Sisil meraih tangan Vega dan menatap garis telapak tangannya. Kemudian beranjak menuju nakas dan membuka laci. Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam sana.
Sisil adalah seorang anak indigo. Dengan mata batin, ia dapat melihat makhluk tak kasat mata dan memiliki kemampuan meramal dengan kartu tarot.
"Coba ambil tiga kartu," pintanya, seraya menyodorkan beberapa lembar kartu.
Vega menarik tiga lembar dari puluhan kartu yang ditunjukkan Sisil kepadanya. Sisil lalu membalikkan kartu yang dipilih Vega. Raut wajahnya mendadak berubah serius dan menjadi pucat dalam hitungan detik.
"Kenapa, Sil?" tanya Rena, kala mendapati ketegangan di wajah gadis itu.
"Iblis, kematian, dan rembulan," jawabnya singkat.
Vega dan Rena saling tatap setelah mendengar tiga kata menakutkan yang diucapkan Sisil.
"Artinya apa?"
"Coba pilih tiga kartu lagi!"
Masih dengan pertanyaan yang memenuhi benaknya, Vega menarik tiga kartu lagi. Sisil terlihat cukup menegang setelah membuka tiga kartu yang dipilih Vega.
"Bagaimana hasilnya?" tanya Rena penasaran.
Sisil terdiam selama beberapa saat. Sorot matanya tajam menikam Vega, yang membuat gadis itu merinding.
"Kamu ada di antara ketiganya. Iblis dari masa lalu ada di belakang kamu, dan kematian selalu mengintai. Sementara rembulan adalah sinar penyelamat."
Kerutan di kening Vega terlihat semakin dalam. "Aku masih belum paham."
"Artinya, kamu punya ikatan yang sangat kuat dengan sekolah asrama ini di masa lalu. Ikatan itu bernama iblis dan kematian."
"Jangan bercanda, Sil. Aku baru satu minggu di sekolah ini. Sebelumnya aku tidak pernah mendengar apapun dari tentang sekolah ini," ujar Vega.
"Kamu harus hati-hati, Vega."
Pembicaraan serius itu harus terhenti oleh pintu yang tiba-tiba terbuka. Disusul dengan kemunculan seorang wanita kira-kira 34 tahun dari balik pintu.
Baik Vega, Sisil dan Rena terlonjak. Kemudian menghela napas lega setelahnya.
"Mbak Andin ...." Sisil mendorong kartu-kartu miliknya ke bawah bantal sebelum Mbak Andin melihat. Bermain kartu adalah larangan di asrama.
Mbak Andin lalu menyerahkan sebotol air mineral kepada Vega sambil tersenyum ramah.
"Apa ini, Mbak?" tanya Vega.
"Itu air yang dibuat Mang Syarif. Katanya setiap minum tiga kali teguk."
Vega mengangguk mengerti. Mang syarif adalah penjaga sekolah. Ia juga kerap mengatasi jika ada seorang siswi yang mengalami kesurupan. Menurut kabar, ia telah lama mengabdi di sekolah asrama tersebut.
"Makasih, Mbak."
"Sama-sama. Lain kali hati-hati, ya. Jangan banyak melamun."
"Iya, Mbak."
Wanita itu memulas senyum tipis sebelum akhirnya beranjak keluar. Mereka menunggu beberapa saat hingga wanita itu tak lagi terlihat dalam pandangannya.
"Aku harus bagaimana, Sil?" tanya Vega kemudian.
"Maaf, untuk itu aku tidak bisa bantu."
"Ada satu orang yang bisa bantu kamu," ujar Rena tiba-tiba. "Setahu aku Mbak Andin itu siswa lama di sekolah ini. Dia pasti tahu sejarah sekolah ini."
Vega tersentak. Alisnya saling bertaut membentuk busur panah. "Kamu yakin?"
"Iya. Aku pernah dengar Mbak Andin bilang sendiri."
Tanpa pikir panjang, Vega bangkit. Secepat kilat berlari menyusul wanita itu sampai ke kamarnya yang terletak di lantai satu.
Ia bahkan mengabaikan kepala yang masih terasa berdenyut akibat pingsan tadi.
"Ada apa, Vega? Kamu butuh sesuatu?" tanyanya, kala menatap Vega masih berdiri di ambang pintu.
Tanpa ragu Vega melangkah masuk. Sorot matanya penuh tanya.
"Saya dengar Mbak Andin siswi lama di sekolah ini, ya? Mbak Andin pasti tahu sesuatu, kan?"
Wanita yang tampak selalu ramah dan lembut itu hanya tersenyum seraya mengusap bahu Vega. Ia menuntun gadis itu untuk duduk di kursi dan menuangkan segelas air putih. Napas Vega masih tersengal karena berlari.
"Vega ... saya tidak punya hak untuk menceritakan apapun kepada siswi tentang sejarah sekolah ini. Tapi saya hanya bisa berpesan satu hal. Apapun yang kamu lihat dan kamu dengar di sekolah ini ... abaikan!" Ia membelai pucuk kepala gadis belia itu. "Jadilah bisu, tuli dan buta kalau mau selamat."
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments
Wati_esha
Siapakah sebenarnya om dan tante Vega, ada hubungan darahkah diantara mereka?
2023-11-07
0
Wati_esha
Andin menegaskan perkataan Sisil untuk seakan tidak mendengar, melihat, dan diam.
2023-11-07
0
Wati_esha
Sisil punya kemampuan lebih hingga mencoba mencari benang merah...
2023-11-07
0