Dua hari ini sikap Rendra masih sama datar dan dingin pada Fatimah, tapi dengan Ayu dan Dito, Rendra bersikap manis penuh perhatian.
“Mas hari ini kamu terapi kan? Aku ikut antar boleh?” tanya Fatimah pelan
“Aku pergi sama supir saja, kamu diem di rumah” jawabnya dingin
“Aku boleh pergi kerumah lama ku?” tanya Fatimah dengan ragu
“Untuk apa? Mengenang antara kamu dengan Sidiq iya” jawab Rendra dengan nada sedikit meninggi menatap Fatimah
Fatimah hanya diam saja dia tidak ingin ikut terbawa emosi dengan sikap suaminya ini.
“Kenapa diam saja, apa yang aku bilang benar” teriak Rendra kesal
“Sudah puas teriaknya?” tanya Fatimah santai menatap suami “Aku bicara baik-baik mas, aku tau kok kesalahan aku dimana sampai kamu bersikap dingin dan datar sama aku selama dua hari ini, huft lebih baik kamu berangkat terapi sekarang sebelum terlambat, supir kamu juga sudah menunggu dari tadi” ucap Fatimah tenang dan menahan airmatanya menetes dan tidak mau melanjutkan perdebatannya dengan Rendra yang labil itu
Fatimah tetap mengantar suaminya sampai depan rumah menuju mobil, Rendra pun hanya diam saja tidak mengeluarkan kata-kata lagi. Selama Rendra di terapi di rumah sakit, Fatimah sibuk membereskan rumah bantuin bibi yang selama ini bekerja sendiri dirumah sebesar ini.
Fatimah membuat beberapa kue dan puding untuk suami, anak dan mertuanya, walaupun Fatimah tidak tau mertuanya pulang kapan dari luar negeri, setidaknya saat ada tamu nanti sudah ada cemilan untuk disuguhkan. Menjelang siang Rendra sudah kembali hari ini terapinya tidak banyak hanya memperkuat otot-otot saja, Rendra sendiri sebenarnya sudah bisa berdiri walau terasa ngilu dan lemas, Rendra pun bertekad untuk segera sembuh dan bisa mengajak anak-anaknya untuk liburan.
Rendra benar-benar tidak menyapa istrinya, entahlah kenapa Rendra bisa jadi mudah emosi tidak jelas begini.
“Kamu ganti baju ya mas” ucap Fatimah mengambilkan pakaian suaminya di lemari
“Aku sendiri saja, tidak butuh bantuan kamu” jawab Rendra ketus
“Mau sampai kapan kamu bersikap seperti ini? Nyesel nikah sama aku janda tua yang sudah mempunyai dua anak” ucap Fatimah sinis menatap suaminya yang sedang menatapnya juga
“Kenapa diam mas, jika kamu menyesal kamu bisa katakan talak buat aku mas” ucap Fatimah lagi dan langsung mendapat tatapan tajam dari Rendra
“Mungkin kamu yang menyesal nikah dengan laki-laki cacat seperti aku, makanya kamu cari kambing hitam melampiaskan ke aku” jawab Rendra emosi
“Aku tidak sepicik yang kamu tuduh mas, jika aku nyari kambing hitam apa manfaatnya buat aku” ucap Fatimah mulai terpancing emosi
“Keuntungan kamu adalah bisa pisah dengan ku kan” ucap Rendra
Fatimah memejamkan matanya menahan rasa sakit di hati dan menahan tangisnya “Ya terserah saja apa kata kamu mas, aku hanya orang biasa yang kapan pun bisa di hina dan bisa di tindas, aku…aku pasrahkan hidup ku sama yang menciptakan aku” jawab Fatimah bergetar dan meninggalkan suaminya di kamar sendiri
Mas sidiq walau kita hidup sederhana aku bahagia dengan mu, kamu tidak pernah membentak atau menggunakan nada tinggi padaku. Gumam Fatimah dalam hati
“Ibu ngapain disini?” tanya Dito ikut duduk di bangku taman
“Ibu hanya tiba-tiba ke ingat s
ama ayahmu, makanya ibu disini, kalo didalam rasanya tidak pantas ibu mengingat ayah Sidiq” jawab Fatimah jujur pada Dito
“Dito boleh tanya bu?” tanya Dito ragu menatap ibunya
“Tanya apa? Asal jangan susah-susah” ucap Fatimah mengelus kepala Dito
“Apa ibu bahagia dengan ayah Rendra? Maaf bu, Dito hanya takut ternyata ibu tidak bahagia” ucap Dito pelan menunduk
“Ibu masih harus banyak belajar nak, hidup dengan ayah Rendra berbeda dengan hidup bersama ayah Sidiq, Dito dan mbak Ayu fokus sekolah saja, kalian ingat keinginan ayah Sidiq adalah melihat kalian sampai menjadi mahasiswa, walaupun tabungan yang diberikan ayah Sidiq baru cukup buat mbak Ayu, insyaa Allah ibu akan terus berjuang buat kamu juga” ucap Fatimah sedih
“Apa bedanya ayah Rendra dan ayah Sidiq?” tanya Dito penasaran
“Kita tidak boleh membandingkan mereka, satu sama lain punya sisi baik dan buruk, sekarang ibu yang bertanya sama Dito, kenapa sudah pulang sekolah?” tanya Fatimah lembut
“Gurunya ada rapat bu, makanya semua disuruh pulang” jawan Dito cepat dan jujur
“Dito bahagia saat ini? Hidup dengan ayah Rendra dirumah ini?” tanya Fatimah lagi
“Dito bahagia kalo lihat ibu bahagia” jawab Dito yakin
“Doain ibu, agar ibu mendapat kebahagian yang lebih dari yang ibu dapat saat bersama ayah Sidiq” ucap Fatimah memeluk anaknya dan meneteskan airmata
Dibelakang mereka ternyata Rendra mendengarkan obrolan ibu dan anak tersebut.
“Hehmm” deheman Rendra dan membuat Fatimah serta Dito menoleh
“Ayah Rendra kok pakai tongkat, apa sudah boleh sama dokter” tanya Dito antusias
“Sudah dong, kalo ayah pakai kursi roda terus kapan mau belajar jalannya” jawab Rendra lembut pada Dito
“Kamu butuh sesuatu mas?” tanya Fatimah mendekati suaminya, meski hatinya masih sakit dengan sikap suaminya tapi dia ingat kodrat dia sebagai istri
“Aku lapar” ucap Rendra bohong
“Ayo, aku temani kamu makan” jawab Fatimah menggandeng Dito menjaga suaminya dari belakang
Dimeja makan begitu hening tanpa ada diskusi sedikitpun, Dito yang biasanya semangat sekarang hanya fokus pada makanan.
“Dito ke kamar dulu ya bu, ayah, mau menyelesaikan PR hari ini banyak banget” ucap Dito dan mendapat senyuman dari kedua orangtuanya
“Fatimah” panggil Rendra pelan Fatimah hanya menoleh dan menatap suaminya
“Aku minta maaf, aku tidak bermaksud menuduhkan kamu atau menjelekan kamu, aku tau sikap ku labil dan aku tidak pernah menyesal menikah dengan mu” ucap Rendra sungguh-sungguh
Fatimah hanya diam saja tidak menanggapi omongan suaminya.
“Fatimah kenapa kamu diam saja, apa…apa kamu sekarang marah sama aku, Fatimah aku mohon jangan seperti ini, aku salah Fatimah” ucap Rendra memohon tapi Fatimah masih enggan untuk bicara dia hanya menatap suaminya
Rendra bingung tidak dapat jawaban apapun dari Fatimah, dia berpikir Fatimah marah besar dengannya. Dengan diamnya Fatimah membuat Rendra sedikit takut, ya takut kehilangan Fatimah.
“Kalo kamu tidak mau menjawab apa yang aku tanya itu tidak masalah, yang penting tolong jangan pernah mengucapkan kata perpisahan” ucap Rendra sendu berusaha berdiri untuk meninggal Fatimah di meja makan.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Terima kasih yang sudah menyempatkan untuk mampir di ceritaku yang kedua, bantu dukung terus ya dengan cara Like, Komen dan Vote.
Insyaa Allah nanti akan ada kelanjutan cerita juga dari "Cinta Zavier untuk Aisyah" tunggu terus ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
🍌 ᷢ ͩ🤎ᴰᵉᵈᵉรωεεƭყˡᵉⁿ💋•§¢•
Dito manis banget 😊
2023-10-07
0
off
udah jangan ribut di dengar sama tetangga sebelah
2023-09-22
4
off
kayak gak Sabil gitu
2023-09-22
4