"Kemaskan barangmu sebentar lagi check out,"
"Habis itu kemana lagi?" tanya Viola.
"Akhirat,"
"Aku nanya bener lho ini, kalo ke akhirat aku belum siap jadi jangan ajak aku," Viola mngerucutkan bibirnya.
"Kamu budek waktu saya bilang tadi?"
Viola menyengir. "Lupa,"
"Nurut saja apa kata saya," ucap Ardo.
Lagi-lagi Viola mencebik kesal, benar-benar Kulkas berjalan, pikir Viola.
Setelah melakukan check out, mobil milik Ardo melaju menuju ke sebuah apartemen elit yang berdiri dengan kokohnya.
Ardo memasuki lobi apartemen, para karyawan yang berlalu lalang di sana seketika berhenti lalu memberikan hormat pada Kulkas itu, Viola mengernyit heran, mungkinkah Ardo pemiliki apartemen elit ini? benak Viola.
Mereka masuk ke dalam lift, Ardo memencet angka 36 yang menandakan lantai paling atas. Lantai atas merupakan apartemen VVIP yang sengaja didesain untuk para kalangan atas. Mereka masuk ke dalam pintu yang lain dari yang lainnya.
"Wow," hanya kata itu yang mampu Viola ucapkan setelah masuk ke dalam apartemen tersebut. Viola berdecak kagum melihat interior apartemen ini, sangat elegan dan klasik. Sekedar memberi tau, Viola itu sangat suka yang namanya barang atau ruangan dengan sentuhan klasik seperti ini.
Sambil menarik kopernya, Viola mengelilingi ruang tamu Ardo. Apapun yang dapat ia sentuh maka akan ia sentuh layaknya orang yang tidak pernah melihat barang mewah.
"Jangan sentuh, nanti jatuh."
Viola mendelik kesal kearah Ardo yang sedang duduk di sofa. Ia hanya menyentuh sedikit bukan memegangnya, dasar Kulkas pelit.
Lalu Viola beralih ke sebuah foto yang menampilkan seorang bocah yang hanya mengenakan celana pendek kotor tertawa bersama ayahnya yang sedang membajak sawah menggunakan kerbau sebagai alat pembajaknya.
Kemudian Viola beralih lagi ke sebuah foto yang menampilkan tiga orang perempuan bali yang menjunjung sebuah keranjang yang berisi buah-buahan di sana. Viola dapat mentaksir foto ini di ambil pada tahun sekitar 1930an.
"Kamu suka ngoleksi foto foto lama ya?"
"Punya mata buat ngeliat kan? Atau mata kamu udah rabun?"
Lagi-lagi Viola mendelik kesal dengan mulut cabe Ardo. "Tinggal jawab aja napa susah banget!"
Viola menghentakkan kakinya kesal. "Kamarku di mana?" tanya Viola.
"Di atas," jawab Ardo yang sudah menaiki tangga. Viola mengekor saja.
Di lantai atas apartemen ini, Viola mengernyit bingung melihat sofa yang menghadap kesebuah tirai putih besar itu. Lagi-lagi Viola berdecak takjub ketika tirai itu terbuka yang menampakkan sebuah pemandangan lalu lintas dari ketinggian yang dibatasi kaca transparan tebal.
"Indah sekali," gumamnya.
"Di sini kenapa nggak ada foto?" tanya Viola bingung karena di lantai ini bersih tanpa foto atau peralatan apa pun selain dinding putih beserta satu sofa tadi.
"Suka suka saya, ini apartemen milik saya."
"Nyesel gue nanya lu, dasar. Kamar gue mana?"
"Pintu ini, di sebelahnya kamar saya. Kalau ada apa-apa, telpon." Kemudian Ardo berlalu masuk ke dalam kamarnya.
Viola memasuki kamar tersebut. Ternyata sudah ada kasur lengkap dengan sprei, bantal guling, dan lemari juga kamar mandi. Disana juga tersedia jendela besar, jika dibuka maka akan nampak pemandangan kota yang indah saat malam namun tidak seindah yang Viola lihat tadi. Tidak ada lukisan atau apapun di sini, nanti saja Viola akan mendekornya kembali.
Viola yang sudah berbenah, merasakan perutnya keroncongan ia turun untuk mencari sesuatu yang dapat ia makan. Di dapur, Viola membuka kulkas yang ternyata isinya hanya ada mie instant, snack snack dan beberapa minuman kaleng bersoda. Tidak ada bahan makanan sama sekali yang dapat dimasak.
"Ck! Dasar bujangan, isi apartemen sih mewah barang mahal semua sekali liat isi kulkas, kosong. Astaghfirullah haladzim," Viola menggeleng-gelengkan kepala. "Mana dia belum kasi uang lagi, terpaksa pake duit gue."
Sesampainya di mall Viola langsung bergegas mencari bahan makanan dan juga buah buahan segar, segala snack snack yang ia sukai juga beberapa kotak susu milo dan juga beberapa kotak es krim.
Sayangnya tubuhnya terlalu mungil untuk menggapai kotak susu di rak bagian atas sehingga ia harus mengeluarkan kekuatan super untuk berjingkit tetapi juga tidak bisa. Huh nasib orang mungil mah gini, batinnya
"Aish ini rak atau menara Eiffel sih tinggi banget," gerutu Viola sambil berjingkit berusaha mengambilnya. Sehingga ada sebuah tangan kekar yang membantunya untuk mengambil susu kotak tersebut.
"Berusahalah meminta bantuan jika kamu kesulitan Nona," ucap seseorang seraya mengukung tubuh Viola. Viola menoleh dan menghadap ke orang tersebut
Tampan kali, batin Viola. Ia tidak sadar bahwa ia sudah menggigit bibir bawahnya.
"Hei, Nona?" Viola tersentak dari lamunannya.
"Eh, i-ya ada apa?" Viola tersenyum canggung. Ah ketahuan deh dia sedang mengagumi ketampanan pria ini.
Pria itu tersenyum membuat Viola semakin klepek-klepek dibuatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Ratna Kurniati
viola ini tak bisa liat yg tamvAn2
2020-11-30
2
Naya
Viola ingat suami lu dong malah kagum cwok lain.
2020-11-12
2
🌼 Pisces Boy's 🦋
bentar ada yg bau gosong
2020-06-02
3