ANANTARA - 3 Penjelasan

"Abi..."

Aku mendengar Ali yang kini berteriak sembari berlari kecil ke arah pria yang kini baru turun dari dalam mobil.

Aku tahu begitu rindunya Ali pada Abi nya itu, bagaimana tidak rindu, anak berusia lima tahun itu sudah hampir setengah bulan tak bertemu sosok Abi nya itu.

Terlihat sorot mata yang berbinar di kedua mata Ali ketika ia berada dalam pangkuan mas Adam. Tak henti-hentinya Ali menciumi pipi Abi nya itu sampai terdengar gelak tawa dari keduanya.

"Abi darimana saja? Ali kan kangen sama Abi!" Ucap Ali masih dalam gendongan mas Adam.

Mas Adam yang kini menggendong Ali berjalan mendekat ke arahku yang tengah duduk di kursi yang ada di teras rumah.

"Assalamualaikum," salam mas Adam.

"Waalaikum salam, tumben mas pulang, tidak menghilang lagi." Ucapku ketus, masih merasa kesal kepadanya.

Mas Adam yang mendengar ucapan ku hanya bisa tersenyum sendu.

"Maafkan mas, baru bisa pulang sekarang." Mas Adam yang masih menggendong Ali mencoba meraih puncak kepalaku dengan tangannya kemudian ia mengelus lembut kepalaku.

"Kita ngobrol di dalam saja yah," ajak mas Adam kepadaku.

Aku pun mengikuti mas Adam yang berjalan masuk ke dalam rumah bersama Ali. Rasanya seperti sudah sangat lama aku melihat pemandangan yang seperti ini.

Biasanya aku akan menyambut mas Adam yang baru pulang kerja dengan senyuman hangat dan rasa rindu yang teramat.

Namun kini, rasa kesal dan amarahku masih teramat besar kepadanya.

Mas Adam langsung duduk di ruang keluarga bersama Ali. Tak henti-hentinya Ali memeluk sosok Abi nya itu, aku yang melihat hal itu membuat hatiku sedikit tergores.

Bagaimana jika aku tak bisa kuat menjalani semua cobaan ini? Apa harus aku relakan Ali berpisah dengan Abi nya.

"Kenapa melamun disitu, mas tau kamu masih marah, tapi duduk dulu disini, ada yang harus mas katakan." Ucap mas Adam sembari menepuk-nepuk sofa agar aku duduk di sampingnya.

Aku yang enggan berseteru dengan mas Adam di hadapan Ali pun mengikuti apa yang mas Adam ucapkan.

Ku dudukkan bokongku ini di samping mas Adam.

"Tunggu sebentar yah,"

Mas Adam kemudian bangkit lalu keluar sebentar, ia kembali dengan membawa keresek putih besar sembari tersenyum lebar ke arahku dan Ali.

"Nah, lihat Abi bawakan apa untuk Ali." Ucapnya setelah sampai di depan Ali.

"Wah! Abi bawa apa itu! Mainan! Iya kan!" Ali terlihat begitu gembira, ia menepuk-nepukkan kedua tangannya.

"Wah, anak Abi pinter banget, Abi minta maaf yah, sudah buat Ali menunggu lama, makannya Abi belikan Ali mainan," ucap mas Adam kepada Ali.

Mas Adam pun memberikan bungkusan keresek besar itu kepada Ali. "Ya sudah, Ali main dulu di kamar yah, Abi mau pinjam Umma nya sebentar, boleh?" Tanyanya lagi.

"Boleh Abi, makasih yah Abi, Ali sayang sekali sama Abi!" Ucap Ali sembari pergi meninggalkan aku dan mas Adam berdua di ruang keluarga ini.

Biasanya dulu, mas Adam juga sering melakukan hal seperti ini ketika ingin berduaan denganku tanpa di ganggu Ali.

Mas Adam dulu sering pergi ke luar kota, ia bilang ada tugas penting dari kantor yang membuatnya harus pergi kesana setiap sebulan kadang dua minggu ia pergi. Karena itu setiap pulang ke rumah, mas Adam selalu membelikan Ali mainan agar bisa berduaan denganku.

"Aisyah," ucap mas Adam memanggil namaku.

Aku pun yang tengah melamun mengingat masa dulu kini tersadarkan karena panggilannya.

"Iya mas," balasku singkat.

Aku menatap lurus ke arah tv yang kini tengah menayangkan kartun kesukaan Ali. Enggan untuk menatap mas Adam yang aku yakin jika aku menatapnya, rasa kesal dan amarah yang yang ada di hatiku ini tak bisa ku pendam lagi.

Mas Adam membawa tangannya meraih tanganku. Aku yang merasakan sentuhan mas Adam kembali hanya bisa memejamkan mataku sejenak.

Rasa canggung yang selama ini tak pernah kurasakan di saat bersama mas Adam.

"Mas mohon, maafkan mas, mas bisa jelaskan semua ini." Ucap mas Adam, ia menggenggam tanganku dengan kuat.

"Mas memang salah, mas tahu kamu pasti sangat marah kepada mas, tapi mas benar-benar tak berniat untuk menyakitimu,"

Aku yang mendengar ucapan mas Adam pun tak tahan menahan air mata yang kini berada di pelupuk mataku.

Aku menatap wajah mas Adam yang tak ada bedanya denganku kini, wajahnya sudah basah karena air matanya.

"Mas tidak berniat menyakitiku! Tapi apa ini mas! Mas sudah sangat melukai perasaanku!" Ucapku dengan emosi.

"Mas tau, mas sudah melukai perasaanmu, tapi mas tidak berniat seperti itu, maafkan mas."

"Tidak berniat! Mas setengah bulan ini aku tersiksa dengan pikiranku mas! Aku istrimu! Yang kamu tinggalkan sendirian disini! Tanpa satu kabar kejelasan darimu!"

"Di saat pertama wanita itu datang kesini! Aku sama sekali tak mengerti apa maksudnya! Aku pikir mungkin wanita itu salah orang! Tapi, kamu malah datang dan memeluk wanita itu di hadapan ku! Di hadapan istrimu sendiri!" Lanjut ku.

Aku mencoba menahan emosiku, aku takut jika Ali akan mendengar semua perseteruan ku dengan mas Adam.

"Mas tau mas salah, mas minta maaf, tapi mas juga tidak tahu mengapa jadi begini." Jawab mas Adam yang sama sekali tak membuat amarahku mereda.

"Lalu, disaat itu! Kamu malah menyebut wanita itu adalah istrimu! Aku istrimu mas! Bukan dia! Bagaimana kamu bisa menyebut wanita itu istrimu sedangkan aku tengah berada di hadapanmu!" Ucapku lagi.

"Dengarkan mas, mas akan jelaskan semuanya, mas mohon dengarkan dulu." Mohon mas Adam kepadaku.

Aku pun mencoba menenangkan diriku, "Baik, jadi apa penjelasan yang akan mas sampaikan! Penjelasan apa yang bisa membuatku mengerti!"

"Dengar,"

"Mas minta maaf sebelumnya, mas tau mas memang salah," ucapnya dengan suara yang lirih.

"Wanita itu, memang benar istri mas juga," ucap mas Adam dengan hati-hati sembari menatapku dengan tatapan ragunya.

Rasanya sakit ketika mengetahui kebenaran yang enggan ku yakini kini keluar dari mulut mas Adam sendiri.

"Tapi! Dengar dulu,"

"Mas memang menikahinya lebih dulu daripada kamu, tapi pernikahan itu hanya di ketahui oleh aku dan bapak saja,"

"Dulu saat mas ditugaskan bekerja di Yogyakarta, mas bertemu dengan Erika," lanjutnya, sebenarnya hati ini terasa enggan untuk mendengar semua fakta yang menyakitkan ini.

Namun, aku harus kuat dan mencoba mendengarkan apa yang sebenarnya terjadi di dalam rumah tanggaku ini.

"Iya, Erika adalah nama wanita itu, dia Erika dan mas dulu satu pekerjaan."

"Kami berdua, saling mencintai," ucapnya dengan sangat lirih, seakan takut membuatku semakin terluka.

Tapi, memang benar, hati ini rasanya semakin sakit ketika tahu bahwa mas Adam memang mencintai wanita itu.

"Aku tidak tahu bagaimana, saat itu aku bisa terpengaruhi hawa nafsuku, yang membuatku terjerat dalam hubungan yang haram dengan Erika." Jelas mas Adam lagi.

Membuatku kini sedikit terkejut dan tentunya sakit, mengetahui suamiku sudah berhubungan dengan wanita lain sebelum aku.

"Dia hamil?" Tanyaku tiba-tiba kepada mas Adam.

Takut-takut apa yang kupikirkan benar terjadi.

Aku melihat mas Adam menggelengkan kepalanya kecil.

"Dia tidak hamil,"

"Tapi, aku yang merasa salah sudah mengotorinya saat itu sudah tak tahu arah dan kalang kabut. Aku hanya bisa menyesali perbuatan ku itu," mas Adam masih menatapku dengan air mata yang masih berurai.

"Di hari itu, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan, sampai saat aku mendengar kabar dari ibu bahwa ibu dan bapak akan menjodohkan aku denganmu, Aisyah."

"Setelah mendengar hal itu, aku semakin bingung, aku sudah mengotori seorang wanita, lalu aku malah akan menikah dengan wanita lain setelah melakukan hal itu."

"Itu membuatku semakin bingung, takut dan rasa bersalah."

"Aku pun pergi menemui bapak dibelakang ibu, menceritakan semua hal yang sudah ku perbuat."

Mas Adam berhenti sejenak, ia terisak dalam tangisnya, aku yang merasa kesal dan marah kini malah merasa iba.

Aku mencoba memegang tangan mas Adam yang masih menggenggam sebelah tanganku.

"Tentunya bapak begitu marah besar kepadaku di hari itu, awalnya bapak akan membatalkan perjodohan kita dan membiarkan aku bertanggung jawab kepada Erika."

"Namun, melihat ibu yang sangat antusias dan sangat senang ketika tahu aku akan di jodohkan dengan kamu, seorang wanita Sholehah, yang cantik juga baik,"

"Bapak tidak tega, apalagi ibu memiliki penyakit jantung, maka dari itu aku dan bapak memilih untuk menyembunyikan semua ini dan kembali melanjutkan perjodohan ku denganmu."

"Tapi, bapak tetap menyuruhku untuk bertanggung jawab kepada Erika yang sudah ku kotori, akhirnya aku pun menikahinya seminggu sebelum acara ta'aruf kita."

Aku yang mendengarkan semua penjelasan yang mas Adam ucapkan hanya bisa diam dalam tangisanku. Tak tahu apa yang harus ku lakukan sekarang, merasa kesal, marah, namun apa lagi yang bisa ku perbuat.

"Apa mas sudah memiliki anak dengannya?" Tanyaku lagi.

Dan untungnya mas Adam menggelengkan kepalanya, membuatku sedikit tenang. Ternyata hanya Ali anak mas Adam.

"Apa mas tidak bisa memilih salah satu di antara aku dan dia?" Tanyaku lagi, yang masih tak bisa ikhlas atas apa yang terjadi.

Mas Adam menundukkan kepalanya. Ia seakan enggan menjawab pertanyaan ku.

"Mas, apa mas mencintaiku? Seperti yang wanita itu katakan, mas dan dia menikah karena cinta," ucapku sembari memberikan jeda sebentar sebelum melanjutkan ucapan ku.

"Sedangkan aku, kita menikah karena perjodohan ini, apa mas, mencintaiku?"

Mas Adam terlihat mengangkat wajahnya, menatapku dengan tatapan yang tak bisa ku artikan.

"Mas sangat mencintaimu, mas yakin, kamu bisa bilang mas adalah lelaki bejat, di saat pertama mas bertemu denganmu, mas benar-benar jatuh hati, walau mas sudah menikah dengan Erika,"

"Mas tahu mas sangat gila sebagai pria, tapi dalam hati mas, yang bisa mas katakan hanyalah kata tahmid bisa bertemu dengan wanita sepertimu, Aisyah." Ucap mas Adam, dan ucapan itu sedikit membuat hatiku sedikit terobati.

"Lalu mas, apa yang akan mas lakukan sekarang?"

"Aku merasa tidak sanggup jika harus membagi suamiku dengan wanita lain mas, aku tahu dalam agama itu suatu hal yang boleh, tapi rasanya, aku belum siap mas, bukan,"

"Aku tidak bisa mas, aku tidak bisa dan tidak mau untuk mas madu!" Ucapku mengeluarkan isi hatiku, Isak tangis pun terdengar di ruang keluarga ini.

Aku menangisi keadaanku kini yang tak mau suamiku di miliki wanita lain tapi aku juga tak mau di tinggalkan suamiku.

Kasarnya aku ingin mas Adam menceraikan wanita itu, tapi aku tak yakin apa bisa mas Adam melakukan hal itu.

Mungkin, malah aku yang akan mas Adam ceraikan.

"Maafkan mas, tapi mas pun tak bisa mengambil keputusan itu sekarang, mas hanya bisa meminta kepadamu, tolong untuk mengerti keadaan mas sekarang," ucap mas Adam sembari memohon kepadaku.

"Mengerti keadaan mu mas! Lebih baik ceraikan aku, aku tak bisa memikirkan jika suamiku bersama wanita lain yang juga berstatus sebagai istrinya! Aku tak bisa mas, demi Allah aku tidak sanggup mas,"

"Astaghfirullah, Aisyah! Jangan berbicara seperti itu! Bagaimana pun kamu itu istriku! Aku mencintaimu! Dan demi Allah aku juga tidak akan menceraimu!" Ucap mas Adam sembari membawaku ke dalam pelukannya.

Aku mengeluarkan seluruh tangisanku di dalam pelukannya. Pelukan yang sudah sangat lama aku rindukan.

Ya Tuhan, bagaimana ini?

Bagaimana kelanjutan rumah tanggaku ini, apa bisa aku terus menjalani semua ini?

Apa aku akan kuat menjalani semua ini?.

Terpopuler

Comments

amalia gati subagio

amalia gati subagio

jebakan madu keluarga cemara, masihkah sesuai syariat dan adap????
plz perempuan jgn terlalu rendah meletak & menghargai harkad martabatmu, nilaimu seharga janji diatas ingkar!!! bagai mana mau jg madrasah pertama anakmu, dungumu terlalu bebal dilap senyem menipu wajah bertopeng hati srigala berbulu domba dgn lisan penjual kecap nomor 1 diemper pasar rakyat???

2022-11-10

1

❤️

2022-08-04

1

lihat semua
Episodes
1 ANANTARA - 1 Tamparan keras
2 ANANTARA - 2 Penjelasan yang tertunda
3 ANANTARA - 3 Penjelasan
4 ANANTARA - 4 Kembali Terluka
5 ANANTARA - 5 Menginginkan anak darimu!
6 ANANTARA - 6 Telepon dari Bapak
7 ANANTARA - 7 Kucing dan Anjing
8 ANANTARA : 8 Istrimu itu Aisyah
9 ANANTARA : 9 Meminta Ijin
10 ANANTARA - 10 Bangunkan Mas Adam
11 ANANTARA - 11 Terbakar Api Cemburu
12 ANANTARA - 12 Pilihan Ibu
13 ANANTARA - 13 Hati yang Hancur
14 ANANTARA - 14 Tidak Sendirian lagi
15 ANANTARA - 15 Kedatangan Abi dan Ummi
16 ANANTARA - 16 Penjelasan kepada Abi dan Ummi
17 ANANTARA - 17 Aku Akan Tinggal Di sini!
18 ANANTARA - 18 Serumah
19 ANANTARA - 19 Aku Cemburu
20 ANANTARA - 20 Rasa Takut
21 ANANTARA - 21 Mual - Mual
22 ANANTARA - 22 Umma!
23 ANANTARA - 23 Ali Gak Mau Punya Adek!
24 ANANTARA - 24 Leukemia
25 ANANTARA - 25 Bukan Aku Mas!
26 ANANTARA - 26 Tipu Daya Erika
27 ANANTARA - 27 Mas Rizal
28 ANANTARA - 28 Menyayangkannya
29 ANANTARA - 29 Aisyah tak sadarkan diri
30 ANANTARA - 30 Maafkan Mas
31 ANANTARA : 31 Wanita Gila
32 ANANTARA - 32 Tetangga Baru
33 ANANTARA - 33 Ketakutan
34 ANANTARA - 34 Aku yang Mengalah
35 ANANTARA : 35 UMMA! AWAS!
36 ANANTARA - 36 Sudah Terlambat Mas!
37 ANANTARA - 37 CUKUP MAS!
38 ANANTARA - 38 Untuk Apa Terus Memaksa?
39 ANANTARA - 39 Perpisahan
40 ANANTARA - 40 Resmi bercerai
41 ANANTARA - 41 KETERLALUAN!
42 ANANTARA - 42 Siapa Dia!
43 ANANTARA - 43 Menikahlah denganku.
44 Maaf :(
45 ANANTARA - 44 Mainan Baru
46 ANANTARA - 45 Bersikap Dewasa
47 ANANTARA - 46 Aisyah yang Berbeda.
48 ANANTARA - 47 Izinkan aku meminangmu
Episodes

Updated 48 Episodes

1
ANANTARA - 1 Tamparan keras
2
ANANTARA - 2 Penjelasan yang tertunda
3
ANANTARA - 3 Penjelasan
4
ANANTARA - 4 Kembali Terluka
5
ANANTARA - 5 Menginginkan anak darimu!
6
ANANTARA - 6 Telepon dari Bapak
7
ANANTARA - 7 Kucing dan Anjing
8
ANANTARA : 8 Istrimu itu Aisyah
9
ANANTARA : 9 Meminta Ijin
10
ANANTARA - 10 Bangunkan Mas Adam
11
ANANTARA - 11 Terbakar Api Cemburu
12
ANANTARA - 12 Pilihan Ibu
13
ANANTARA - 13 Hati yang Hancur
14
ANANTARA - 14 Tidak Sendirian lagi
15
ANANTARA - 15 Kedatangan Abi dan Ummi
16
ANANTARA - 16 Penjelasan kepada Abi dan Ummi
17
ANANTARA - 17 Aku Akan Tinggal Di sini!
18
ANANTARA - 18 Serumah
19
ANANTARA - 19 Aku Cemburu
20
ANANTARA - 20 Rasa Takut
21
ANANTARA - 21 Mual - Mual
22
ANANTARA - 22 Umma!
23
ANANTARA - 23 Ali Gak Mau Punya Adek!
24
ANANTARA - 24 Leukemia
25
ANANTARA - 25 Bukan Aku Mas!
26
ANANTARA - 26 Tipu Daya Erika
27
ANANTARA - 27 Mas Rizal
28
ANANTARA - 28 Menyayangkannya
29
ANANTARA - 29 Aisyah tak sadarkan diri
30
ANANTARA - 30 Maafkan Mas
31
ANANTARA : 31 Wanita Gila
32
ANANTARA - 32 Tetangga Baru
33
ANANTARA - 33 Ketakutan
34
ANANTARA - 34 Aku yang Mengalah
35
ANANTARA : 35 UMMA! AWAS!
36
ANANTARA - 36 Sudah Terlambat Mas!
37
ANANTARA - 37 CUKUP MAS!
38
ANANTARA - 38 Untuk Apa Terus Memaksa?
39
ANANTARA - 39 Perpisahan
40
ANANTARA - 40 Resmi bercerai
41
ANANTARA - 41 KETERLALUAN!
42
ANANTARA - 42 Siapa Dia!
43
ANANTARA - 43 Menikahlah denganku.
44
Maaf :(
45
ANANTARA - 44 Mainan Baru
46
ANANTARA - 45 Bersikap Dewasa
47
ANANTARA - 46 Aisyah yang Berbeda.
48
ANANTARA - 47 Izinkan aku meminangmu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!