Aku masih Mengis pilu dengan segala kesedihan dan kepedihan yang saya alami, di dalam memoriku masih tergian-gian ingatan tentang betapa berat perjuangan yang saya alami. Meskipun keluarga mas reyhan selalu bilang saya adalah permpuan yang beruntung menikah dengannya yang sudah menjadi pegawai tetap di sebuah perusahaan. Akan tetapi mereka tidak pernah tau bagaimana perjuangan saya agar roda ekonomi dalam rumah tanggaku tetap berjalan , itu karena hadil jerih payahku membating tulang.
" Mba pasti seneng yaa, punya suami seperti mas reyhan. Gajinya sebulan lima jutaan belum lagi bonus jika lembur, wawaahhhhh kalu akusih mba sdah gaonta ganti perihasan mbak."
Aku teringat dengan kata-kata mbak diana adik sepupu mas reyhan kala itu.
Tak pernah sekalipun kubantah atau kuiyakan pernyataan mbak diana itu, karena menjaga nama baik suamiku. Meskipun saya menceritakan yang sebenarnya bahwa saya kerja banting tulang untuk menjalankan roda ekonomi dalam rumah tangga kami, saya yakin mereka pasti todak akan percaya kepadaku. Mengingat bagaimana sosok mas reyhan yang di sanjung akan sikap peduli dan kebaikan yang dia lakukan.
Perasaan ini makin tidak tenang, dada ini semakin sesak tapi saya cepat menguasai diri agar bisa mencari tau kemana uang mas reyhan selama ini. Kepada siapa uang itu dia berikan? dan aku tidak bisa menghadapi ini semua dengan emisi karena akan berakibat fatal. Lagi-lagi omongan keluarganya yang aku takutkan.
Jujur selama ini mertua dan adik perempuan mas reyhan sering mengeluarkan kata-kata yang sangat kasar kepadaku, sehingga menggores luka yang teramat dalam di hati ini. Meskipun begitu aku tidak pernah berniat sekalipun untuk melawan atau membalas ucapan mereka, karena takut. Baimanapun beliau adalah perempuan yang melahirkan serta membesarkan mas reyhan, jadi sepatutnya jika aku menghormati dan menyayanginya.
"Kamu sebagai istri jangan manja, biarkan reyhan menginap di rumah ibu jika dia lembur. Jarak antara kantornya reyhan dengan rumah ibu jauh lebih dekat dibandingkan ke sini. Cukup beberapa hari dia menginap disini jika dia tidak lembur."
Ucapan mertuaku kala itu selalu kuingat. Saat itu aku dalam keadaan hamil 5 bulan, entahlah perasaanku yang sensitif karena hamil atau ucapan mertuaku yang memang sangat menusuk.
"Tapi buk akukan lagi hamil"
"Lho apa hungannya kamu hamil dengan reyhan yang menginap di rumah ibu karena lembur? Aku aja ditinggal suamiku berlayar, tidak masalah tuh. Dalam waktu satu bulan saja suami ibu belum tentu pulang."
Salahkah diriku jika ingin selalu berada didekat mas reyhan pada saat hamil?
" Ibu itu baik dek, sayang sekali dengan mas. Makanya ibu bicara kaya gitu, udah yaa dek jagan dipikirkan kasian dedek bayi didalam sini, meskipun mas lembur akan mas usahain pulang kesini kaluau tidak terlalu mengantuk. Jangan sedih yaahh sayang ibu hamil tidak boleh sedih dan tertekan."
Ucap mas reyhan kala itu saat aku mengadu tentang perkataan mertuaku.
" Mas kenapa tidak cari pekerjaan di perusahaan dekat sini saja, kan perjalanan dari kantor ke rumah ibu hampir satu jam loh mas."
" Mas sudah nyaman dengan teman-teman di kantor itu dek, lagian cari kerjaan itu susah dek."
"Kalau begitu aku saja yang ikut kesana ya mas? aku ingin selalu di dekat mas setiap hari, kan aku lagi hamil.
"Lebih baik jangan dek kan sayang rumah ini kosong, kata orang tua dulu tidak bagus rumah dibiarkan kosong."
Akhirnya aku hanya bisa pasrah dan bersabar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kepulangan Khanza dari sekolah membuatku tersadar dari lamunanku, dia sangat kaget ketika melihat mataku sembab.
"bunda kenapa mengis?"
"Iya sayang tadi bunda habis nonton filem, jalan cerita di dalam filem tersebut sedih sekali sehingga bunda ikut menangis." jawabku bohong kepada anakku.
Hari mas reyhan pulang kermahku, kenapa rumahku. yaa karena ini rumah pemberian orang tua angkatku, mereka memberikan rumah ini pada saat usia khanza 2 tahun. Jarak antara rumahku dan orang tua angkatku tidaklah jauh hanya tujuh ratus meter.
Pada saat mas reyhan pulang aku tidak langsung menanyakan perihal buku rekening yang aku temukan tadi siang, aku akan menunggu khana tidur terlebih dahulu. Dan malam hari setelah menidurkan khanza adalah waktu yang tepat.
"Mas, saat bersih-bersih tadi siang aku menemukan ini." sembari meberikan bukurekening yang aku temuka tadi siang.
"Bu-bunda menemikan ini di mana? Aapa bunda sudah buka buku dan liat isinya?" tanyanya dengan wajah pucat dan terbata-bata
"Di tumpukan berkas yang ada di meja kerja mas reyhan" jawabku dengan santai. "Mas kenapa wajahmu pucat begini? apa karena isi buku ini berbeda dengan yang kamu ceritakan padaku mas? tanyaku lagi dengan tatapan tajam. " Tega kamu mas! Aku seperti kamu paksa berjuang sendiri demi menghidupi keluarga kita, sekarang aku tanya kemana sisa uang kamu mas?"
mas reyhan hanya diam, menunduk sambil tangannya saling meremas.
"Aku berikan pada ibu bun." sahutnya dengan lirih setelah diam sekian lama.
"Kuhembuskan nafas dengan kasar kemudian kucoba menetralisir gemuru yang ada dalam dadaku, uang juga mas?
Ia hanya mengangguk sebagai jawaban" Begini bund Aku jadi pegawai tetap di perusahaan kan jasa ibu, kan kamu juga dapat kesenanganx bund. Ibu telah berjuang untuk menyekolahkan aku hingga sarjana, meniti karir hingga kini. Terima saja lah bund, kamu itu jangan egois dan kamu harusnya bersyukur bersuamikan laki-laki sepertiku. Laki-laki tampan mapan sepertiku, hidup kamu akan terjamin."
Apa dia bilang beruntung? hidupku terjamin?
"Kalau aku beruntung dan hidupku terjamin aku tidak akan keliling berjualan menitipkan barang daganku dari warung ke warung."
"Lahh itukan nasib kamu aja, coba kamu sarjana dan jadi pegawai tetap di perusahaan. Pasti kamu tidak akan kayak pengemis nafka seperti ini padaku, kalaupun kamu harus keliling jualan dengan susah payah itu karena kamu bukan pegawai di perusahaan. Bahkan aku tidak tau berpa keuuntunga yang kamu dapat dari jualanmu."
Kedua bola mata ini tiba-memanas, suami yang akukenal dengan baik tiba-tiba kata-katanya sungguh tajam bagai belati yang menusuk di dada ini.
" Mas seorang istri wajib kamu nafkahi, uang suami berarti uang istri juga. Sedangkan uang istri buka uang suami, aku tidak melarangmu memberika uang pada ibu. Tapi tolong mas, lihat dulu keadaanku. Sementara ibu hidup berkecukupan bahkan berlebihan. Memangnya mas tidak bisa menukar nominal yang mas berikan ke ibu kepadaku? karena aku lebih membutuhkan itu mas dari pada ibu."
"Terserah aku dong itukan uang aku, kenapa kamu yang sewot? itu kalo kau masih mau jadi istriku, kamunya yaaa harus nurut sama aku.
Setelah itu kulihat mas reyhan begegas masuk ke kamar mengzmbil jaket, lalu keluar mengendarai mobilnya. kemudian pandangaku terarah ke meja kerjanya disana tidak ada tas kerjanya itu artinya mas reyhan pulang ke rumah orang tuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Trias Wardani
mulai mirip di sebelah
2023-02-08
0