04. TLTR

"Katakan," ucap Reymond setelah berada di Apartemen yang ia tinggali selama di Milan.

"Mereka adalah anak buah dari Green Snake. Ternyata kepergian Tuan telah diketahui mereka," sahut Alex hati-hati.

Mendengar nama kelompok musuhnya membuat darahnya mendidih. "Kirimkan beberapa orang untuk menjaga sekitar wanitaku," gumamnya lirih.

"Cari tahu siapa sebenarnya wanitaku dan siapa pria yang datang ke Apartemen tadi," sambungnya. Memikirkan betapa perhatiannya Elysia pada pria yang bernama Dean itu menjadi geram.

Alex mengangguk hendak keluar dari Apartemen Reymond tetapi urung karena ucapan dari sang Bos.

"Lenyapkan dua orang itu dan cepat temukan identitas wanitaku dan kamu urus semua agar dia tetap menjadi milikku," ucap Reymond hanya diangguki Alex.

Bagi Alex, permintaan Reymond adalah perintah baginya. Apalagi, melihat bagaimana Reymond menatap Elysia penuh minat sejak pertama bertemu.

Alex menggeleng ketika rintangan badai yang hendak menerpa jika Reymond salah melangkah.

...****...

"Kamu sudah siap?" tanya Dean setelah tiba di Apartemen Elysia. Keduanya berencana akan ke Pusat Perbelanjaan untuk membeli alat lukis keduanya.

Elysia mengambil tas selempang seraya mengangguk. "Sudah. Traktir ya!"

Dean mengangguk sembari mengacak rambut Elysia membuat gadis itu merengut karena rambutnya menjadi sedikit berantakan.

"Kak. Jangan seperti ini, ingat! nanti pacar kakak salah paham lagi," cicit Elysia karena tidak ingin di labrak pacar Dean yang pencemburu.

"Kamu kan tahu, kalau Kakak begitu sayang padamu!" seru Dean benar adanya. Sebagai anak tunggal tentu saja dirinya begitu menginginkan seorang adik.

Seharusnya dirinya memanggil Elysia adalah kakak sesuai tutur keluarga. Namun, keduanya sepakat untuk tak mempermasalahkan itu.

"Kita makan dulu," tutur Dean saat memasuki Kereta Bawah Tanah, berjalan beriringan bersama Elysia.

Tanpa mereka sadari, tampak dua pria bertubuh kekar sedari tadi terus mengikuti mereka dengan menjaga jarak.

Keluar dari Kereta Bawah Tanah setelah berhenti di Stasiun selanjutnya. Elysia merangkul lengan Dean sama seperti biasa ia lakukan kepada tiga pria yang dipanggilnya Kakak. Siapa lagi kalau bukan Edzard, Aaron, Dean, dan Daren.

...****...

Keduanya memilih duduk di sudut ruanga. Duduk berhadapan, meja bundar sebagai penghalang. Tempat duduk terbuat dari rotan, lukisan-lukisan wajah wanita yang cantik menggugah Elysia untuk memotretnya.

"Makan dulu, El!" seru Dean namun Elysia tetap fokus pada ponselnya membuat Dean harus menyuapi gadis itu.

"Bagaimana kencan buta kemarin?" tanya Dean seraya memakan makanan nya.

Satu loyang Pizza Premium itu sudah habis separuh akibat ulah Elysia. "Mata dia seperti tak asing bagiku, Kak!"

Dean langsung menghentikan kunyahan, menaruh potongan pizza kembali ke loyang. "Maksud, kamu?"

Elysia mengedikkan bahu, masalahnya merasa tak yakin dengan dugaan nya.

Beberapa saat lalu, usai makan siang Dean memakaikan mantel Elysia lalu mengajak ke Pusat Perbelanjaan dekat Restoran Pizza tadi.

Elysia melihat keranjang belanjaannya. Pensil, penghapus, pensil warna, krayon, kuas, kanvas, cat air, dan palet cat sudah berada dalam keranjang belanja. Ia tersenyum melihat semua alat lukis itu.

"Katanya minta beliin kanvas dan cat air. Tahunya semua," ledek Dean membuat Elysia tertawa.

"Aji mumpung, kak!"

Langkahnya melambat melihat seseorang yang baru di kenalnya sedang berjalan mesra oleh seorang wanita. Sifat dasar Elysia yang ramah terhadap orang yang dikenalnya membuatnya berjalan mendekati pria itu membiarkan Dean membayar semua belanjaan.

"Kak Reymond," panggilnya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***