“Uhuk! Uhuk!”
Debu yang beterbangan memenuhi kamar menjadi sambutan pertama bagi Vega di kamar mendiang ibunya. Ia meraba dinding tepat di sebelah pintu dan menekan sakelar, yang membuat lampu menyala meskipun redup. Kamar tua itu tampak dipenuhi dengan sawang dan debu. Sepertinya tidak dibersihkan dalam waktu yang sangat lama.
Perlahan Vega melangkah masuk. Di kamar itu hanya ada satu tempat tidur usang, sebuah lemari pakaian reot dan juga beberapa lukisan yang menggantung di dinding. Sesekali Vega masih terbatuk-batuk akibat menghirup debu, yang membuat dadanya agak sesak.
Gadis berambut sebahu itu kembali meneliti setiap sudut ruangan sambil menyingkirkan sawang yang memenuhi kamar. tak ada satupun foto ibunya yang menggantung.
Ah, mungkin di lemari.
Vega sangat berhati-hati saat melangkah menuju lemari. Sebab di lantai ada banyak pecahan gelas kaca. Sementara dirinya tidak sedang menggunakan alas kaki.
Perlahan ia mengulurkan tangan demi membuka pintu lemari. Hawa dingin entah dari mana asalnya tiba-tiba berhembus. Membuat seluruh tubuhnya meremang. Untuk beberapa saat sepasang mata Vega terpejam. Seperti ada yang memanggilnya dari dalam sana.
Vega menatap isi lemari. Di mana terdapat pakaian-pakaian tua yang ia tebak adalah milik mendiang ibunya. Aroma tak sedap sempat memenuhi indera penciuman Vega, yang sempat membuatnya mual.
Aroma serbuk kayu dan serangga bercampur menjadi satu.
“Album foto?”
Hati Vega serasa mengembang mendapati sebuah album foto dari dalam lemari. Ia dengan cepat menyambar dan kembali menutup pintu lemari. Kala suasana kamar semakin terasa mencekam, Vega memeluk album di dadanya dan berlari keluar.
*
*
*
Vega menghembuskan napas lega. Buku album tua ia letakkan di atas meja. Kini ia tengah berada di kamar Tante Indri. Kebetulan bibinya itu sedang berangkat keluar kota, sehingga Vega dapat menempati kamarnya untuk sementara.
Ia terduduk di kursi. Kemudian perlahan membuka lembar demi lembar album foto tersebut.
“Kenapa cuma ada foto Oma gendong anak kecil? Apa bayi ini adalah foto ibu saat masih bayi?” Vega bermonolog dalam kesunyian malam.
Ia kembali membuka lembar demi lembar dan menemukan beberapa foto keluarga, termasuk foto Om Bram dan Tante Ambar. Namun, sejauh ini ia sama sekali belum menemukan foto sang ibu. Semua foto yang ada di dalam album itu ia mengenali, karena beberapa di antaranya sama seperti yang ada di album Om Bram.
"Oma bilang di sini ada foto ibu. Tapi sepertinya tidak ada."
Vega menarik napas dalam-dalam. Kemudian membuka lembar paling terakhir dari album tersebut.
Deg!
Deg!
Deg!
Jantung Vega terpompa cepat. Sepasang matanya mendadak dipenuhi cairan bening. Apa yang ia temukan di lembar terakhir album tersebut membuatnya seolah kehilangan akan sehat.
Foto tersebut telah mengakhiri pencarian panjangnya dan tanda tanya besar yang selama ini memenuhi ingatan Vega. Dalam foto terlihat seorang wanita muda dengan rambut panjang. Dia tersenyum tipis dengan mengenakan seragam sekolah. Ada nama Annisa Wulandari yang tertulis dengan tinta emas pada bagian bawah foto.
Membuat Vega meyakini jika wanita dalam foto memang benar adanya. Tetapi, bagaimana mungkin? Vega tak dapat menemukan penjelasan masuk akal.
“Ibu!” Tangisan Vega menggema memecah kesunyian. Menyiratkan rasa sakit bagai ditusuk ribuan jarum.
Betapa tidak, ia sangat mengenali wajah dalam foto tersebut. Wajah yang selalu muncul saat ia sedang bercermin. Wajah yang selalu hadir dalam mimpinya.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Dia_Ana
kamarnya masih serumah knp gak dibersihkan
2024-12-14
0
Wati_esha
Tq update nya.
2023-11-08
0
Wati_esha
Annisa Wulandari punya nama kecil Icha. Vega jadi yakin, dialah Sang Ibunda yang sering mendatanginya.
2023-11-08
0