...📖 Sebelum membaca,...
...Jangan lupa klik like, vote dan rate....
...Kasih komentar yang positif agar semangat menulis....
...Happy Reading...
......................
"Kenapa bisa ada bekas seperti ini sih," Murni masih melihat bekas tanda cinta di lehernya yang cukup banyak itu.
"Apakah ini ada hubungannya dengan mimpiku semalam, astaga! Bukankah itu cuma ada di mimpi, lalu kenapa bisa bekasnya muncul di alam nyata begini," Murni masih mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya di mimpi itu.
Murni masih mematut dirinya di depan cermin di kamarnya. Ya, saat ini dia sudah berada di rumah Mbah utinya.
Tok
Tok
Tok
"Nduk, makan malam sudah siap," panggil Mbah utinya.
"Iya, Mbah, sebentar lagi aku turun," bergegas murni mengambil baju di lemari pakaiannya yang terbuat dari plastik. Buru-buru dia memakai baju yang lumayan tertutup agar kejadian di restoran tidak sampai diketahui oleh sang nenek.
Murni cukup malu saat menjadi bahan tontonan orang-orang dengan tanda yang ada di lehernya itu. Beruntung ada salah satu teman ceweknya yang membawa foundasion jadi bisa menutupi bekas tanda cinta itu di lehernya.
Dan sepulang bekerja tadi Murni menyempatkan diri membeli foundasion untuk berjaga-jaga jika saja bekas itu tidak cepat menghilang. Murni tidak mau sampai dikira cewek mesum atau nggak bener atau bahkan dianggap murahan gegara kejadian seperti itu. Padahal Murni sendiri masih jomblo sampai saat ini.
"Lho, kenapa kamu pakai baju begitu nduk, kamu sakit?" tanya Mbah Uti yang melihat cucunya memakai baju tebal padahal cuaca di rasa sangan panas oleh sang nenek.
"Ah, i...iya Mbah, ini aku merasa kayak nggak enak badan aja. Kecapekan mungkin," itulah alasan yang dikatakan oleh Murni kepada Mbah utinya.
"Oalah nduk, apa mau mbah pijitin nantinya, sama Mbah buatin jamu biar pegal-pegalnya hilang," tawar si Mbah kepada cucunya.
"Nggak usah Mbah, aku udah beli obat dan vitamin tadi sepulang kerja. Nanti juga membaik Mbah kalau udah minum itu," sahut Murni agar neneknya tidak terlalu khawatir.
"Ya, sudah kalau begitu, ini makan yang banyak ya, soalnya kamu juga mau minum obat segala," kata Mbah Uti.
"Iya Mbah," jawab Murni.
Murni yang selalu mendapatkan kasih sayang dari Mbah utinya menjadi begitu dekat dari ibu almarhumah bundanya tersebut. Sedangkan dengan sang ayah sendiri, Murni kini semakin jauh. Bukannya dia tidak mau berdekatan dengan ayahnya. Hanya saja dia harus menjadi hati yang lain yang saat ini sedang berbahagia hidup bersama sang ayah. Murni bersyukur karena sang nenek memberikan cinta yang berlebih untuknya. Menggantikan cinta dari kedua orangnya yang hilang dalam hidup Murni.
Setelah makan malam, Murni dan Mbah Uti menonton televisi layar cembung yang ada di rumahnya. Itu adalah televisi pemberian dari Doni yang mana itu merupakan TV di rumah Doni yang biasa di pakai pembantunya. Dia bilang kalau di sana sudah tidak terpakai itu televisi. Alhasil jadi di berikan secara cuma-cuma kepada Murni yang kebetulan ingin membeli televisi. Murni berniat membeli televisi milik Doni itu dengan uang yang dia miliki. Tapi dasar Doni, tentu saja dia tidak mau menerima uang ganti dari Murni.
"Mbah, aku ngantuk, aku tidur duluan ya," kata Murni berpamitan kepada Mbah Uti nya.
"Iya, nduk, selamat beristirahat," ujar Mbah Uti.
Murni pun masuk ke dalam kamarnya. Namun, tiba-tiba dia kaget saat masuk melihat jendela kamarnya yang terbuka.
"Lho, bukannya tadi sudah aku tutup jendelanya, ya?" kata Murni sambil berjalan ke arah jendela.
Dia nggak habis pikir gimana bisa jendela kamarnya itu terbuka begitu saja. Tapi murni tidak ambil pusing. Dia berjalan ke arah jendelanya dan hendak menutup. Dia sudah cukup lelah hari ini. Akan tetapi sesuatu yang berdiri di ujung sana. Menatap ke arah kamarnya mampu membuat Murni sempat tertegun.
"Eh... Dia? Bukankah? dia itu?"
TBC 👻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments