TAMAT

Seorang gadis berpenampilan modis berjalan masuk ke area bandara sambil menarik koper berukuran sedang miliknya. Dia berjalan dengan sangat santai seraya memandang sekeliling dari balik kacamata hitamnya.

Memakai celana jeans hitam berbalut sepatu boots kulit berwarna coklat yang panjangnya sampai bawah lutut, di padukan dengan sweater oversize lengan panjang berwarna peach. Jangan lupakan kacamata hitamnya yang menutupi mata heterochromianya yang mencolok karena langka dan rambut pendeknya di atas bahu yang sudah di warnai dengan warna maroon.

Penampilan barunya ini tak akan membuat orang-orang yang mungkin mengenalnya (bila ada di bandara) dapat menyadarinya, jika dia yang saat ini berjalan dengan santainya adalah mantan Marrybelle.

Melihat waktu di arloji yang melingkar dipergelangan tangan kirinya yang tadi tertutup lengan sweater. Saat itu menunjukkan bahwa dia masih memiliki waktu 30 menit lagi sebelum keberangkatan pesawat yang hendak dia naiki.

Jadilah, dia memilih untuk mengisi perutnya dulu sembari membeli beberapa camilan untuk menemani perjalanannya nanti.

Banyak yang belum dia coba dan dia penasaran dengan itu.

Akhirnya, sebuah cafe yang paling dekat dengan pintu masuk peron untuk tujuannya menjadi pilihannya.

Dia mengambil tempat secara acak yang kebetulan menghadap LED TV yang digantung di langit-langit cafe.

Begitu dia duduk, dia langsung diperlihatkan dengan siaran langsung pernikahan pasangan tokoh utama novelnya.

Dia memesan sejenak sebelum kembali menonton acara pernikahan itu yang sengaja di siarkan secara langsung di seluruh media maya yang ada di negeri ini.

Sambil menopang dagu dengan sebelah tangan, gadis itu menyaksikannya dengan senyuman misterius lalu berkata. "Setelah ini, kisah novelnya benar-benar selesai... Aku jadi penasaran, apa yang akan terjadi saat alurnya tak lagi milik penulis?"

.

.

.

Pesta berjalan begitu meriah dengan suka cita yang seperti tak berkesudahan.

Dekorasi yang mewah seakan ingin menunjukkan seberapa berharganya momen ini untuk pasangan pengantin hari ini. Di selingi dengan alunan musik romantis yang menambah sempurna pesta pernikahan kali ini.

Para tamu undangan pun tak lupa untuk dimanjakan dengan segala jamuan yang ada.

"Mereka sangat serasi, ya?"

"Iya, betapa beruntungnya... Kau lihat itu? Kedua keluarga mereka sepertinya benar-benar sehati dan sepemikiran. Mereka sangat berbahagia di pesta ini."

"Tentu saja harus begitu. Kau tidak tahu kalau segalanya tentang pasangan itu sudah sempurna."

"Ku pikir juga begitu. Sama-sama dari keluarga terpandang, harmonis juga. Tidak heran kalau cinta keduanya direstui begitu mudah. Kedua keluarga itu sama baiknya."

"Bikin iri saja."

"Hahaha..."

Dialog dua orang wanita yang menjadi tamu undangan mewakili perasaan semua orang yang hadir.

Tak hanya mereka, tapi hampir semua tamu pasti menyempatkan diri untuk membicarakan pemilik acara. Kecuali, anak-anak yang hanya fokus pada makanan mereka.

Di atas pelaminan, Sherrycha dan Edwind berdiri berdampingan untuk melakukan swafoto bersama para tamu undangan secara silih berganti. Mulai dari kerabat, teman, sampai kolega bisnis.

Pasangan itu dibuat capek namun bahagia dengan segala keruwetan itu. Bagaimanapun, ini adalah momen sekali seumur hidup keduanya. Jadi, mereka tak ingin melewatkan barang sedetikpun.

Di salah satu meja tak jauh dari panggung pelaminan, 4 laki-laki dan 3 perempuan duduk disana sambil menikmati sajian yang mereka ambil.

"Ternyata seperti itu raut wajah Edwind bila sedang bahagia..." Seru Winky dengan bibir menempel di pinggiran gelas yang sedang dia pegang seperti hendak minum. Matanya menatap lurus kearah sang sahabat dan istrinya yang ada di panggung pelaminan saat ini.

Mendengar celetukannya, yang lain ikut menoleh ke objek yang dimaksud.

Romee mengangguk membenarkan setelah melihatnya. "Kau benar. Meskipun masih datar. Pancaran kebahagiaannya sangat jelas terlihat. Dia benar-benar bahagia." Dia menyuapi sesendok puding ke mulutnya setelah itu.

"Tentu saja dia bahagia. Dia menikahi sahabat kami yang luar biasa. Dia harus menjaganya dengan baik." Timpal Habina membanggakan sahabatnya sendiri.

Para pria mengangguk setuju.

"Jangan khawatir. Edwind akan melakukannya." Yakin Thommy.

Ketiga perempuan disana puas mendengarnya, karena mereka juga percaya kalau Edwind pasti akan menjaga Sherrycha dengan baik mengingat betapa bucinnya pria itu.

"Habina, Keysia... Kalian mau minuman lagi? Aku ingin mengambil yang baru. Jika kalian mau biar sekalian saja." Seru Novalia sambil bangkit dari duduknya.

Keysia mengangguk. "Mau. Minuman yang sama, besty. Terimakasih."

"Aku tidak usah. Minuman ku masih ada. Nanti aku bisa mengambilnya sendiri kalau yang ini sudah habis." Tolak Habina.

"Oke." Novalia mengangguk dan baru akan melangkah saat seorang lelaki dari meja yang sama ingin ikut dengannya.

"Kita bersama saja." Katanya, tapi malah berjalan lebih dulu.

Novalia sampai menggelengkan kepalanya tak habis pikir, sedang yang lain terkekeh melihatnya.

Dengan nada main-main, Thommy berujar. "Tolong dimaklumi ya, Nona. Feega memang begitu orangnya. Hahaha..."

Novalia hanya mendelik kesal tanpa menanggapi perkataan Thommy dan memilih menyusul lelaki bernama Feega itu.

Mereka mendatangi bagian minuman bersama.

Novalia mengambil minumannya dan Keysia, sementara Feega mengambil miliknya sendiri. Saat lelaki itu akan berbalik dan kembali, pertanyaan tak terduga Novalia menghentikan langkahnya.

"Kau tahu dimana Marrybelle, kan?" Itu bukan pertanyaan saat Novalia mengajukannya sambil melihat kearahnya dengan sedikit mendongak karena tinggi badan yang berbeda.

Feega membalas tatapan itu dengan datar yang sebelas dua belas dengan Edwind.

"Dia tak akan kemari, kalau itu yang kau khawatirkan." Katanya dengan suara rendah yang acuh.

Novalia lega mendengarnya. "Wajar kalau aku khawatir. Selama dia masih ada, kehidupan bahagia Sherrycha belum bisa sempurna. Perempuan itu akan selalu menjadi kutukan di hidup mereka. Makanya, aku ingin tahu dan memastikan kalau perempuan itu tidak akan membuat masalah lagi." Jedanya sebelum melanjutkan dengan sarkastik.

"Lebih baik kalau dia mati sekalian. Jadi, kita semua bisa hidup dengan damai." Usai mengatakan itu Novalia langsung berbalik dan pergi meninggalkan Feega yang terdiam saja tanpa menanggapi.

Ekspresinya pun tidak terbaca.

Pesta pernikahan berlangsung seharian penuh dengan menampilkan penampilan para penyanyi papan atas sebagai hiburan pelengkapnya.

Para tamu bahkan bisa ikut bernyanyi dengan sang artis. Hal itu kian menambah semarak pesta pernikahan kali ini.

"Kau suka?" Tanya Edwind saat fokus semua orang ada di sang penyanyi. Dia memeluk Sherrycha dari belakang dengan mesra.

Sherrycha mengangguk menjawabnya. "Eum... Sangat suka. Terimakasih sudah memberikan ku perayaan seindah ini. Kau memang terbaik." Pujinya sambil tersipu hingga pipinya kian memerah selain blush-on yang diterapkan.

Cup!

"Apapun untuk mu, sayang." Pelukan Edwind pada tubuh Sherrycha semakin erat seolah bila dia melonggarkan sedikit saja, pujaan hatinya akan hilang dari genggamannya.

"Aku sangat bahagia. Akhirnya, aku bisa menikahi mu dan mengikat mu dalam hidupku. Setelah ini, aku tak akan menunda untuk membuat mu menjadi milikku seutuhnya." Suaranya kian merendah di sebelah telinga Sherrycha.

Berusaha mengirimkan sinyal sensual pada sang istri yang sukses tersampaikan, terlihat dari bagaimana tegangnya Sherrycha dalam pelukannya.

Edwind tersenyum merasakannya. Dia puas dan kian bahagia.

"Istri ku sayang... Aku ingin mewujudkan cintaku kedalam bentuk manusia. Kira-kira, kau ingin berapa?" Tanyanya dengan senyum kian lebar sambil menatap wajah sang istri yang lebih merah dari sebelumnya.

Dia tahu, Sherrycha mulai paham maksud perkataannya. Maka dari itu, responnya jadi begitu menggemaskan.

-TAMAT-

.

.

.

Suara pemberitahuan menggema di bandara saat mengumumkan tujuan pesawat berikutnya. Mendengar tujuannya disebutkan, gadis itu langsung beranjak dari duduk untuk segera naik ke pesawat yang akan dia tumpangi. Sebelum benar-benar pergi, dia sempat menoleh sejenak ke arah LED TV yang masih menayangkan acara pesta pernikahan tersebut.

Sambil tersenyum santai dia berkata. "Selamat tinggal dan sampai jumpa lagi. Jika, beruntung... Maka, kita tak akan bertemu lagi. Tapi, jika sebaliknya... Hahaha..."

Kalimatnya tidak dilanjutkan dan gadis itu pergi begitu saja dengan riang gembira.

.

.

.

Terpopuler

Comments

belimbing asam???

belimbing asam???

aku berharap invanka diremehin semua org disekolh

2022-10-03

1

fujoshi akut

fujoshi akut

Next

2022-07-29

1

Desilia Chisfia Lina

Desilia Chisfia Lina

berubah tau y siapa yui

2022-07-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!