"Nggak mampir?" tanya Viola ketika mobil yang ditumpanginya berhenti di depan pagar rumahnya.
"Salam buat orang tuamu aja."
"Oh okay, hati-hati."
Ardo mengangguk samar kemudian mobil itu berlalu meninggalkan Viola.
"Malem, Neng. Sama calonnya ya tadi?" tanya Pak Jodi.
"Iya Pak, bang Marvel udah pulang?"
"Udah, Neng. Den Marvel dari tadi udah di rumah," sahut Pak Jodi.
Viola mengangguk. "Okedeh, aku masuk dulu ya, Pak."
Viola berjalan gontai masuk ke dalam rumahnya. Rumah Viola nampak sepi, entahlah mungkin papi dan mami sudah tidur mengingat ini sudah larut sekali ditambah lagi dengan persiapan pernikahan yang akan diadakan di rumah Viola mengingat Viola memiliki taman yang cukup luas untuk dijadikan pesta nanti.
Viola langsung membersihkan dirinya setelah masuk ke dalam kamar. Mungkin dengan berendam air hangat yang di campur dengan sabun aroma terapi lelah badan dan hati Viola sedikit terangkat. Dan benar ketika dia masuk ke dalam bath up rasa nyaman langsung menyerbu perasaannya.
"Hah, nyaman sekali," desahnya, lalu memejamkan mata untuk meresapi lebih dalam lagi sensasi harum sabun aroma terapi ini.
Tak terasa 40 menit berlalu, tangannya sudah mulai ngeriput akibat kelamaan berendam. Segera Viola keluar dari bath up dan mengambil handuk lalu melilitkan handuk itu di tubuh rampingnya.
Viola berdiri di depan cermin besar yang terletak di kamarnya. Dia memandang tubuh berbalut handuk di dalam cermin itu. Viola berdecak kagum. "Ya ampun ini Viola? Kok cantiknya nggak ketulungan ya?" gumamnya sambil terkikik geli. "Yah meskipun mata gue sambab," lanjutnya.
"Wajar aja nggak ada yang bisa menolak pesona gue," Viola menggeleng kepalanya. "Orang cantik mah," sangat pede sekali memang. Viola ini memang dilahirkan dengan tingkat kepedeannya beuh tingkat tinggi lah pokoknya.
Lagi-lagi Viola memandangi tubuh itu, dan pandangannya jatuh pada daging kenyal yang menonjol di dadanya. Dia memegang asetnya lalu menghela nafas lesu. "Apa ini bikin Rey berpaling dari gue? Tapi, kalo dia ninggalin gue karna ini berarti dia enggak cinta dong? Jadi, selama ini cinta gue bertepuk sebelah tangan, gitu?" Viola terus bermonolog. "Ya Allah gila banget, ditinggal mantan aja udah kayak gini,"
Tiba-tiba dadanya terasa dihantam oleh batu yang tak kasat mata. "Ya Allah kenapa dada aku sakit?" Viola menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak. Matanya pun sudah mulai berkabut.
"Cengeng banget sih, La?" tanya nya pada dirinya di cermin. Dia menghapus lelehan air mata itu dengan kasar. "Ini air mata sialan banget yak, dari tadi kelur terus enggak kering apa?"
Sudah! Viola tidak boleh terus-terusan begini, Viola harus bangkit, Viola harus bisa buktikan bahwa dia akan baik-baik saja tanpa Reynald itu. Ya, Viola harus move on. Salah satunya cara move on terbaik bagi Viola adalah menerima dengan ikhlas pernikahannya dengan Ardo.
Ah~ Ardo
Mengingat nama pria itu dapat membuat pipi Viola bersemu, ah pria itu penuh dengan kejutan yang mampu membuat Viola menarik kembali kata-katanya yang mengatakan bahwa Ardo itu tidak peka. Viola berfikir mungkin rumah tangganya nanti akan manis jika Ardo tidak mengeluarkan kekuatan Es + bon cabenya itu.
"Huek,"
Gadis itu menutup mulutnya, dia merasakan perutnya bergejolak. Ah dia lupa belum memakai baju. Mungkin dia masuk angin karna gadis itu jarang berendam malam-malam begini ditambah lagi dia hanya memakai handuk saja, juga cuaca malam ini cukup dingin wajar saja kalau dia masuk angin. Jadi jangan beransumsi Viola hamil atau apa ya, Viola itu enggak akan ngebiarin seseorang nyelup dia sembarangan.
Gadis itu langsung memakai piyama tidurnya, tak lupa pula ia membalurkan minyak kayu putih aroma lavender ke bagian perut, dada, dan leher. Viola langsung merebahkan tubuhnya ke tempat ternyaman miliknya, karena Viola orang yang mudah sekali terlelap jadi dia tak membutukan waktu lama untuk berlayar ke alam mimpi, semoga mimpinya lebih indah daripada kenyataan ehe.
Diwaktu yang sama namun berbeda tempat, seorang pria sedang memandang titik terjauh yang dapat dipandangnya. Sesekali ia mencecap dan menikmati harum kopi tanpa gula di cangkir miliknya. Dia menghela nafas mengingat kejadian tadi, entah mengapa dia selalu teringat peristiwa yang berada diluar kendali nya itu. Entahlah dia merasa itu bukan dirinya, atau emang itu adalah sifat aslinya?
'Ini membingungkan.' batinnya menggeleng.
Merasakan udara malam semakin dingin, Ardo beranjak meninggalkan balkon tempat ia berdiri tak lupa pula ia membawa cangkir kopi yang hanya tinggal ampas saja. Ardo menyimpan cangkir itu di wastafel kemudian mencucinya karena dia tidak biasa membiarkan barang kotor. Ardo tipe orang pembersih, makanya kenangan pahit masa lalu pun sudah bersih dari ingatannya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Ratna Kurniati
kopi phit ap itu?kepo ah!!!!!!!
2020-11-30
2
Dede Meugumi Novilan
kepo deh ama kenangan pahitnya kang mas Ardo
2020-11-25
2
epa15ok
tukang pembersih...kenangan pahit bersih dihidupnya
2020-09-23
1