Perempuan Di Balik Layar

Perempuan Di Balik Layar

Bab 1 - Bandung

Sebuah rumah tampak sibuk seperti biasa. Dengan cuaca berkabut dingin di Bandung, Dara tetap seperti biasa semangat menjalankan tugasnya.

Dara telah menjadi seorang ibu tunggal di enam bulan ini. Ia begitu lihai memainkan perannya, tanpa sedikit pun terlihat canggung. Biasanya seorang perempuan yang menyandang status ibu tunggal terlihat lebih lesu, namun tidak dengannya.

Sebagai seorang yang perfeksionis, ia tahu apa yang ia inginkan dalam rumah tangga yang ia kelola sendiri saat ini. Setidaknya dengan kondisi saat ini, anak-anaknya tetap terjaga dalam rumah yang bersih, dan mendapatkan nutrisi yang baik.

“Ma! Kaos kaki di mana,” seru anak laki-laki sulungnya dari teras depan. Bocah itu kini telah duduk di bangku sekolah dasar. Untuk anak seumurannya, Kio terbilang cepat menjadi mandiri dalam hal-hal harian seperti bersiap ke sekolah, merapikan mainannya, juga terkadang membantu ibunya menjaga adik-adik ketika diperlukan.

Dara berlari kecil dari dalam rumah dengan tangan kiri menggendong bayi laki-laki berusia 1 tahun, serta tangan kanan yang berusaha memegang kotak bekal, kaos kaki, dan botol pelembab wajah untuk anak-anak.

“Kio. Apa kata mama? Jangan sampai lupa lagi ini, ya Nak” ujarnya sembari mengoleskan tipis pelembab pada wajah putranya itu.

Dengan cepat ia memasukkan kotak bekal serta botol minuman ke dalam tas Kio. Tak lupa juga merapikan sisipan kemeja sekolah yang sedikit asal-asalan. Sudah seminggu Kio masuk sekolah dasar. Dengan jadwal belajar yang sedikit lebih lama di sekolah, ibunya bisa sedikit ringan mengerjakan pekerjaan rumah lainnya, sembari bekerja mencari uang, dan mengurus dua orang bocah lainnya yang masih balita.

“Kio ingat ‘kan apa kata mama tentang menyeberang jalan?”

“Tengok kiri dan kanan, kalau kosong boleh menyeberang. Kalau takut, bisa minta bantuan orang dewasa di dekat situ. Iya ‘kan ma? Memangnya mama enggak bisa antar Kio hari ini, ya?” bocah laki-laki itu menjawab dan balik bertanya pada ibunya.

Dara selalu terenyuh hatinya dengan pertanyaan Kio seperti itu. Sebagai ibu, ia sadar benar bahwa Kio mulai kurang mendapatkan banyak waktunya.

“Mama ada kerja pagi ini, dan Jeje belum bangun. Besok kalau Jeje sudah bangun, kita semua pergi antarin Kio ke sekolah ya,” kali ini lagi-lagi ia harus bisa membesarkan hati sulungnya.

Beruntungnya, sekolah Kio tidak begitu jauh dari rumah yang ditempati mereka. Dara sengaja menyewa rumah itu karena memperhitungkan jarak dengan sekolah dasar. Selain itu, udara yang segar dan lingkungan yang tenang, tentu baik baginya dan anak-anak.

Kio berbagi kasih sayang dan perhatian ibunya dengan dua orang adiknya. Seorang bocah perempuan berusia 3 tahun bernama Jeje, dan bayi 1 tahun bernama Ray. Di usianya yang enam tahun, ia sudah bisa menjadi mandiri sedikit demi sedikit sejak melihat ibunya sendirian mengurus segala sesuatu di beberapa bulan belakangan.

Dara seorang pendatang baru dalam dunia orang tua tunggal. Namun tampaknya ia telah mempersiapkan dirinya sejak lama. Ia bisa dibilang terlatih dengan baik, sebelum akhirnya menyandang status tersebut. Di kesehariannya, ia merawat ketiga anaknya tanpa bantuan siapa pun. Ia bukan penduduk asli Bandung, melainkan dulunya seorang perempuan perantau yang akhirnya memutuskan menetap di kota kembang itu. Dengan tubuh yang kurus langsing, tidak ada yang menyangka ia mengerjakan semuanya sendiri. Bekerja sebagai seorang penerjemah, mengurus rumah dan anak-anak, juga sesekali mencari kesibukan lain yang bisa menyeimbangkan kesehatan otaknya.

Pada pukul 08.00 pagi itu, seperti biasa rumahnya telah bersih dari halaman depan ke halaman belakang. Semua tanaman herbalnya terlihat basah, rumah yang adam dengan wangi lemon dari pengharum lantai yang ia gunakan mengepel. Hampir tidak terlihat debu pada kaca jendelanya, juga wastafel yang sudah kosong dari tumpukan piring kotor.

Ia menarik gorden pada ruang tamu, sedikit menutupnya lalu berjalan ke sana kemari menidurkan Ray. Bayi itu biasanya akan tidur di jam-jam setelah kakak sulungnya berangkat ke sekolah. Tak butuh waktu lama, bayi yang sudah kenyang dengan sarapan bubur gandum dan buah, akhirnya tertidur pulas. Dara segera membaringkannya di tempat tidur, kemudian menutup rapat-rapat pintu agar Ray bisa tetap lelap selama mungkin.

Bukan bersantai yang ia dapatkan, Dara langsung duduk di kursi kerja miliknya, membuka laptop dan mengecek semua pesan masuk di email-nya. Salah satu keuntungannya yaitu pekerjaan yang ia lakukan dalam setahun belakangan ini dilakukan dari rumah saja, yaitu menerjemahkan berbagai dokumen bahasa asing ke Bahasa Indonesia. Dengan penghasilan itu, ia bisa terus hidup dalam kecukupan dengan anak-anaknya.

Sebagai perempuan yang pandai dalam bahasa asing, ia memiliki peluang kerja lainnya. Namun untuk saat ini, ia berharap agar lebih banyak mendapatkan pekerjaan dari rumah agar bisa terus mengawasi anak-anaknya.

Tangannya mengeklik dokumen satu per satu. Kali ini ada sebuah buku dengan isi beberapa bab yang harus ia terjemahkan. Dara menutup matanya sesaat. Ia bukan sedang berdoa, melainkan menutup mata, menarik dan menghembuskan nafasnya dengan tenang berkali-kali sebelum memulai pekerjaannya di hari itu. Tak lupa juga menyeruput kopinya yang sudah hampir dingin.

Pagi ini lagi-lagi semua selesai dengan sempurna. Cucian yang telah di jemur, sarapan yang telah tersedia, anak yang telah berangkat ke sekolah, dan dua balita yang tidur dengan nyenyak. Semua ini ia kerjakan mulai saat azan subuh berkumandang.

Pagi ini ia bangun lebih awal untuk mandi, dan mengeringkan rambutnya yang lurus sebahu. Ia terlihat begitu cantik meski tidak memakai riasan apa pun. Kulitnya yang kuning langsat, bibirnya yang merah, dan senyum yang selalu terulas ketika bertemu tetangganya, tidak ada yang menyangka Dara sudah hampir berkepala tiga. Sebuah kemujuran, ia memiliki tubuh ideal meski telah melahirkan tiga anak. Bukan hanya itu, akhir-akhir ini ia telah kembali menjadi dirinya yang sedikit lebih ceria dari biasanya. Setidaknya ia sudah memiliki minat lagi untuk berkebun, merawat rambutnya yang sangat jarang ia sisir ketika masih berada dalam pernikahan.

Namun... Perempuan cantik dan pintar sepertinya ... Bagaimana mungkin sudah menjadi ibu tunggal di usia 26? Itu adalah pertanyaan yang tebersit di kepala setiap orang yang baru pernah berkenalan dengan Dara, namun tidak dengan teman-temannya.

Dara tidak memiliki banyak teman. Yang benar-benar ada dalam situasi apa pun? Ya, hanya hitungan jari. Dengan paras menarik, dan senyum yang selalu terpampang, tentunya ia akan mudah mendapatkan teman, namun ia telah bersikukuh kepada diri sendiri agar bisa memfilter lagi semua orang dalam hidupnya.

Di Bandung, ia pun sangat jarang memiliki waktu untuk keluar tertawa, berjalan-jalan, atau sekedar mendapat waktu menonton dengan teman-temannya. Untungnya mereka bukan sosok yang rewel tentang hal-hal itu. Para teman yang cenderung sebagai sahabat dekat, tahu betul posisi Dara sebagai ibu tunggal dengan tiga orang anak.

Terpopuler

Comments

Senajudifa

Senajudifa

like dan favoritmu thor salken dr kutukan cinta y mampirlh jika berkenan

2022-06-29

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Bandung
2 Bab 2 - Dara dan Savana
3 Bab 3 - Namanya Bima
4 Bab 4 - Ia Pergi dari Savana
5 Bab 5 - Separuh Lengan Dara
6 Bab 6 - Pemain Pengganti
7 Bab 7 - Menjadi yang Kedua
8 Bab 8 - Menjadi Anak Durhaka Kepada Ibu
9 Bab 9 - Aku Harus Bertahan
10 Bab 10 - Bukan Menantu Idaman
11 Bab 11 - Tak Mau Kalah!
12 Bab 12 - Yang Tak Terduga
13 Bab 13 - Cintaku Tiba!
14 Bab 14 - Langkahi Dulu Aku!
15 Bab 15 - Yang Tak Terduga 2
16 Bab 16 - Memegang Kendali!
17 Bab 17 - Kabar Baik atau Buruk?
18 Bab 18 - Yang Tak Dinantikan
19 Bab 19 - Bangkai Yang Ditemukan
20 Bab 20 - Selamat Datang, Anggota Baru!
21 Bab 21 Tak Akur
22 Bab 22 - Langkah Yang Terhenti
23 Bab 23 - Cerita Lampau Tomi
24 Bab 24 - Rencana Tersembunyi
25 Bab 25 - Pergi Ke Puncak
26 Bab 26 - Mengantar Anak-Anak
27 Bab 27 - Pelukan Mama
28 Bab 28 - Harus Memilih
29 Bab 29 - Gelagat Aneh
30 Bab 30 - Hari-hari Terakhir
31 Bab 31 - Memulai Lagi
32 Bab 32 - Anna dan Mereka
33 Bab 33 - Pengganti Cecil
34 Bab 34 - Tim Baru
35 Bab 35 - Terjadi Lagi
36 Bab 36 - Kesempatan Yang Kesekian
37 Bab 37 - Edisi Baru
38 Bab 38 - Ibu Dua Anak
39 Bab 39 - Tempat Baru Kio & Kayla
40 Bab 40 - Ingat Kata Ibu!
41 Bab 41 - Melewati Batas
42 Bab 42 - Buru-buru!
43 Bab 43- Pengaduan Pertama
44 Bab 44 - Akhirnya Dara Membara
45 Bab 45 - Terima Kasih Ummi!
46 Bab 46 - Aku Punya Ide!
47 Bab 47 - Harmonis
48 Bab 48 - Empat Mata
49 Bab 49 – Selangkah Lagi
50 Bab 50 - Meeting Dadakan
51 Bab 51 - Kehidupan Baru
52 Bab 52 - Tuntutan Seorang Ibu
53 Bab 53 - Prasangka Mertua
54 Bab 54 - Tak Peduli Lagi!
55 Bab 55 - Tempat Curhat Baru
56 Bab 56 - Ini Salahku
57 Bab 57 - Pasti Salahku!
58 Bab 58 - Perang DIngin
59 Bab 59 - Ultimatum Pertama
60 Bab 60 - Reyhan Lagi
61 Bab 61 - K's Berjaya
62 Bab 62 - Tomi Mencoba Lagi
63 Bab 63 - Pelajaran Pertama
64 Bab 64 - Senjata Andalan
65 Bab 65 - Teguh
66 Bab 66 - Melangkah
67 Bab 67 - Maafkan Mama, Kay ...
68 Dariku, Dara
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Bab 1 - Bandung
2
Bab 2 - Dara dan Savana
3
Bab 3 - Namanya Bima
4
Bab 4 - Ia Pergi dari Savana
5
Bab 5 - Separuh Lengan Dara
6
Bab 6 - Pemain Pengganti
7
Bab 7 - Menjadi yang Kedua
8
Bab 8 - Menjadi Anak Durhaka Kepada Ibu
9
Bab 9 - Aku Harus Bertahan
10
Bab 10 - Bukan Menantu Idaman
11
Bab 11 - Tak Mau Kalah!
12
Bab 12 - Yang Tak Terduga
13
Bab 13 - Cintaku Tiba!
14
Bab 14 - Langkahi Dulu Aku!
15
Bab 15 - Yang Tak Terduga 2
16
Bab 16 - Memegang Kendali!
17
Bab 17 - Kabar Baik atau Buruk?
18
Bab 18 - Yang Tak Dinantikan
19
Bab 19 - Bangkai Yang Ditemukan
20
Bab 20 - Selamat Datang, Anggota Baru!
21
Bab 21 Tak Akur
22
Bab 22 - Langkah Yang Terhenti
23
Bab 23 - Cerita Lampau Tomi
24
Bab 24 - Rencana Tersembunyi
25
Bab 25 - Pergi Ke Puncak
26
Bab 26 - Mengantar Anak-Anak
27
Bab 27 - Pelukan Mama
28
Bab 28 - Harus Memilih
29
Bab 29 - Gelagat Aneh
30
Bab 30 - Hari-hari Terakhir
31
Bab 31 - Memulai Lagi
32
Bab 32 - Anna dan Mereka
33
Bab 33 - Pengganti Cecil
34
Bab 34 - Tim Baru
35
Bab 35 - Terjadi Lagi
36
Bab 36 - Kesempatan Yang Kesekian
37
Bab 37 - Edisi Baru
38
Bab 38 - Ibu Dua Anak
39
Bab 39 - Tempat Baru Kio & Kayla
40
Bab 40 - Ingat Kata Ibu!
41
Bab 41 - Melewati Batas
42
Bab 42 - Buru-buru!
43
Bab 43- Pengaduan Pertama
44
Bab 44 - Akhirnya Dara Membara
45
Bab 45 - Terima Kasih Ummi!
46
Bab 46 - Aku Punya Ide!
47
Bab 47 - Harmonis
48
Bab 48 - Empat Mata
49
Bab 49 – Selangkah Lagi
50
Bab 50 - Meeting Dadakan
51
Bab 51 - Kehidupan Baru
52
Bab 52 - Tuntutan Seorang Ibu
53
Bab 53 - Prasangka Mertua
54
Bab 54 - Tak Peduli Lagi!
55
Bab 55 - Tempat Curhat Baru
56
Bab 56 - Ini Salahku
57
Bab 57 - Pasti Salahku!
58
Bab 58 - Perang DIngin
59
Bab 59 - Ultimatum Pertama
60
Bab 60 - Reyhan Lagi
61
Bab 61 - K's Berjaya
62
Bab 62 - Tomi Mencoba Lagi
63
Bab 63 - Pelajaran Pertama
64
Bab 64 - Senjata Andalan
65
Bab 65 - Teguh
66
Bab 66 - Melangkah
67
Bab 67 - Maafkan Mama, Kay ...
68
Dariku, Dara

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!