu sudah meninggal.

Alba mendengus kesal, "Baiklah. Kalian mengetahui identitasku. Tapi bukan berarti aku akan menyerahkan hartaku kepada kalian."

"Ho? Sombong sekali."

Preman dengan wajah paling sangar itu menjentikkan jarinya. Alba jadi waspada ketika keempat preman berseragam itu mengepung dirinya sambil memegang senjata tajam.

Cih, aku makin optimis kalah.

Tubuh Alba membeku saat menyadari kedua kakinya semakin berat untuk digerakkan.

Hey... hanya karena aku mendadak berlari lima kilometer kemarin tanpa pemanasan dan sekarang kakiku gempor? Sialan, kakiku mulai mati rasa.

Alba semakin memperbanyak sumpah serapah dalam hatinya. Berusaha meminimalisir amarah yang bergegolak dalam dirinya. Jujur, dia tidak pernah merasa bahwa ada hari sesial ini dalam hidupnya.

"Kenapa? Kakimu tidak bisa digerakkan?"

Alba berdecak saat ketua preman itu tahu kondisi buruknya sekarang ini, pihak mereka semakin diuntungkan. Dia tertawa terbahak - bahak sampai Alba menyumpahinya tersedak karena angin atau apa pun itu.

Salah seorang anak buahnya mendadak berlari ke arahnya sambil mengacungkan senjatanya ke arah Alba. Mata pisau dari senjatanya tampak sangat tajam, sepertinya baru diasah. Refleks Alba memejamkan matanya sambil mengepal erat kedua tangannya.

Aku janji jika ada yang menolongku saat ini akan kujadikan penjaganya Kei, bahkan boleh tinggal di mansionku juga!

BUGH

Dalam pendengarannya, Alba bisa mendengar suara - suara yang ditimbulkan akibat pukulan atau mungkin tendangan. Dia tidak tahu karena tidak melihatnya.

"Tuan, tolong menjauh dari tempat ini. Biar aku yang mengurus mereka."

Sebuah suara feminin nan lembut menyapu pendengarannya. Alba yang penasaran memilih mengintip apa yang sedang terjadi pada para preman itu karena sejak tadi dia tidak merasa bagian tubuh mana pun disentuh senjata tajam.

Saat pandangannya bisa melihat jelas keadaan sekitar. Yang bisa dirinya lihat adalah seorang gadis bersurai kamelia sedang menendang para preman. Gadis itu dengan lihai menggerakkan badannya layaknya angin ketika menghindari serangan senjata tajam yang mereka bawa.

Ketika Alba tersadar sepenuhnya, ternyata ada dua preman yang sudah terkapar di dekat kakinya. Sesuai permintaan gadis itu, awalnya Alba juga ingin melarikan diri. Namun dia tidak tega karena menyadari gadis itu yang mulai kewalahan menghadapi para preman yang menang jumlah.

Alba mengambil ponsel di sakunya dan menelepon nomor darurat. Saat panggilan tersambung pada sebuah kantor kepolisian, segera Alba meringkas kejadian yang menimpa dirinya juga gadis itu.

Alba berjongkok di dekat kedua preman yang sudah kehilangan kesadarannya akibat pukulan maut dari gadis itu. Alba mencoba meraba mereka, mana tahu ada keterangan lebih lanjut mengenai identitas mereka. Sesuai perkataan Arsene, mereka adalah orang - orang yang meresahkan.

"Tidak ada apa - apa."

Alba mendadak mati kutu ketika tubuh seseorang terlempar tak jauh dari kepalanya melewati dirinya dan menabrak dinding pembatas di belakangnya. Dia semakin panik saat tahu tubuh yang terlempar adalah gadis itu.

Heh... polisi cepatlah datang!

Alba mundur perlahan dan menghampiri gadis malang yang memiliki banyak luka lebam dan dua luka tusuk, tidak dalam namun tetap terasa sakitnya. Alba menggeram kesal ketika ketiga pria sisanya memojokkan mereka sambil menodongkan senjata tajam mereka yang dua di antaranya sudah berlumuran darah.

Tak lama, suara sirene polisi memenuhi udara. Para preman itu tampak gelisah dan kacau, tapi tidak ada lagi waktu untuk kabur sehingga saat beberapa polisi mengarahkan pistol mereka pada para preman itu, mereka hanya mati gaya dan pasrah kedua tangannya diborgol.

Dua polisi lainnya mengangkut tiga preman yang sudah tak sadarkan diri. Sementara yang lainnya mencoba mencari tahu kondisi Alba dan gadis itu yang menjadi korban. Alba diminta untuk menjadi saksi mata oleh polisi muda tersebut.

"Boleh saja. Asalkan gadis ini dibawa dulu ke rumah sakit." Pinta Alba.

"Saya sudah memanggil ambulans."

Alba mengangguk, kemudian melirik pada gadis itu lagi. Kalau dilihat lebih lama, gadis ini punya wajah yang menawan meski tertutupi oleh banyak luka lebam. Alba mendadak ingat kembali apa yang dijanjikannya pada dirinya sendiri sebelum gadis ini datang menyelamatkannya.

Ah... setelah siuman aku akan bertanya padanya.

...****...

"Kau agak telat, Kak. Ini sudah sangat larut. Kemana saja?"

Saat Alba memasuki mansion, adik ketiganya berdiri di sana menyambutnya. Tapi Alba yakin jika dia ada di sana bukan untuk menyambut dirinya melainkan kebetulan saja ada di sana.

"Arsene, kau benar tentang preman itu."

Pria bersurai putih tulang itu mengangkat sebelah alisnya lalu mengangguk mengerti. Tanpa Alba menjelaskan pun dia sudah paham skenario yang ada. Karena beberapa saat lalu aplikasi berita favoritnya memberitakan bahwa preman meresahkan di jalan itu sudah dibekuk kawanan polisi.

"Kakak menjadi saksi mata?"

Alba mengangguk, "Aku ditolong oleh seorang gadis dan sekarang gadis itu terluka parah. Sekujur tubuhnya dipenuhi lebam dan ada dua luka tusuk. Karena merasa bersalah, biaya rumah sakit semua kutanggung."

"Hari ini kau lemah."

"Bukan begitu!" Alba berdecak pelan. "Karena kemarin aku lari jarak jauh tanpa pemanasan dan sekarang aku kena imbasnya. Kakiku mati rasa. Percayalah, ke sini saja aku perlu diantar pihak kepolisian."

"Aku mengerti."

Alba menghempaskan tubuhnya ke atas sofa. Membiarkan kepalanya dipenuhi oleh kelembutan dari bantal sofa. Ini adalah teknik relaksasi yang dilakukan olehnya ketika merasa letih setelah bekerja atau karena aktifitas lainnya.

"Untuk makan malam kau mau daging sapi atau ayam?" Tanya Arsene yang melenggang menuju dapur.

"Kau bertanya apa pun juga yang tersaji di atas meja makan pasti adalah pasta. Jadi terserahmu sajalah." Jawab Alba dengan malas. Pasta adalah masakan keahlian Arsene yang paling tidak mengecewakan.

Alba memandang seisi mansion. Yang terlihat hanya Arsene saja, mungkin saudara - saudaranya yang lain masih berada diluar. Apalagi adik pertamanya, pria itu selalu berkeliling tokonya di berbagai kota dengan alasan mengawasi.

Arsene kembali ke ruang tamu sambil mengenakan celemek. Dia mengambil ponsel miliknya yang tergeletak di atas meja, memastikan notifikasi yang masuk kemudian meletakkannya kembali.

"Apakah Idol Tour Elvan belum selesai? Soalnya sampai hari ini aku belum mendapatkan surel darinya."

Arsene terdiam sejenak mencoba mengingat - ingat, "Dia menelepon lewat telepon rumah sore tadi ketika kau masih di kantor."

"Eh? Apa yang dikatakannya?"

"Dia akan pulang besok sore."

"Baguslah. Semuanya akan kembali pulang. Aku senang sekali, karena..."

Ingatan Alba terlempar pada masa ketika semua anggota keluarganya masih lengkap serta tambahan kehadiran seorang pria tua bijak yang menjaga adik bungsunya dengan begitu telaten.

Menyadari kebisuan Alba, Arsene tak bergeming.

"Rumah ini sudah terlalu lama sepi."

TBC

Terpopuler

Comments

kalau mata mata tidak mungkin bergerombol dengan tampilan mencolok di tempat umum.

2024-01-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!