Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Vega mengantongi izin untuk meninggalkan rumah sakit. Keadaannya mulai membaik. Hanya tertinggal beberapa luka yang hampir kering dan kini terbalut perban.
Vega menatap koper miliknya yang ada di lantai. Baru saja Mbak Andin datang dan membawakan kopernya.
“Akan lebih baik bagi kamu untuk pulang, Vega. Asrama itu tidak aman untuk kamu,” ucap wanita itu.
Vega tak menyahut. Sebenarnya ia sangat ingin kembali ke asrama dan memecahkan misteri yang ada. Misteri yang membuatnya bermimpi buruk setiap malam dan hampir membuatnya gila.
“Saya sudah menghubungi keluarga kamu. Wali kamu akan datang menjemput kamu hari ini.”
“Tapi Mbak, saya masih mau balik ke sekolah.”
“Maaf, Vega. Lebih baik kamu pulang.” Wanita itu perlahan mendekat dan memeluknya. Vega melepas pelukan dan menatap Mbak Andin serius. Sebelum berpisah, ia ingin memastikan sendiri dan menanyakan langsung tentang kejadian di dalam mimpinya.
“Mbak Andin, saya mau tanya sesuatu.”
“Tanya apa?”
“Apa Mbak Andin ....”
Ucapan Vega menggantung di udara setelah pintu ruangan itu terbuka. Tampak Om Bram baru saja datang. Membuat Vega langsung bangkit dan memeluk pamannya tersebut.
“Kamu kenapa bisa kecelakaan, Nak? Maaf, Om baru sempat datang jemput kamu,” ucap Om Bram.
Lelaki itu menatap Mbak Andin yang tersenyum ke arahnya. Ia tersenyum ramah. “Terima kasih sudah menjaga Vega selama ini. Saya akan membawa keponakan saya pulang ke rumah.”
“Sama-sama, Pak. Dan maaf untuk kecelakaan yang terjadi kepada Vega. Semua ini di luar kendali kami.”
“Tidak apa-apa. Yang terpenting Vega selamat dalam kecelakaan itu.” Om Bram hendak masuk ke ruangan untuk mengambil koper. Tetapi, Vega menahan tangannya.
“Om, aku masih mau pergi ke asrama.”
Om Bram menggeleng dengan cepat. “Tidak bisa, Vega. Kamu tidak akan kembali ke asrama itu lagi. lebih baik sekarang kita pulang.”
“Tapi Om—”
“Tidak ada tapi-tapian. Kita pulang sekarang.”
Pasrah, Vega tak dapat menolak perintah Om Bram. Akhirnya, ia berpamitan kepada Mbak Andin. Vega tak tahu harus melupakan semuanya atau hidup dalam misteri yang tak terpecahkan.
*
*
*
“Kenapa kamu bawa anak itu pulang ke rumah ini sih, Mas?”
“Ambar, asrama itu tidak baik untuk Vega. Masih untung Vega pulang dengan selamat dari sekolah itu.”
“Dia kecelakaan pasti karena kelalaian dia sendiri. Keponakan kamu itu nakal, Mas! Dia butuh sekolah asrama!”
“Cukup, Ambar! Pokoknya aku tidak akan setuju kalau kamu mengirim Vega lagi ke asrama itu.”
Suara pertengkaran Om Bram dan Tante Ambar terdengar jelas di telinga Vega. Gadis itu hanya terduduk di tepi ranjang sambil memeluk bantal.
Sejak kecil ia sudah tinggal dengan Om Bram dan Tante Ambar. Jika Om Bram sangat menyayangi dirinya seperti anak sendiri, maka berbeda dengan Tante Ambar yang tidak pernah menyukainya. Vega dianggap seperti beban.
“Semua ini karena adik kamu itu! Seandainya saja Annisa tidak mempermalukan keluarga kita, hari ini kita tidak akan punya beban memelihara anak haram!”
“Pelankan suara kamu!” pekik Om Bram.
Vega menutup telinga dengan telapak tangan. Ucapan Tante Ambar layaknya belati tajam yang menyayat hatinya tanpa ampun. Makian dan hinaan kerap diterima Vega dari bibinya itu.
“Kenapa harus memelankan suara? Biar saja Vega tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Kalau dia itu anak haram Annisa yang lahir di luar nikah!”
“Ambar!”
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Wati_esha
Mulut Ambar .. ternyata jahat ya.
2023-11-08
0
Wati_esha
Annisa adalah nama asli Icha? Bram kakaknya Ichakah?
2023-11-08
0
Samaniah
q tunggu" up nya,,masih penasaran apa yg trjadi di asrama
2023-03-03
0