Bab 10 : Siapa Sebenarnya Icha

Vega sudah terbaring di ruang kesehatan dalam keadaan belum sadar. Mbak Andin sedang mengusap tubuhnya yang penuh debu dengan handuk basah. Sementara Mang Syarif menunggu di depan. 

Pikiran Mbak Andin masih dipenuhi tanda tanya, mengapa Vega berada di ruangan terlarang itu. Dan mengapa sosok Icha mendatanginya seperti sengaja menunjukkan bahwa Vega ada di dalam sana. 

"Ada hubungan apa kamu dengan asrama ini, Vega?" tanya Mbak Andin dalam hati, sambil mengusap wajah gadis belia itu. 

Ia menarik selimut dan membalut tubuh Vega. Lalu, beranjak keluar. Mang Syarif masih duduk di sebuah kursi kayu tepat di depan ruangan itu. 

"Bagaimana dengan Neng Vega?" tanya Mang Syarif. 

"Belum sadar, Mang. Terima kasih sudah membantu," ucap Mbak Andin dengan senyum ramah. 

"Tidak apa-apa. Tolong kasih tahu Neng Vega, paviliun belakang itu tempat terlarang. Tidak boleh sembarang masuk ke sana." 

"Baik, Mang. Begitu Vega sadar saya akan kasih tahu. Lagi pula, kita belum tahu alasan kenapa Vega bisa ada di sana malam-malam." 

Pria itu mengangguk, kemudian menyerahkan sebotol air minenal. "Ini minta Neng Vega minum." 

Mbak Andin meraih botol air mineral pemberian Mang Syarif. "Sekali lagi terima kasih, Mang." 

"Kalau begitu saya mau kembali ke kamar. Ini sudah malam." 

"Silahkan, Mang." 

**** 

Vega terbangun di pagi hari kala merasakan cahaya menyilaukan menerpa wajahnya. Kelopak matanya mengerjap beberapa kali. Kemudian perlahan meneliti ruangan itu. 

Ia baru bernapas lega setelah melihat Mbak Andin terbaring di sofa dengan selimut tipis yang membalut tubuhnya. 

"Aku selamat dari kejadian semalam," gumamnya sambil mengusap dada. 

Baru akan bangkit dari pembaringan, ia sudah meringis kala merasakan perih di bagian leher. Ingatannya kembali tertuju pada kejadian semalam, ketika kakinya melangkah seperti disetir menuju ruang paviliun. 

Lalu, dikeroyok oleh puluhan makhluk asing dengan wajah menyeramkan. Hingga sosok tangan tak bertuan mencekiknya hingga terangkat ke udara. Setelah itu Vega tak ingat lagi. 

Vega bergerak turun dari pembaringan, lalu beranjak menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya dengan air. Ia mengusap wajahnya perlahan. Untuk pertama kali Vega dapat melihat pantulan dirinya di dalam air. 

Bibirnya membentuk senyuman tipis. Lalu, setelah membasuh wajahnya dengan air, ia segera beranjak menuju cermin untuk melihat lehernya yang terasa perih. Mungkin ada luka di sana. Namun, apa yang ditemukannya dalam pantulan cermin membuatnya shock. 

Spontan kelopak matanya terpejam ketika melihat sosok asing yang muncul pada pantulan cermin. Wajah itu masih belum meninggalkannya. 

"Kamu sudah bangun?" Sapaan itu membuat Vega terlonjak. ia menoleh ke belakang. Mbak Andin baru saja terbangun. 

"Apa Mbak Andin yang bawa saya ke mari?" tanyanya, seraya memperhatikan lehernya yang penuh dengan bekas cakaran kuku. Ia hanya melihat leher, tanpa mau melirik pantulan wajahnya. 

"Iya. Saya sama Mang Syarif yang bawa kamu ke sini." 

Vega lantas menjatuhkan tubuhnya di sofa, tepat di sisi wanita itu. "Bagaimana Mbak Andin tahu saya ada di paviliun?" 

"Sebelum saya jawab, kamu jawab dulu pertanyaan saya. Bagaimana kamu bisa ada di sana?" 

"Saya lagi rebahan di kamar, Mbak. Ada seseorang yang mendatangi saya dengan berpakaian seragam asrama dan saya yakin itu bukan manusia." 

"Apa yang mendatangi kamu adalah Icha?" 

Vega menggeleng pelan. "Bukan, Mbak. Saya selalu melihat sosok yang berbeda di tempat yang berbeda. Kalau Icha ... saya cuma melihat wajah dia kalau sedang bercermin. 

"Sampai sekarang kamu masih melihat dia?" 

Vega mengangguk sebagai jawaban. "Tapi anehnya, kalau di air, saya bisa melihat wajah saya sendiri, Mbak." 

Mbak Andin terdiam beberapa saat. Otaknya berusaha mengurai benang merah dari setiap kejadian aneh yang tak masuk akal. 

"Mbak Andin belum jawab bagaimana menemukan saya di paviliun." 

"Semalam saya didatangi Icha. Dia yang menuntun saya untuk ke paviliun." 

"Siapa sebenarnya Icha itu, Mbak? Tolong jelaskan ke saya." 

"Kamu ingatkan  saya sudah cerita bahwa Icha masuk ke sekolah ini karena orangtuanya tidak suka Icha berpacaran dengan anak musuh orang tuanya?" 

"Saya ingat." 

"Saat masuk ke sekolah ini, Icha sudah dalam keadaan hamil. Delapan bulan kemudian, dia melahirkan bayinya di paviliun." 

"Apa Icha meninggal?" 

"Sebenarnya ... Icha tewas dalam kebakaran yang terjadi di asrama ini 17 tahun yang lalu, beberapa jam setelah kelahiran bayinya. Seluruh siswa tewas dalam kebakaran itu, hanya saya yang selamat." 

Vega merasakan tubuhnya meremang mendengar pengakuan Mbak Andin. Bola matanya seketika tergenang cairan bening. "Kebakaran? Bagaimana bisa kebakaran, Mbak?" 

"Saya tidak tahu, Vega." 

Bukan hanya Vega, bola mata Mbak Andin pun sudah terlihat berair. Wanita itu segera mengusap ujung matanya, demi menjaga agar cairan bening itu tak meleleh di pipi. 

"Memangnya Mbak Andin ke mana saat terjadi kebakaran? Bagaimana Mbak Andin bisa selamat sendirian? Dan bayinya Icha ... apa dia juga tewas dalam kebakaran itu?" 

Pertanyaan bertubi-tubi yang dilayangkan Vega membuat wanita itu gemetar. Dadanya terasa penuh sesak. Detik itu juga isak tangis mulai terdengar.  

** 

Terpopuler

Comments

Hera Imoet

Hera Imoet

ayo dunk Andin cerita.. barangkali bisa mengurangi sesak di dada... mungkin bisa menguak misteri kalau bersama.. he-he-he 😁🤭

2024-05-03

0

Wati_esha

Wati_esha

Andin membuat pengakuankah?

2023-11-08

0

Wati_esha

Wati_esha

Vega cucu musuh orang tuanya Icha. Tahukah mereka, Icha melahirkan di sekolah?

2023-11-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!