DEG
DEG
DEG
Ini gila banget sumpah!
Nafasnya sesak, matanya melotot, badannya serasa kaku, rasanya ia mau pingsan saja. Katakanlah Viola lebay, tapi jika kalian dihadapkan dengan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, dengan handuk yang melilit di pinggangnya, siapapun akan bereaksi sama. Apalagi garis V dibawah perutnya hampir keliatan, siapa yang enggak tahan coba? Belum lagi air yang menetes mengalir dari dada bidangnya sampai kulit berpetak petak itu, Ya Allah Viola mana tahan! Cobaan apa lagi yang harus ia hadapi?
Viola masih terdiam, dilema antara nutup mata atau terus dibuka. Kalau ditutup mubazir dong pemandangan indah harus disaksikan, tapi kalau dibuka entar famour Viola sebagai gadis polos hilang dong. Aduh reinkarnasi Cleopatra harus ottoke gengs?
Viola dapat mencium aroma sabun yang menguar dari tubuh Ardo. Beuh wangi banget!
Kalo dilihat dari dekat gini, Ardo kelihatan--eh?
Tunggu dulu! Dekat?!
Astagfirullah haladzim!
Kapan si Es ke depan gue woy?! Etdah tuh mata minta colok apa? B aja dong mandangnya, intens banget tau kok gue cantik tapi jan kek gitu juga kali lemes nih kaki gue, racau Viola yang entah kenapa suaranya sulit keluar saat ini.
Viola meneguk salivanya saat matanya enggak sengaja melirik roti sobek milik Ardo.
Sumpah, melirik kok bukan ngeliat. Ingat ngelirik! Ngelirik beda dengan ngeliat, orang Viola juga nggak sengaja. Beneran lho Viola enggak boong.
"Liat apa?" tanya Ardo datar.
Seketika itu Viola gelagapan.
Sial! Ketauan!
"Eng- Liat apa coba? Eggak ada! Mata lu picek kali!" elak Viola. "Em anu lo mau apa deket-deket gue?" aduh Viola, mau ngapain lagi antara laki-laki dewasa bersama perempuan cantik didalam kamar pengantin seperti ini selain mau nganu, mantap-mantap.
"Menurut kamu, saya mau ngapain?"
Kembali Viola memejamkan matanya saat Ardo bergerak semakin mendekat. Beberapa detik kemudian Viola membuka matanya lagi karena merasa tidak ada bibir yang nyantol ke bibirnya. Malah Ardo terdiam dengan seringaian mengejek tercetak di wajah tampan pria itu.
Sial! Gue kena tipu! rutuk Viola merasakan dirinya sangat bodoh dengan berharap bahwa Ardo akan menciumnya. Nyatanya lelaki itu malah tersenyum mengejek.
"Berharap saya cium, eh?"
"Kagak woi! Geer banget," elak Viola cepat. Padahal dalam hati mah lebih dari itu.
"Ini." Ardo mengulungkan secarik kertas.
"Apa?" Viola langsung mengambil kertas itu. Ardo mengedikkan bahunya acuh kemudian berjalan ke tempat tidur meninggalkan Viola.
Viola membaca kertas itu, di kertas itu tertulis.
Jawab pertanyaan ini jika mau Platinum Card milik saya,
'Something yang membuat tubuh serasa mati jika something itu tidak ada.'
Waktu dan tempat dipersilahkan.
Viola mengernyitkan dahinya bingung, kenapa Ardo memberikan kertas berisi tulisan gaje ini? Apa maksudnya coba? Viola berfikir kertas itu berisi perjanjian-perjanjian seperti di dalam novel bacaannya, ternyata kertas itu berisi pertanyaan konyol seperti itu.
"Kamu berfikir saya akan membuat perjanjian? Jangan konyol, saya tidak seperti itu," kata Ardo dibalik selimutnya.
"Anda yang konyol wahai Bapak Es Ardo yang terhormat, mengapa Anda memberi pertanyaan seperti ini? Bapak fikir saya anak TK yang gak tau jawabannya, gitu? Oh Anda salah besar Tuan Vazquez," kata Viola sarkas.
"Oh ya? Jawabannya Nyonya Vazquez?" Tanya Ardo yang sudah baring menyamping.
Viola menggeleng tak percaya. "Hah, kamu serius?" Ardo hanya mengangkat sebelah alisnya.
"Fine, jawabannya Jantung," Jawab Viola ogah-ogahan. "Mana Platinum Card nya?" pintanya.
"Salah,"
"Hati,"
"Salah,"
"Paru-paru, ginjal, jantung, usus halus, usus besar--"
"Salah!"
"Eh Pak, lu pernah belajar Biologi nggak sih? Lu kalau nggak ada jantung, hati, paru-paru, ginjal dan sebagainya jangan harap lu bisa ngeliat gue lagi! Mati lu!" kata Viola. Heran deh, katanya pintar tapi nggak tau yang kaya gitu. "Mana platinum card nya?"
"Apakah jawabanmu mengarah pada soal yang saya berikan? Coba dibaca ulang,"
Viola membaca ulang pertanyaan itu, ah ya sebenarnya disoal terdapat kata 'serasa mati', artinya tubuh itu masih memiliki Jantung dan sebagainya. Berarti jawabannya otomatis bukan jantung.
"Terus apa jawabannya?" tanya Viola namun tidak ada jawaban dari Ardo, ah mungkin dia sudah tidur.
"Ardo, apa jawabannya?" namun Ardo masih tidak memperdulikannya.
"Ardo,"
"Ck! Kan gue mau Platinum Card nya sekarang," gerutunya.
Viola langsung naik merangkak di atas ranjang karena merasakan penat tadi kembali lagi, namun baru saja Viola memejamkan matanya sebuah suara menginstruksinya.
"Apa yang kamu lakukan di sini?"
"Bapak ngeliat saya lagi cebok? Ya tidurlah,"
Ardo bangun dari rebahannya lalu menarik tangan Viola. "Gue ngantuk Ardo, mau ngapain sih, narik narik segala?" tanya Viola bingung ketika dirinya diduduknya di sofa besar dalam kamar hotel itu.
"Kamu tidur di sini," jawab Ardo. Ia bersedekap seraya menatap Viola tanpa ekspresi.
"Apa?!" pekik Viola. "Di sofa? Kamu gila?! Yang ada lu yang tidur di sofa, dan gue tidur di sana!" tunjuk Viola pada ranjang.
"Saya tidak bisa tidur di sofa, dan saya tidak bisa seranjang dengan wanita," nanti saya tidak bisa menahannya.
***
Jempol, bintang dan komentar jangan lupa ya readerskuuhh😘😘❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
(*) 😑 Oppa gabut😁😐😤
aiyaa apa coba jawaban nya 🤔
cinta😬
kasih Juleha😬😁😂😂
2020-12-05
2
Ratna Kurniati
jefri...
2020-11-30
3
Dede Meugumi Novilan
kyny jwbnx jefry yaaa?
2020-11-25
2